MUTIARA ILMU: BUKAN MENANGGAPI TAPI SEKEDAR INFORMASI, KALAU LORA ISMAEL SUDAH KEHABISAN AMUNISI

Kamis, 29 Agustus 2024

BUKAN MENANGGAPI TAPI SEKEDAR INFORMASI, KALAU LORA ISMAEL SUDAH KEHABISAN AMUNISI


Oleh : Mohammad Yasin al Branangiy al Liqo'iy

Setelah penulis menjabarkan persoalan yang berkaitan dengan nasab Sidogiri yang di Ba Alwiykan, perlu disampaikan bahwa seperti itulah cara yang dilakukan oleh klan Ba Alwiy dalam merekayasa nasab.

Nasab yang bisa berpotensi menguatkan silsilah nasab ba alwiy, akan digandeng oleh mereka.

Habib Ahmad bin Abdullah, W 1369 H (salah satu pendiri Robithoh Alawiyah) dalam kitab Khidmatul Asyirah menambahkan catatan beberapa orang yang terkemuka (pejuang kemerdekaan) serta para ulama nusantara yang hidup sekitar tahun 1307-1365 H, 

Saat menulis kitab ini sekitar tahun 1363 Habib Ahmad menghitung terdapat lebih dari 300 qabilah (yang direkayasa menjadi Ba Alwiy). Salah satunya adalah Trah Sidogiri dan Sumendi Pasuruan.

Kitab ini sejatinya dibuat sebagai ringkasan dari kitab Syams Azh-Zhahirah, namun isinya sarat dengan kebohongan untuk membelokkan 300 jalur nasab para pejuang dan ulama' nusantara, sehingga menjadi keturunan Ubaidillah.

Analisa penulis tentu bukan yang paling benar, namun hal ini pantas untuk ditelusuri lebih dalam dan komprehensif (menyeluruh) agar dapat di jadikan rujukan oleh semua kalangan.

Dalam kesempatan kali ini, Penulis akan sedikit mengomentari tentang postingan terbaru Muhammad Ismael Al Kholilie pada 26 Agustus 2024, dengan judul :

"Masih banyak PR buat Kiai Imad sebelum maju ke diskusi nasab ( jawaban atas tulisan bantahan Kiai Imad )"

Isi postingan tersebut sama sekali tidak menampilkan argumen baru, hanya mengulang saja.

Lora Ismael mengatakan :

"Syuhroh wal istifadhoh” adalah “point” yang sejak dulu berusaha digempur sekuat tenaga oleh Kiai Imad, sangat wajar sekali karena reputasi dan keviralan Ba’aalwi sejak - ratusan tahun yang lalu - telah diakui oleh ulama-ulama sekaliber Syaikh Murtadha Azzabidi, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Imam Sakhawi, bahkan para ulama pakar nasab yang “dulu” menjadi rujukan utama Kiai Imad seperti Sayyid Mahdi Raja’i, Syaikh Khalil Ibrahim dan Syaikh Ibrahim Mansour Al-Hasyimi."

KOMENTAR PENULIS :

Lora Ismael lagi-lagi mengitsbat nasab ba alwiy dengan metode Syuhroh Istifadloh (populer dan Viral).

Itsbat ini tidak SAH/tidak SHOHEH, karena populer dan viral yang dikatakan Lora Ismael itu terjadinya di abad 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 saat ini.

Sedangkan Populer dan Viral nasab ba alwiy (nama Ubaidillah) tidak ditemukan di abad 4, 5, 6, 7 dan 8 H. Temuan ini menunjukan bahwa itsbat nasab tidak pernah terwujud, jangankan dengan metode Populer dan Viral, catatan di kitab saja tidak ada.

Menerapkan metode Populer dan Viral (Syuhroh Istifadloh) sangat sulit diterapkan pada sebuah nasab, karena metode ini menggunakan SUBJEK PENDENGARAN (bi as sam'i) terhadap OBJEK YANG SE ZAMAN.

Dua metode itsbat nasab ;
1. populer/viral dan 
2. kitab sezaman/kitab yang mendekatinya
yang digaungkan terjadi di belakang hari (abad 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 saat ini), ini metode yang mustahil terjadi dan tidak logis untuk dibenarkan. 

Karena tidak mungkin bagi siapapun mampu mengetahui informasi tentang orang yang hidup 550 tahun lalu, apalagi lebih lama, tanpa bantuan adanya dokumen/catatan.

Dan inilah fakta yang terjadi pada nasab Ubaidillah Ba Alwiy. Kosong riwayat selama 550 tahun.

Berulang kali penulis ungkapkan, bisa saja metode populer dan viral diakui, namun populer dan viral yang terjadi di masa lalu (abad 4 s/d 8) dan itupun (populer dan viral) dapat kita ketahui dengan adanya catatan/kitab sezaman, itu artinya metode itsbatnya bukan lagi populer dan viral, tapi metode kitab se zaman.

Penulis sampaikan, bahwa nasab ba alwiy ini tidak perlu dibatalkan, apalagi dengan sebuah kitab seperti asy Syajaroh al Mubarokah karya Fakhrur Rozi abad 6. (namun batal dengan sendirinya, karena memang tidak pernah ada itsbat yang sah/shoheh).

KH. Imaduddin memang membatalkan nasab ba alwiy, dengan ;
1. kitab asy Syajaroh al Mubarokah, karena nama Ubaidillah tidak disebut dalam hasr keturunan Ahmad bin Isa, yang hanya menyebut 3 anak (Muhammad, Ali dan Husain)
2. temuan 550 tahun nama ubaidillah tidak tercatat

Penulis sendiri tidak membatalkan, tapi lebih menekankan pada TIDAK SAHNYA ITSBAT NASAB BA ALWIY, karena tidak ditemukannya populer viral ataupun kitab sezaman di masa hidup Ubaidilah sampai 550 tahun. (barulah dikarang/direkayasa oleh ali asy syakron abad 9).

Dalam kitab Al Bahrul Muhith  j.6/32, disebutkan ;
النافي هل يلزمه الدليل؟
المثبت للحكم يحتاج للدليل بلا خلاف
Artinya : "dalam hal menafikan, apakah diharuskan ada dalil? 
dalam hal menetapkan hukum diharuskan memiliki dalil, tanpa adanya perbedaan pendapat (di antara para ulama)".
ولا يجوز نفي الحكم الا بالدليل كما لا يجوز اثباته
Artinya : "Tidak boleh menafikan hukum kecuali menggunakan dalil, sebagaimana tidak boleh menetapkannya (menetapkan hukum tanpa dalil)".

Kalau tidak pernah disahkan, lalu buat apa dibatalkan.
Sebagaimana sholat orang yang tidak wudlu, Sholatnya sudah tidak sah tanpa perlu datang sesuatu yang membatalkan sholat.

Yang menarik di sini adalah Lora Ismael merasa punya angin segar, berupa kesempatan mematahkan argumen pembatalan yang dilakukan oleh KH. Imaduddin dengan menggunakan kitab asy Syajaroh al Mubarokah. Sekalipun Lora berhasil,  namun Lora melupakan EXISTENSI dari nama Ubaidillah yang kosong riwayat selama 550 tahun. padahal ini lah substansi persoalannya.

Lora Ismael hanya memiliki satu peluang, yaitu mengitsbat nasab ba alwiy dengan metode kitab sezaman atau yang mendekatinya. bukan metode populer viral ataupun 5 metode yang lain. JUST ONE...

Lora Ismael mengutip kalimat Syekh Kholil Ibrohim :
الاصول هي ما تم الاتفاق عليه وتسالم عليه اهل النسب مثلا انتساب ابي بكر الصديق لبني تيم بن مرة اخو كعب بن مرة جد رسول الله صلى الله عليه وسلم  هذا مسلم به ..فاذا وجدنا كتابا في زمان لاحق ينسب ابي بكر لبني تميم لا ناخذ به
“ Ushul adalah sebuah informasi yang telah disepakati oleh para ulama nasab, misal bernasabnya Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq kepada Bani Taim Bin Murroh, maka andaikan ada kitab yang menyatakan bahwa beliau bernasab kepada Bani Tamim kita tidak bisa membenarkannya “ 

KOMENTAR PENULIS :

Informasi mana yang katanya disepakati oleh ulama' nasab tentang nama Ubaidillah???

Sudah penulis jabarkan di atas, jangankan kesepakatan, satu catatanpun tidak ditemukan atas nama Ubaidillah. Dan itu berlangsung selama 550 tahun.

Yang lebih mengherankan lagi, dari sisi mana Syekh Kholil Ibrohim menyamakan nasab ABU BAKAR ASH SHIDDIQ bani Tamim (yang telah nyata populer dan viral pada masanya) dengan UBAIDILLAH anak AHMAD bin ISA???

Ubaidillah ini manusia apa? jangankan wujud dan kiprahnya ditengah masyarakat, nama saja tidak ada yang menyebutkan.

Lora Ismael dan Syekh Kholil Ibrohim membohongi ummat dengan menyamakan nama fiktif Ubaidillah dengan tokoh besar yang populer dan viral sebagai bani tamim dan shohabat Rosululloh SAW.

Lora Ismael mengatakan : 

"Teori dasar ilmu nasab yang selama ini ditabrak oleh Kiai Imad adalah : tidak disebutnya suatu nama dalam sebuah kitab tertentu bukan berarti menafikan, kaidah ini disebutkan dalam kitab Muqaddimat Ilmil Ansab yang sering dijadikan hujjah oleh Kiai Imad selama ini :
ان ما اثبته كتاب الانساب القدامى فهو حجة يمكن العمل به ومالم يثبتوه يعمل فيه بالقرائن ولا موجب للالتزام بنفيهم بعد العلم بمصادر تدوينهم لان عدم الوجدان  لايعني العدم
“ apa yang ditetapkan oleh kitab-kitab nasab kuno adalah hujjah yang bisa kita amalkan, sedangkan yang belum ditetapkan/disebutkan maka kita melihat “Qarain” ( data-data yang lain ) dan tidak adanya penyebutan bukan berarti menafikan, karena tidak ditemukan bukan berarti tidak ada “ 

KOMENTAR PENULIS : 

Penulis terjemah ulang, supaya penulis mudah menjabatkannya :

"apa yang ditetapkan (dicatat) oleh sebuah kitab nasab kuno adalah hujjah (dalil) yang bisa diberlakukan. Sedangkan yang belum ditetapkan (dicatat),  maka diberlakukan berdasarkan Qarain (manuskrip, catatan keluarga atau petunjuk lain). dan tidak harus berkomitmen pada apa yang mereka (ulama' nasab) nafikan setelah mengetahui sumber data mereka. Karena tidak ditemukan bukan berarti tidak ada “

Dalam kutipan tadi, Lora Ismael sama sekali tidak menjelaskan QORO'IN (manuskrip, catatan keluarga atau petunjuk lain) yang bisa membuktikan bahwa Ali asy Syakron dalam kitab al Burqoh al Musyiqoh (895 H) tidak sekedar MEMBUAL ketika menyebut nama Ubaidillah. 
Sederhananya ; Qoro'in atau dalil apa yg dimiliki asy Syakron kok berani menetapkan Ubaidillah anak dari Ahmad bin Isa???

Sementara tidak ditemukan buku nasab abad 4 s/d 8 yang menyebut nasab itu (Ubaidillah anak dari Ahmad bin Isa). Dan tidak ada buku sejarah mu'tabar yang meriwayatkan tentang perpindahan Ahmad ke Yaman.

Lalu ketika kita menghubungkan kondisi Ubaidillah yang tidak disebut oleh kitab kuno, maka Syekh Kholil memberi peluang dengan mengatakan : 
ومالم يثبتوه يعمل فيه بالقرائن
"Sesuatu yang belum ditetapkan maka diberlakukan berdasarkan QORO'IN"

Qoro'in seperti apa yang mampu Lora Ismael sajikan dari abad 4 s/d 8?

Kalau boleh penulis jawab, beliau tidak akan mampu menghadirkan Qoro'in nasab Ubaidillah ba alwiy

Lora Ismael mengatakan : 

".... bukan syarat sumber sezaman yang tak pernah disyaratkan oleh para ulama nasab manapun itu, salah seorang Kiai pakar nasab dari kalangan kami Dzurriah Walisongo bahkan mengatakan itu adalah “syarat konyol”, sebagian Kiai - juga dari Dzurriah Walisongo yang saya tanya berkomentar :

“ syarat Kiai Imad ini andai diterapkan untuk mengitsbat nasab, bukan cuma Ba’alawi yang kena, kita semua juga akan kena “ 

KOMENTAR PENULIS : 

Lora Ismael sepaham dengan salah satu pakar nasab dari dzurriyah wali songo dalam beranggapan "Syarat Kitab Sezaman adalah SYARAT KONYOL"

Kalau bukan kitab Sezaman (kitab, manuskrip dan catatan keluarga) atau yang mendekatinya, lalu dengan apa mahu mengitsbat nasab Ubaidillah???

Mahu mengitsbat dengan Populer Viral lagi, apa anda bisa mendengar kepopuleran orang yang hidup 1100 tahun lalu???!!! Jangan berhayal atau mencoba untuk bermimpi.

Satu-satunya yang bisa di terapkan pada nasab ba alwiy hanya metode kitab sezaman/mendekati.

Lora Ismael mengatakan : 
Padahal orang yang dia salahkan lebih luas ilmu nahwunya dan sudah hafal Alfiah diluar kepala. Kalian tau ? dalam ilmu nasab Kiai Imad sama persis seperti “anak Jurumiah” itu, baru hafal beberapa Kaidah ilmu nasab aja tapi udah “petentang-petenteng” kesana-kemari bahkan menyalahkan dan nantangin semua ulama pakar nasab dunia yang tidak sependapat dengannya.

KOMENTAR PENULIS :

Siapapun orangnya seluas apapun pengetahuannya, tapi dia mengitsbat nasab ba alwiy dengan kitab abad 9 s/d 15, maka tetap saja itsbatnya SALAH, 

Dan ternyata Kiai Imaduddin telah salah menilai Lora Ismael, sang Lora belum faham cara mengitsbat suatu nasab.

Kiai Imaduddin jauh lebih baik dari anda, beliau mampu mengurai nasab kusut ba alwiy, sehingga saat ini telah terang benderang sebagai basab palsu. Sedangkan anda apa? anda tidak bisa mematahkan narasi keterputusan nasab ba alwiy.

Kalau gengsi menyebut karya Ilmiyah Kiai Imaduddin sebagai tesis, sehingga menurut anda tidak perlu dibuatkan antitesisnya, maka penulis sarankan, silahkan anda membuat TESIS ITSBAT NASAB BA ALWIY, kalau memang anda merasa mampu?!

Jangankan membuat tesis, metode Istbat nasab saja anda belum mengerti. Penulis jadi tidak optimis menunggu tesis anda.

Kiai Imaduddin tidak seperti yang Lora katakan. Yang "petentang-petenteng" itu kebanyakan mereka para ba alwiy, mereka sombong dengan nasab. Seperti Lora tidak tahu saja!

Lora Ismael mengatakan : 
Padahal orang yang dia salahkan lebih luas ilmu nahwunya dan sudah hafal Alfiah diluar kepala. Kalian tau ? dalam ilmu nasab Kiai Imad sama persis seperti “anak Jurumiah” itu, baru hafal beberapa Kaidah ilmu nasab aja tapi udah “petentang-petenteng” kesana-kemari bahkan menyalahkan dan nantangin semua ulama pakar nasab dunia yang tidak sependapat dengannya.

KOMENTAR PENULIS :

Siapapun orangnya seluas apapun pengetahuannya, tapi dia mengitsbat nasab ba alwiy dengan kitab abad 9 s/d 15, maka tetap saja itsbatnya SALAH, 

Dan ternyata Kiai Imaduddin telah salah menilai Lora Ismael, sang Lora belum faham cara mengitsbat suatu nasab.

Kiai Imaduddin jauh lebih baik dari anda, beliau mampu mengurai nasab kusut ba alwiy, sehingga saat ini telah terang benderang sebagai basab palsu. Sedangkan anda apa? anda tidak bisa mematahkan narasi keterputusan nasab ba alwiy.

Kalau gengsi menyebut karya Ilmiyah Kiai Imaduddin sebagai tesis, sehingga menurut anda tidak perlu dibuatkan antitesisnya, maka penulis sarankan, silahkan anda membuat TESIS ITSBAT NASAB BA ALWIY, kalau memang anda merasa mampu?!

Jangankan membuat tesis, metode Istbat nasab saja anda belum mengerti. Penulis jadi tidak optimis menunggu tesis anda.

Kiai Imaduddin tidak seperti yang Lora katakan. Yang "petentang-petenteng" itu kebanyakan mereka para ba alwiy, mereka sombong dengan nasab. Seperti Lora tidak tahu saja!

Kiai Imaduddin hanya ngin menjelaskan bahwa nasab ba alwiy MUSTAHIL diitsbat sebagai dzurriyah oleh pakar nasab manapun dengan metode yang benar.

Pada 2 paragraf terakhir, Lora memberi masukan tentang bagaimana seharusnya diskusi nasab dilakukan.

KOMENTAR PENULIS :

itu baru seperti bijak, gitu dong. Jangan seperti postingan yang lalu. Anda mengatakan Kiai Imaduddin tidak pantas berdebat dengan ulama' dunia, takut mempermalukan ulama' indonesia.

Statmen macam apa ini?!

Semoga pada tanggal 10 September Ribithoh bersedia hadir, walau hanya wakil di UIN Wali Songo Semarang.

Kalau tidak, maka Robithoh sudah absen sebanyak 6 kali dalam tantangan debat, dan pantas mendapatkan gelar : "AL KABURIYAH AL NGENYONGIYAH"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar