MUTIARA ILMU: Agustus 2024

Kamis, 29 Agustus 2024

BUKAN MENANGGAPI TAPI SEKEDAR INFORMASI, KALAU LORA ISMAEL SUDAH KEHABISAN AMUNISI


Oleh : Mohammad Yasin al Branangiy al Liqo'iy

Setelah penulis menjabarkan persoalan yang berkaitan dengan nasab Sidogiri yang di Ba Alwiykan, perlu disampaikan bahwa seperti itulah cara yang dilakukan oleh klan Ba Alwiy dalam merekayasa nasab.

Nasab yang bisa berpotensi menguatkan silsilah nasab ba alwiy, akan digandeng oleh mereka.

Habib Ahmad bin Abdullah, W 1369 H (salah satu pendiri Robithoh Alawiyah) dalam kitab Khidmatul Asyirah menambahkan catatan beberapa orang yang terkemuka (pejuang kemerdekaan) serta para ulama nusantara yang hidup sekitar tahun 1307-1365 H, 

Saat menulis kitab ini sekitar tahun 1363 Habib Ahmad menghitung terdapat lebih dari 300 qabilah (yang direkayasa menjadi Ba Alwiy). Salah satunya adalah Trah Sidogiri dan Sumendi Pasuruan.

Kitab ini sejatinya dibuat sebagai ringkasan dari kitab Syams Azh-Zhahirah, namun isinya sarat dengan kebohongan untuk membelokkan 300 jalur nasab para pejuang dan ulama' nusantara, sehingga menjadi keturunan Ubaidillah.

Analisa penulis tentu bukan yang paling benar, namun hal ini pantas untuk ditelusuri lebih dalam dan komprehensif (menyeluruh) agar dapat di jadikan rujukan oleh semua kalangan.

Dalam kesempatan kali ini, Penulis akan sedikit mengomentari tentang postingan terbaru Muhammad Ismael Al Kholilie pada 26 Agustus 2024, dengan judul :

"Masih banyak PR buat Kiai Imad sebelum maju ke diskusi nasab ( jawaban atas tulisan bantahan Kiai Imad )"

Isi postingan tersebut sama sekali tidak menampilkan argumen baru, hanya mengulang saja.

Lora Ismael mengatakan :

"Syuhroh wal istifadhoh” adalah “point” yang sejak dulu berusaha digempur sekuat tenaga oleh Kiai Imad, sangat wajar sekali karena reputasi dan keviralan Ba’aalwi sejak - ratusan tahun yang lalu - telah diakui oleh ulama-ulama sekaliber Syaikh Murtadha Azzabidi, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Imam Sakhawi, bahkan para ulama pakar nasab yang “dulu” menjadi rujukan utama Kiai Imad seperti Sayyid Mahdi Raja’i, Syaikh Khalil Ibrahim dan Syaikh Ibrahim Mansour Al-Hasyimi."

KOMENTAR PENULIS :

Lora Ismael lagi-lagi mengitsbat nasab ba alwiy dengan metode Syuhroh Istifadloh (populer dan Viral).

Itsbat ini tidak SAH/tidak SHOHEH, karena populer dan viral yang dikatakan Lora Ismael itu terjadinya di abad 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 saat ini.

Sedangkan Populer dan Viral nasab ba alwiy (nama Ubaidillah) tidak ditemukan di abad 4, 5, 6, 7 dan 8 H. Temuan ini menunjukan bahwa itsbat nasab tidak pernah terwujud, jangankan dengan metode Populer dan Viral, catatan di kitab saja tidak ada.

Menerapkan metode Populer dan Viral (Syuhroh Istifadloh) sangat sulit diterapkan pada sebuah nasab, karena metode ini menggunakan SUBJEK PENDENGARAN (bi as sam'i) terhadap OBJEK YANG SE ZAMAN.

Dua metode itsbat nasab ;
1. populer/viral dan 
2. kitab sezaman/kitab yang mendekatinya
yang digaungkan terjadi di belakang hari (abad 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 saat ini), ini metode yang mustahil terjadi dan tidak logis untuk dibenarkan. 

Karena tidak mungkin bagi siapapun mampu mengetahui informasi tentang orang yang hidup 550 tahun lalu, apalagi lebih lama, tanpa bantuan adanya dokumen/catatan.

Dan inilah fakta yang terjadi pada nasab Ubaidillah Ba Alwiy. Kosong riwayat selama 550 tahun.

Berulang kali penulis ungkapkan, bisa saja metode populer dan viral diakui, namun populer dan viral yang terjadi di masa lalu (abad 4 s/d 8) dan itupun (populer dan viral) dapat kita ketahui dengan adanya catatan/kitab sezaman, itu artinya metode itsbatnya bukan lagi populer dan viral, tapi metode kitab se zaman.

Penulis sampaikan, bahwa nasab ba alwiy ini tidak perlu dibatalkan, apalagi dengan sebuah kitab seperti asy Syajaroh al Mubarokah karya Fakhrur Rozi abad 6. (namun batal dengan sendirinya, karena memang tidak pernah ada itsbat yang sah/shoheh).

KH. Imaduddin memang membatalkan nasab ba alwiy, dengan ;
1. kitab asy Syajaroh al Mubarokah, karena nama Ubaidillah tidak disebut dalam hasr keturunan Ahmad bin Isa, yang hanya menyebut 3 anak (Muhammad, Ali dan Husain)
2. temuan 550 tahun nama ubaidillah tidak tercatat

Penulis sendiri tidak membatalkan, tapi lebih menekankan pada TIDAK SAHNYA ITSBAT NASAB BA ALWIY, karena tidak ditemukannya populer viral ataupun kitab sezaman di masa hidup Ubaidilah sampai 550 tahun. (barulah dikarang/direkayasa oleh ali asy syakron abad 9).

Dalam kitab Al Bahrul Muhith  j.6/32, disebutkan ;
النافي هل يلزمه الدليل؟
المثبت للحكم يحتاج للدليل بلا خلاف
Artinya : "dalam hal menafikan, apakah diharuskan ada dalil? 
dalam hal menetapkan hukum diharuskan memiliki dalil, tanpa adanya perbedaan pendapat (di antara para ulama)".
ولا يجوز نفي الحكم الا بالدليل كما لا يجوز اثباته
Artinya : "Tidak boleh menafikan hukum kecuali menggunakan dalil, sebagaimana tidak boleh menetapkannya (menetapkan hukum tanpa dalil)".

Kalau tidak pernah disahkan, lalu buat apa dibatalkan.
Sebagaimana sholat orang yang tidak wudlu, Sholatnya sudah tidak sah tanpa perlu datang sesuatu yang membatalkan sholat.

Yang menarik di sini adalah Lora Ismael merasa punya angin segar, berupa kesempatan mematahkan argumen pembatalan yang dilakukan oleh KH. Imaduddin dengan menggunakan kitab asy Syajaroh al Mubarokah. Sekalipun Lora berhasil,  namun Lora melupakan EXISTENSI dari nama Ubaidillah yang kosong riwayat selama 550 tahun. padahal ini lah substansi persoalannya.

Lora Ismael hanya memiliki satu peluang, yaitu mengitsbat nasab ba alwiy dengan metode kitab sezaman atau yang mendekatinya. bukan metode populer viral ataupun 5 metode yang lain. JUST ONE...

Lora Ismael mengutip kalimat Syekh Kholil Ibrohim :
الاصول هي ما تم الاتفاق عليه وتسالم عليه اهل النسب مثلا انتساب ابي بكر الصديق لبني تيم بن مرة اخو كعب بن مرة جد رسول الله صلى الله عليه وسلم  هذا مسلم به ..فاذا وجدنا كتابا في زمان لاحق ينسب ابي بكر لبني تميم لا ناخذ به
“ Ushul adalah sebuah informasi yang telah disepakati oleh para ulama nasab, misal bernasabnya Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq kepada Bani Taim Bin Murroh, maka andaikan ada kitab yang menyatakan bahwa beliau bernasab kepada Bani Tamim kita tidak bisa membenarkannya “ 

KOMENTAR PENULIS :

Informasi mana yang katanya disepakati oleh ulama' nasab tentang nama Ubaidillah???

Sudah penulis jabarkan di atas, jangankan kesepakatan, satu catatanpun tidak ditemukan atas nama Ubaidillah. Dan itu berlangsung selama 550 tahun.

Yang lebih mengherankan lagi, dari sisi mana Syekh Kholil Ibrohim menyamakan nasab ABU BAKAR ASH SHIDDIQ bani Tamim (yang telah nyata populer dan viral pada masanya) dengan UBAIDILLAH anak AHMAD bin ISA???

Ubaidillah ini manusia apa? jangankan wujud dan kiprahnya ditengah masyarakat, nama saja tidak ada yang menyebutkan.

Lora Ismael dan Syekh Kholil Ibrohim membohongi ummat dengan menyamakan nama fiktif Ubaidillah dengan tokoh besar yang populer dan viral sebagai bani tamim dan shohabat Rosululloh SAW.

Lora Ismael mengatakan : 

"Teori dasar ilmu nasab yang selama ini ditabrak oleh Kiai Imad adalah : tidak disebutnya suatu nama dalam sebuah kitab tertentu bukan berarti menafikan, kaidah ini disebutkan dalam kitab Muqaddimat Ilmil Ansab yang sering dijadikan hujjah oleh Kiai Imad selama ini :
ان ما اثبته كتاب الانساب القدامى فهو حجة يمكن العمل به ومالم يثبتوه يعمل فيه بالقرائن ولا موجب للالتزام بنفيهم بعد العلم بمصادر تدوينهم لان عدم الوجدان  لايعني العدم
“ apa yang ditetapkan oleh kitab-kitab nasab kuno adalah hujjah yang bisa kita amalkan, sedangkan yang belum ditetapkan/disebutkan maka kita melihat “Qarain” ( data-data yang lain ) dan tidak adanya penyebutan bukan berarti menafikan, karena tidak ditemukan bukan berarti tidak ada “ 

KOMENTAR PENULIS : 

Penulis terjemah ulang, supaya penulis mudah menjabatkannya :

"apa yang ditetapkan (dicatat) oleh sebuah kitab nasab kuno adalah hujjah (dalil) yang bisa diberlakukan. Sedangkan yang belum ditetapkan (dicatat),  maka diberlakukan berdasarkan Qarain (manuskrip, catatan keluarga atau petunjuk lain). dan tidak harus berkomitmen pada apa yang mereka (ulama' nasab) nafikan setelah mengetahui sumber data mereka. Karena tidak ditemukan bukan berarti tidak ada “

Dalam kutipan tadi, Lora Ismael sama sekali tidak menjelaskan QORO'IN (manuskrip, catatan keluarga atau petunjuk lain) yang bisa membuktikan bahwa Ali asy Syakron dalam kitab al Burqoh al Musyiqoh (895 H) tidak sekedar MEMBUAL ketika menyebut nama Ubaidillah. 
Sederhananya ; Qoro'in atau dalil apa yg dimiliki asy Syakron kok berani menetapkan Ubaidillah anak dari Ahmad bin Isa???

Sementara tidak ditemukan buku nasab abad 4 s/d 8 yang menyebut nasab itu (Ubaidillah anak dari Ahmad bin Isa). Dan tidak ada buku sejarah mu'tabar yang meriwayatkan tentang perpindahan Ahmad ke Yaman.

Lalu ketika kita menghubungkan kondisi Ubaidillah yang tidak disebut oleh kitab kuno, maka Syekh Kholil memberi peluang dengan mengatakan : 
ومالم يثبتوه يعمل فيه بالقرائن
"Sesuatu yang belum ditetapkan maka diberlakukan berdasarkan QORO'IN"

Qoro'in seperti apa yang mampu Lora Ismael sajikan dari abad 4 s/d 8?

Kalau boleh penulis jawab, beliau tidak akan mampu menghadirkan Qoro'in nasab Ubaidillah ba alwiy

Lora Ismael mengatakan : 

".... bukan syarat sumber sezaman yang tak pernah disyaratkan oleh para ulama nasab manapun itu, salah seorang Kiai pakar nasab dari kalangan kami Dzurriah Walisongo bahkan mengatakan itu adalah “syarat konyol”, sebagian Kiai - juga dari Dzurriah Walisongo yang saya tanya berkomentar :

“ syarat Kiai Imad ini andai diterapkan untuk mengitsbat nasab, bukan cuma Ba’alawi yang kena, kita semua juga akan kena “ 

KOMENTAR PENULIS : 

Lora Ismael sepaham dengan salah satu pakar nasab dari dzurriyah wali songo dalam beranggapan "Syarat Kitab Sezaman adalah SYARAT KONYOL"

Kalau bukan kitab Sezaman (kitab, manuskrip dan catatan keluarga) atau yang mendekatinya, lalu dengan apa mahu mengitsbat nasab Ubaidillah???

Mahu mengitsbat dengan Populer Viral lagi, apa anda bisa mendengar kepopuleran orang yang hidup 1100 tahun lalu???!!! Jangan berhayal atau mencoba untuk bermimpi.

Satu-satunya yang bisa di terapkan pada nasab ba alwiy hanya metode kitab sezaman/mendekati.

Lora Ismael mengatakan : 
Padahal orang yang dia salahkan lebih luas ilmu nahwunya dan sudah hafal Alfiah diluar kepala. Kalian tau ? dalam ilmu nasab Kiai Imad sama persis seperti “anak Jurumiah” itu, baru hafal beberapa Kaidah ilmu nasab aja tapi udah “petentang-petenteng” kesana-kemari bahkan menyalahkan dan nantangin semua ulama pakar nasab dunia yang tidak sependapat dengannya.

KOMENTAR PENULIS :

Siapapun orangnya seluas apapun pengetahuannya, tapi dia mengitsbat nasab ba alwiy dengan kitab abad 9 s/d 15, maka tetap saja itsbatnya SALAH, 

Dan ternyata Kiai Imaduddin telah salah menilai Lora Ismael, sang Lora belum faham cara mengitsbat suatu nasab.

Kiai Imaduddin jauh lebih baik dari anda, beliau mampu mengurai nasab kusut ba alwiy, sehingga saat ini telah terang benderang sebagai basab palsu. Sedangkan anda apa? anda tidak bisa mematahkan narasi keterputusan nasab ba alwiy.

Kalau gengsi menyebut karya Ilmiyah Kiai Imaduddin sebagai tesis, sehingga menurut anda tidak perlu dibuatkan antitesisnya, maka penulis sarankan, silahkan anda membuat TESIS ITSBAT NASAB BA ALWIY, kalau memang anda merasa mampu?!

Jangankan membuat tesis, metode Istbat nasab saja anda belum mengerti. Penulis jadi tidak optimis menunggu tesis anda.

Kiai Imaduddin tidak seperti yang Lora katakan. Yang "petentang-petenteng" itu kebanyakan mereka para ba alwiy, mereka sombong dengan nasab. Seperti Lora tidak tahu saja!

Lora Ismael mengatakan : 
Padahal orang yang dia salahkan lebih luas ilmu nahwunya dan sudah hafal Alfiah diluar kepala. Kalian tau ? dalam ilmu nasab Kiai Imad sama persis seperti “anak Jurumiah” itu, baru hafal beberapa Kaidah ilmu nasab aja tapi udah “petentang-petenteng” kesana-kemari bahkan menyalahkan dan nantangin semua ulama pakar nasab dunia yang tidak sependapat dengannya.

KOMENTAR PENULIS :

Siapapun orangnya seluas apapun pengetahuannya, tapi dia mengitsbat nasab ba alwiy dengan kitab abad 9 s/d 15, maka tetap saja itsbatnya SALAH, 

Dan ternyata Kiai Imaduddin telah salah menilai Lora Ismael, sang Lora belum faham cara mengitsbat suatu nasab.

Kiai Imaduddin jauh lebih baik dari anda, beliau mampu mengurai nasab kusut ba alwiy, sehingga saat ini telah terang benderang sebagai basab palsu. Sedangkan anda apa? anda tidak bisa mematahkan narasi keterputusan nasab ba alwiy.

Kalau gengsi menyebut karya Ilmiyah Kiai Imaduddin sebagai tesis, sehingga menurut anda tidak perlu dibuatkan antitesisnya, maka penulis sarankan, silahkan anda membuat TESIS ITSBAT NASAB BA ALWIY, kalau memang anda merasa mampu?!

Jangankan membuat tesis, metode Istbat nasab saja anda belum mengerti. Penulis jadi tidak optimis menunggu tesis anda.

Kiai Imaduddin tidak seperti yang Lora katakan. Yang "petentang-petenteng" itu kebanyakan mereka para ba alwiy, mereka sombong dengan nasab. Seperti Lora tidak tahu saja!

Kiai Imaduddin hanya ngin menjelaskan bahwa nasab ba alwiy MUSTAHIL diitsbat sebagai dzurriyah oleh pakar nasab manapun dengan metode yang benar.

Pada 2 paragraf terakhir, Lora memberi masukan tentang bagaimana seharusnya diskusi nasab dilakukan.

KOMENTAR PENULIS :

itu baru seperti bijak, gitu dong. Jangan seperti postingan yang lalu. Anda mengatakan Kiai Imaduddin tidak pantas berdebat dengan ulama' dunia, takut mempermalukan ulama' indonesia.

Statmen macam apa ini?!

Semoga pada tanggal 10 September Ribithoh bersedia hadir, walau hanya wakil di UIN Wali Songo Semarang.

Kalau tidak, maka Robithoh sudah absen sebanyak 6 kali dalam tantangan debat, dan pantas mendapatkan gelar : "AL KABURIYAH AL NGENYONGIYAH"

HISTORIS THORIQOH TIJANIYAH




Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA


Saya berbincang dengan pimpinan thoriqah tijaniyah cabang Jember KH. Nurhasan bersama jamaahnya di kediaman ibu Siti Aminah, S. Ag., MM. hingga larut malam. 

Perbincangan itu cukup antusias pasalnya menyangkut histori thoriqah tijaniyah perspektif sejarah sebagai akar ideologi para pengamalnya. Ini penting dibincangkan untuk mengokohkan keyakinan mereka.

Thariqah Tijaniyah berdiri pada tahun 1196 H/1781 M. yang didirikan oleh Imam Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani Al-Jazairi. Nama At- Tijani diambil dari suku Tijanah yaitu suku yang hidup di sekitar wilayah Tilimsan, Aljazair. Kabilah Tijanah adalah keluarga Syekh Ahmad At-Tijani dari pihak ibu dan pada kabilah inilah lebih dikenal sebutan marganya sehingga lazim disebut dengan Tijani. Dari keluarga besar atau kabilah Tijanah ini banyak lahir ulama dan wali-wali agung.

Nasab beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar bin Ahmad bin Muhammad bin Salim bin Abu Al-'ld bin Salim bin Ahmad (Al-'Ulwani) bin Ahmad bin 'Ali bin 'Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul-Jabbar bin Idris bin Idris bin Ishaq bin 'Ali Zainal 'Abidin bin Ahmad bin Muhammad (Nafs Az-Zakiyah) bin 'Abdullah Al-Kamil bin Hasan As-Sibth bin Hasan Al-Mutsanna bin 'Ali dan Fathimah binti Rasulullah.

Ahmad At-Tijani dilahirkan (1150 H/1737 M) di 'Ain Madhi atau biasa juga disebut Madhawi masuk wilayah Tilmisan selatan Aljazair. Ahmad At-Tijani sejak kecil sudah digembleng dengan pendidikan yang ketat sehingga pada umur 7 tahun sudah hafal al-Qur'an di bawah bimbingan Syekh Sayyid 'Isa di daerah Ukazh Madhi.

Sejak kecil beliau telah mempelajari berbagai macam cabang ilmu seperti Fiqh, Ushul Fiqh, dan sastra dari Syekh Al-Mubarak bin Rusyd dan Syekh Al-Ahdhori. Beliau dikenal dengan kecerdasan, ketekunan, memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga pada usia 20 tahun telah mengajar dan memberi fatwa tentang berbagai masalah agama.

Pada tahun 1171, saat usia Ahmad At-Tijani menginjak 21 tahun, beliau pindah ke kota Fez, Maroko, yang pada saat itu menjadi pusat studi ilmu agama di wilayah barat sebagaimana kota Kairo, Mesir. Di kota ini beliau mempelajari kitab Al-Futuhat Al-Makkiyah karya Syekhul-Akbar Ibnu 'Arabi (w. 638 H/1240 M) di bawah bimbingan Ath-Thayyib bin Muhammad Al-Yamhali dari Hibthi dan Muhammad bin Al-Hasan Al-Wanjali (w.1185).

Ketika Syekh Ahmad At-Tijani memasuki usia 31 tahun, beliau mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti beberapa thariqah, di antaranya adalah; Thariqah Qadiriyyah di bawah bimbingan langsung Syekh 'Abdul-Qadir Al-Jilani; Thariqah Nashiriyyah yang diambil dari Syekh Abu 'Abdillah Muhammad bin 'Abdillah; Thariqah Ahmad Al-Habib bin Muhammad; Thariqah Malamatiyyah di bawah bimbingan Syekh Abu 'Abbas Ahmad Ath- Thawwas.

Kemudian beliau pindah ke Zawiyah (pesantren) Syekh 'Abdul-Qadir bin Muhammad Al-Abyadh dan menetap beberapa saat kemudian kembali ke Tilmisan. Pada tahun 1186 H, Beliau berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji, berziarah ke makam Nabi Muhammad. Dalam menempuh perjalanan panjang ke Makkah, beliau menjumpai tokoh-tokoh Sufi dan sekaligus mendalami ilmu tasawuf.

Beliau tiba di Desa Azwari wilayah Aljazair dan menjumpai Sayyid Ahmad bin 'Abdur-Rahman Al-Azhari (w.1198) seorang tokoh Thariqah Khalwatiyyah dan beliau mendalami thariqah ini. Kemudian beliau berangkat ke Tunisia dan menjumpai Syekh 'Abdus-Shamad Ar-Rakhawi (w. 1196 H). Di kota ini beliau belajar thariqah sambil mengajar ilmu tasawuf, diantara kitab yang diajarkan adalah Al-Hikam.

Kemudian beliau meneruskan safar ke Mesir menjumpai Shufi dari Thariqah Kholwatiyyah, Syekh Mahmud Al-Kurdi (w.1208 H), sembari mendalami Thariqah Kholwatiyyah. Pada bulan Syawwal tahun 1187 H. sampailah beliau ke Makkah. Pada waktu di Makkah ada seorang wali bernama Syekh Al-Imam Abu Al-'Abbas Sayyid Muhammad bin 'Abdillah Al-Hindi (w. 1187 H). Setelah melaksanakan ibadah haji, Syekh Ahmad At-Tijani terus berziarah ke makam Nabi Muhammad. Di kota Madinah beliau menjumpai seorang Wali Quthub Syekh Muhammad bin 'Abdullah As-Samman (w. 1775 M.) yaitu seorang mursyid Thariqah Khalwatiyyah dengan maksud untuk mendapatkan ajaran-ajaran sebagai persiapan masa depan.

Dalam perjalanan pulang ke Aljazair, Syekh Ahmad At-Tijani menjumpai gurunya di Mesir yaitu Syekh Mahmud Al-Kurdi, dengan tujuan untuk mendiskusikan tentang masalah tasawuf yang sulit dipahami (musykil). Dalam waktu yang relatif lama beliau tiap hari berdiskusi dengan Syekh Mahmud Al-Kurdi, sampai akhirnya Syekh Mahmud Al-Kurdi mengangkat Syekh Ahmad At- Tijāni sebagai khalifah Thariqah Khalwatiyyah di wilayah Maroko.

Pada tahun 1196 H, tepatnya ketika Syekh Ahmad At-Tijani berusia 46 tahun, beliau pergi ke pedalaman Aljazair tepatnya di Desa Abu Samghun untuk melakukan khalwat hingga di situlah beliau mendapatkan Al-Futüh (keterbukaan). Beliau bertemu Rasulullah dalam keadaan sadar, terjaga bukan dalam keadaan mimpi. Selanjutnya Rasulullah membimbing (menalqin) Syekh Ahmad At-Tijani dengan membaca istighfar 100 kali, Shalawat 100 kali dan selanjutnya Rasulullah bersabda:

لَا مُنَّةَ لِمَخْلُوقٍ عَلَيْكَ مِنْ أَشْيَاحَ الطَّرِيقِ فَأَنَا وَاسِطَتُكَ وَ مُمِدُّكَ عَلَى التَّحْقِيقِ. فَاتَرُكْ عَنْكَ جَمِيعَ مَا أَخَذْتَ مِنْ جَمِيعِ الطَّرِيقِ وَ قَالَ لَهُ : الْزَمْ هَذِهِ الطَّرِيقَة مِنْ غَيْرِ خَلْوَةٍ وَ لَا اعْتِزَالَ عَنِ النَّاسِ حَتَّى تَصِلَ مَقَامَكَ الَّذِي وُعِدْتَ بِهِ وَ أَنْتَ عَلَى حَالِكَ مِنْ غَيْرِ ضَيْقٍ وَ لَا حَرَجٍ وَ لَا كَثْرَةِ مجَاهَدَةِ وَ اتْرُكُ عَنْكَ جَمِيعَ الْأَوْلِيَاء

"Tidak ada karunia bagi seorang makhluk dari guru-guru thariqah atas kamu, maka akulah perantara dan pembimbingmu secara nyata. (Oleh karena itu) tinggalkanlah semua thariqah yang telah kamu ambil. Tekunilah thariqah ini tanpa khalwat dan menghindari manusia sampai kamu mencapai kedudukan yang telah dijanjikan kepadamu dan kamu tetap berada pada keadaanmu tanpa kesempitan, tanpa susah payah, tidak banyak mujahadah dan tinggalkanlah semua wali.”

Empat tahun berikutnya, ketika berusia 50 tahun, Syekh Ahmad At-Tijani mencapai martabat Al-Quthb Al-Kamil, Al-Quthb Al-Jami dan Al-Quthb Al-'Uzhma, yang pengukuhannya di Padang 'Arafah, Makkah Al-Mukarromah. Pada tahun yang sama, hari ke-18 bulan Shafar, beliau dianugerahi sebagai Al-Khatm Al-Auliya Al-Maktum (Penutup para wali yang tersembunyi). Hari inilah yang kemudian diperingati oleh jamaah, ikhwan, dan para muhibbin Thariqah Tijaniyah sebagai 'Idul-Khatmi.

Syekh Ahmad At-Tijani meninggal di Fez Maroko 1230 H. Sejauh ini At-Tijani tidak meninggalkan karya tulis tasawuf yang diajarkan dalam thariqahnya. Ajaran-ajaran thariqah ini hanya dapat dirujuk dalam bentuk buku-buku karya murid-muridnya, misalnya Jawahir Al-Ma'ani wa Bulūgh Al-Amani fi Faidhi Asy-Syekh At-Tijani, Kasyf Al-Hijab 'Amman Talaqqa Ma'a At-Tijäni min Al-Ahzab, dan As-Sirr Al-Abhar fi Aurad Ahmad At-Tijäni. Dua kitab yang disebut pertama ditulis langsung oleh murid At-Tijani sendiri, dan dipakai sebagai panduan para muqaddam dalam persyaratan masuk ke dalam Thariqah Tijaniyah pada abad ke-19.

Al-Muhaddits Muhammad bin 'Ali Al-Hakim At-Tirmidzi (penyusun Kitab Nawadirul-Ushūl Fil-Hadits) menyatakan makna sebenarnya dengan istilah khatmul-auliya’, beliau berkata,

و ليس معناها ان صاحب هذه المرتبة هو اخر الأولياء و لكن معناها انه اتم مقامات الولاية وبلغ اعلى مرتبة فيها (الواردات : ١٢٦(

“Makna khatmiyah (penutup) bukanlah bahwa pemilik martabat ini merupakan akhir para wali. Tetapi dia paling sempurna maqam wilayahnya dan mencapai kedudukan (martabat) paling tinggi di dalamnya."

Perkembangan Thariqah Tijaniyah

Pada tahun 1789 M, Syekh Ahmad At-Tijani pindah dan menetap di kota Fes Maroko. Syekh Ahmad At-Tijani mengajak Sultan Maulana Sulaiman (W. 1238 H) untuk mengembangkan thariqah ini di wilayah kerajaannya yaitu Maroko. Sampai Syekh Ahmad At-Tijani meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 17 Sya'ban 1230 H. dan dimakamkan di kota Fes Maroko. Beliau mempunyai dua orang putera yaitu; Sayyid Muhammad Al-Habib dan Sayyid Muhammad Al-Kabir. Sejak dimulai pada tahun 1787, selain di Maroko, pengikutnya kemudian banyak tersebar di Aljazair, Tunisia, Mesir, Palestina, Sudan, Mauritania, Senegal dan Nigeria.

Thariqah Tijaniyah dibawa masuk ke Indonesia kira-kira tahun 1920-an oleh seorang ulama kelahiran Makkah, 'Ali bin 'Abdullah Ath-Thayyib Al-Azhari. Awal perkembangannya di Tanah Air, thariqah tersebut mendapatkan penentangan dari thariqah-thariqah lain yang lebih dahulu ada dan telah mapan, antara lain Naqsyabandiyyah, Qadiriyyah, Syathariyyah, Syadziliyyah dan Khalwatiyyah.

Perkembangan Tijaniyyah di Indonesia tidak begitu pasti diketahui kapan waktunya, tetapi munculnya Thariqah Tijaniyyah ini bisa ditandai dengan dua fenomena yang terjadi, yaitu adanya gerakan Tijaniyyah di Cirebon pada tahun 1928 dengan adanya pengajaran Tijaniyyah di Pesantren Buntet oleh Kiai Anas dan fenomena yang kedua yaitu dengan hadirnya Syekh 'Ali bin 'Abdullah Ath-Thayyib dengan mengajar Tijaniyyah di Tasikmalaya pada awal abad ke-20 M. Beliau juga menulis kitab Munyat Al-Murid yang menjelaskan mengenai sanad Thariqah ini dari guru-gurunya terdahulu, yang kemudian diajarkan kepada murid-muridnya secara meluas.

Perselisihan mengenai Thariqah Tijaniyah reda setelah Muktamar Jam'iyyah Nahdlatul Ulama ke III tahun 1928 di Surabaya yang memutuskan bahwa Thariqah Tijaniyah adalah mu'tabarah (diakui secara absah). Keputusan tersebut diperkuat kembali di dalam Muktamar NU ke VI tahun 1931 di Cirebon, bahwa Thariqah Tijaniyah termasuk dalam kategori thariqah yang mu ‘tabarah.

Saat ini Thariqah Tijaniyah merupakan salah satu dari 43 Thariqah Mu'tabarah Indonesia atau thariqah yang diakui keabsahannya. Jumlah jamaah thariqah ini di Tanah Air sekitar 10 juta jiwa. Dan, sekitar 40 persen dari mereka adalah kalangan kiai dan pemimpin pondok pesantren yang tersebar di 14.657 pesantren. Di beberapa tempat, thariqah ini terus berkembang, utamanya di Cirebon dan Garut (Jawa Barat), Madura dan ujung Timur Pulau Jawa.

Amalan dan Ajaran Thariqah Tijaniyah

Amalan wirid Thariqah Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu: istighfar, shalawat dan tahlil. Di dalam Thariqah Tijaniyah terdapat dua macam zikir yaitu zikir lazim (yang harus diamalkan) dan zikir ikhtiyari (yang lebih baik kalau diamalkan). Thariqah Tijaniyah menitik beratkan zikir-zikir pagi dan sorenya dengan istighfar, shalawat, dan tahlil.

اما اوراده التي تلقن الخلق هي : استغفر الله مائة مرة و الصلاة على رسول الله باي صيغة مائة مرة ثم الهيللة مائة مرة (جواهر المعاني ج:۱ ص: ۱۰۳ / ميزاب الرحمة ص : ١٨ / الفتح الرباني ص : ٦٩(

"Adapun beberapa wirid Syekh Ahmad At-Tijäni yang ditalqinkan kepada semua makhluk adalah Astagfirullah 100 kali, shalawat kepada Rasulullah dengan bentuk lafal apapun 100 kali dan tahlil 100 kali."

Syekh Ahmad At-Tijäni mengembangkan thariqah At-Tijani menggabungkan dua corak metode tasawuf yaitu; tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Hal ini dapat dilihat dari ajaran Syekh Ahmad At-Tijani tentang maqâm Nabi Muhammad sebagai Haqiqat Al-Muhammadiyyah dan Wali Khatam. Lalu muncul shalawat Al-Fatih dan shalawat Jauhar Al-Kamal,

Thariqah Tijaniyah tidak ada larangan ziarah, yang ada ialah mengatur berziarah. Lebih-lebih ziarah semua aulia sangat dianjurkan, karena mereka kekasih Allah dan kita juga wajib mencintainya. Ziarah sesama muslim hukumnya Sunah baik waktu masih hidup atau sudah mati. Jadi ziarah kita ke orang shalih atau muslim selain ikhwan At-Tijani semata-mata karena silaturahmi dan hadiah Al-Fatihah.

ان شيخنا لم ينه احدا من طريقته من التعلم من جميع الأولياء والعلماء ولا من حضور مجالسهم ولا من استماع مواعظهم وكلامهم ولا من التواصل في الله و الرحم (ما ع ١ / ١٤٥(

"Bahwa Sayyidi Syekh Ahmad At-Tijäni tidak melarang ziarah secara umum, karena beliau tidak pernah melarang siapapun dari pengikut Thariqahnya menuntut ilmu kepada semua Wali atau Ulama, tidak melarang menghadiri majelis (ta'lim) mereka, tidak melarang mendengarkan wejangan-wejangan dan perkataan mereka dan tidak melarang mengadakan hubungan karena Allah dan silaturahmi.”

Dan Ikhwan Tijäni berkewajiban menuntut ilmu untuk menjaga 'aqidah dan amal ibadah.

اعلم انه على كل مكلف ان يحصل من العلم ما يضح به اعتقاده على مذهب السنة والجماعة وما تضحونه اعماله على وفق الشريعة المطهرة (ما ع ١/ ٩٩(

“Ketahuilah, bahwa semua orang mukallaf berkewajiban menghasilkan ilmu yang menjadikan sah aqidahnya sesuai dengan madzhab Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dan ilmu-ilmu yang menjadikan amal ibadahnya sehingga cocok dengan Syari'at yang suci itu.”

Syekh At-Tijani banyak mengingatkan dan berpesan agar selalu takut kepada Allah, tidak menyalahi perintah-perintah-Nya dan merasa aman dari murka Allah serta supaya waspada dari dosa- dosa dan maksiat. Beliau berkata,

فليحذروا من معاصى الله و من عقوبته و من قضي الله عليه منكم و العبد غير معصوم فلا يقربنه الا وهو باكي القلب خاف من عقوبة الله )ميزاب الرحمه ص : ٢٩(

"Hendaklah kalian takut dari maksiat-maksiat kepada Allah dan siksa-Nya. Siapa yang telah melakukannya dari kalian (dengan ketetapan Allah juga) dan seorang hamba memang tidak ma'shum, maka jangan mendekat kepada Allah, kecuali dengan hati yang menangis dan takut akan siksa Allah."

Jama'ah Thariqah Tijaniyah pada hari Jumat setelah Ashar akan melakukan zikir, mengingat Allah dan banyak berdoa kepada Allah. Baik sendiri atau pun berjama'ah. Karena waktu akhir Jum'at merupakan waktu yang dianggap mustajab untuk berdoa. Nabi mengingatkan supaya banyak berdoa dan mengingat Allah pada hari Jumat setelah Ashar.

Hal yang ditekankan dalam Thariqah Tijaniyah bagi jamaahnya adalah istiqamah, bukan karamah.

كن طالب الاستقامة ولا تكن صاحب الكرامة فإن نفسك تتحرك في طلب الكرامة ومولاك يطالبك و كن بحق مولاك اولى بك ان تكون بحظ نفسك وهواك )بغية المسقيد : ۲۰۸(

"Jadilah orang yang berusaha istiqamah dan jangan mengharap karamah. Sesungguhnya nafsu bergejolak dalam mencari karamah, tetapi Tuhanmu menuntut istiqamah. Kamu tidak akan dapat mengutamakan Tuhanmu selama kamu mementingkan bagian nafsu dan keinginanmu."

Syekh Ahmad At-Tijani banyak berlindung diri dari mengaku-ngaku sesuatu yang tidak sesuai dengan kedudukan atau maqamnya, baik karamah atau lainnya. Beliau berkata,

ان عقوبتها اي الدعوى الموت على سوء الخاتمة ( ميزا ب الرجمة : ١٠(

"Sesungguhnya siksanya (pengakuan) adalah mati secara su'ul khatimah."

Demikianlah sekilas pengantar tentang Thariqah At-Tijaniyyah. Lebih rinci, kami persilakan datang ke mursyid, kholifah atau badal At-Tijaniyyah di daerah terdekat.

Salam al-Mihrab Foundation, Jatibarang Brebes, 30 Agustus 2024. Artikel ini ditulis hasil dari diskusi dengan para pegiat dan pengamal thoriqah tijaniyah asal kota Jember.

Selasa, 27 Agustus 2024

*Fakta Sejarah Benturan NU Dengan Ormas/Orpol (Subversif) :*



1. *NU* dengan Masyumi, yang bubar Masyumi
2. *NU* dengan PKI, yg bubar PKI
3. *NU* dengan PRRI/Permesta, yg bubar PRRI Permesta
4. *NU* dengan DI/TII, yg bubar DI/TII
5. *NU* dengan NII, yg bubar NII
6. *NU* dengan Gafatar, yg bubar Gafatar
7. *NU* dengan JI, yg bubar JI
8. *NU* dengan JAT, yg bubar JAT
9. *NU* dengan HTI, yg bubar HTI
10.*NU* dengan FPI yang bubar FPI
 dan masih banyak  ORPOL2 yg tidak resmi tenggelam dgn sendirinya 

_Masih Tidak Yakin Kalau NU Sebagai Penjaga Negara dan Agama....??_

_Masih Berani Benturan Dengan NU....??_
Tidak riya', hanya mempertegas kalau *NU* itu betul2 keramat...

*ANDA DIBUBARKAN?* _UMAT YANG MINTA!_

1. _Siapa yang pasang badan ketika *Makam Rasulullah mau dimusnahkan pemerintah Arab Saudi yg Wahabi* ?_
Jawabannya: *NU*, melalui *Komite Hijaz* yang dibentuk *HadratusSyech KH.Hasyim Asy'ari* dengan mengutus *KH.Wahab Chasbullah*.

2. _Siapa yang berjuang menumpas penjajah Jepang?_
Jawabannya: *NU*, melalui barisan Hizbullah dan lainnya.
3. _Siapa yang membumikan nama Indonesia dan mengusulkan Ir. Soekarno sebagai pemimpin?_
Jawabannya: *NU*, melalui muktamar Banjarmasi sebelum kemerdekaan.

4. _Siapa yang berijtihad bahwa Indonesia adalah negara Darussalam yang harus diperjuangkan?_
Jawabannya: *NU*, melalui Bahtsul Masail dipenghujung tahun 1930-an.

5. _Siapa yang mengeluarkan resolusi Jihad?_
Jawabannya: *NU*, melalui fatwa Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari tanggal 22 Oktober. Memicu kejadian bersejarah tanggal 10 November.

6. _Siapa yang menengahi perseteruan Nasionalis dan Islamis saat membuat dasar negara?_
Jawabannya: *NU*, melalui sosok KH. Wahid Hasyim yang saat itu mengambil lima intisari Piagam Madinah.

7. _Siapa yang meminta negara tetap mengayomi umat Islam pasca penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Pancasila?_
Jawabannya: *NU*, tatkala KH. Wahid Hasyim meminta dibentuk Departemen Agama.

8. _Siapa yang dulu menetralisir kebijakan berbau komunisnya Bung Karno?_
Jawabannya: *NU*, saat Kyai Wahab secara gesit masuk dalam barisan Nasakom untuk menghadang PKI mempengaruhi Soekarno.

9. _Siapa yang menjaga keutuhan negara dan ikut bertempur saat Komunis melajalela?_
Jawabannya: *NU*, melalui santri pondok, Ansor, Banser dan barisan Pagar Nusa. Sebab waktu itu sasarannya adalah Kyai pondok.

10. _Siapa yang berijtihad saat asas tunggal diberlakukan negara?_
Jawabannya: *NU*, dimasa Kyai Ahmad Siddiq secara gesit menerima asas tunggal Pancasila dengan dalil-dalil sharih.

11. _Siapa yang meminta pemerintah mengayomi seluruh ormas Islam di Indonesia?_
Jawabannya: *NU*, melalui sosok KH. Ibrahim Hosen _(ayahnya Gus Nadirsyah Hosen yang dituduh syiah, liberal, anti-Islam, wa akhawatuha itu)_ melalui usulan dibentuknya MUI.
Beliau juga yang meletakkan dasar-dasar _ijtihad ijtima'i ala *NU*_ dalam tubuh MUI.
Sekelompok orang yang organisasinya dibubarkan berteriak lantang, _"negara jangan semena-mena membubarkan kami, ingat, umat Islamlah yang memperjuangkan negara ini dari masa ke masa!!"_

*Jangan hanya like, kopi langsung kirim ke yang lain...Biar ngerti tentang perjuangan NU*.

https://t.me/NUmenujuperadabandunia

Minggu, 25 Agustus 2024

Inilah Kisah Pemuda Ansor Diracun PKI

*
Oleh : _Husni Mubarok Al Qudusi, DPP PWI Laskar Sabilillah_

Kepada para Kiai & Tokoh pembebas perbudakan spiritual, kami akan bercerita tentang kelicikan serta kekejaman PKI dikala membantai 62 pemuda Ansor lewat racun yang ditaburi pada makanan. Oleh karena itu jangan pernah anda mendatangi undangan diskusi tantang nasab secara tertutup dari Ba'alwi Al Kadzab penyembah berhala nasab selain di tempat netral dan jelas serta ada jaminan keamanan. Berikut kisahnya..

Tragedi pembantaian yang dilakukan oleh PKI terhadap 62 pemuda Banyuwangi yang tergabung dalam Ansor sangat keji. Mereka dibunuh dengan cara diracun, kemudian jenazahnya dimasukkan dalam lubang sumur. Pembunuhan masal terhadap 62 pemuda Ansor ini terjadi pada 18 Oktober 1965 silam.

Tragedi berdarah ini bermula saat rombongan Pemuda Ansor dari Kecamatan Muncar hendak bepergian ke Kecamatan Kalibaru. Namun saat berada di Karangasem, sekarang namanya Yosomulyo, rombongan pemuda Ansor ini dicegat oleh Gerwani (Perempuan PKI) yang menyamar sebagai Fatayat NU. Mereka berpura-pura mempersilahkan rombongan pemuda Ansor untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Kala itu, rombongan Pemuda Ansor disuguhkan makanan dan minuman oleh Gerwani. Rupanya suguhan tersebut merupakan jebakan dari rencana jahat PKI, karena sajian tersebut sebelumnya sudah ditaburi racun terlebih dahulu.

Tanpa rasa curiga, rombongan pemuda Ansor menyantap suguhan yang telah disiapkan. Namun, tak berselang lama mereka mulai mengalami mual dan pusing efek dari racun tersebut. Saat itulah, 62 Pemuda Ansor dibantai secara membabi buta oleh PKI.

Tak hanya itu, setelah melakukan pembantaian, PKI membuang jenazah 62 pemuda Ansor tersebut di tiga lubang yang berada di Dusun Cemetuk, Desa/Kecamatan Cluring tempat Monumen Lubang Buaya berada.

Satu lubang ada yang berisi 42 jenazah. Sementara dua lubang lainnya masing-masing 10 jenazah. Baru 3 hari kemudian, jenazah para pemuda Ansor tersebut diangkat dari dalam lubang oleh aparat militer.

Untuk mengenang puluhan pemuda Ansor yang dibunuh secara kejam itu, setiap tanggal 30 September dan 1 Oktober rutin digelar ziarah dan doa bersama di Monumen Lubang Buaya tersebut.

Al Fatihah....🤲🤲

*Pertanyaannya.. siapa gembong PKI ...?*

DNA BERBEDA-BEDA

Mereka sering bertanya :
"Kenapa Allah SWT menciptakan dna yang berbeda-beda ?!"

Tapi kenapa mereka lupa dengan cerita lama :
"Bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Adam as untuk menikahkan Qobil dengan Labuda (saudarinya Habil) dan menikahkan Habil dengan Iqlima (saudarinya Qobil)"

Dari cerita lama tersebut sudah bisa diindikasikan DNA merupakan salah satu ilmu tertua yang sudah diajarkan oleh Allah SWT pada manusia

Meski mereka berempat dari ayah ibu yang sama tapi sudah memiliki genetik yang berbeda : 
• Qobil dan Iqlima memiki genetik yang sama karena saudara kembar
• Habil dan Labuda memiliki genetik yang sama karena saudara kembar

Namun, dikarenakan Qobil membunuh Habil, lalu Qobil menikahi saudari kembarnya : Iqlima - dan hasil keturunan mereka :
• Mengingkari Allah SWT sebagai Tuhan
• Melakukan kerusakan di muka bumi
Keturunan mereka diperangi di zaman Nabi Syits as dan Nabi Idris as lalu ditenggelamkan di zaman Nabi Nuh as seperti yang telah kita ketahui
Kesamaan genetik dari kedua belah pihak menyebabkan kerusakan mental atau fisik pada garis keturunannya

Pihak yang berteriak test dna tidak ilmiah malah ditertawakan FBI dan polisi dunia. 
Mereka terjebak dalam kegelapan, tak ingin mengerti dunia modern karena hanya ingin hidup seperti kehidupan zaman kuno

Nasab yang didasarkan pada mimpi dan husnudzon malah berpotensi membahayakan penonton
Nasab haruslah di selidiki dan di validasi demi menjaga darah dan kehormatan Rasululloh SAW

DNA adalah Cara Allah SWT untuk Berkreasi dan menjaga identitas (ras) keturunan manusia 
Sejarah kian terungkap dalam sel setiap insan dan tak ada tempat untuk kebohongan

Catatan kecil :
• Kritis dalam metode sejarah - nasab - tes dna itu lebih manusiawi dan beradab dari pada metode masuk kandang hewan buas
• Agama merupakan haknya orang-orang yang menggunakan akalnya hingga kiamat, sedangkan orang-orang yang hilang akalnya maka tidak berhak sholat (sholat adalah tiang agama)
• Rasululloh Muhammad SAW sangat tegas pada keluarganya, namun sangat lembut pada umatnya
• Keturunannya Rasululloh SAW tidak diperbolehkan menerima sedekah dan zakat tapi diperbolehkan menerima hadiah dan seperlima ghonimah atau harta rampasan perang (berbeda dengan para nabi terdahulu, harta rampasan perang harus dibakar dengan api langit)

Gegara Yahudi

KANA'AN - HIJAZ - YAMAN

Kana'an merupakan nama wilayah yang mencakup Sinai hingga Syam, penyebutan Kana'an di ambil dari nama Kana'an bin Ham bin Nabi Nuh as (sedangkan nama wilayah Levant mencakup wilayah Syam hingga Mesopotamia atau Iraq)

Petra pada saat itu menjadi ibu kota Bizantium Filistin III  (Romawi Timur) dan terdapat 140 papirus berangka tahun 530 Masehi hingga 590 Masehi yang berarti masuk abad ke 6 Masehi

Petra pada abad ke 6 Masehi ini dekat dengan berbagai peristiwa :  
• Dhun Nuwas Al Himyari si Yahudi dari Yaman membakar 20ribu penduduk Najran yang mengikuti Phemion yang masih menjalankan ajaran aslinya Nabi Isa as bin Maryam as dari suku Lewi
• Justianus kaisar Romawi mengirim surat pada raja di Negus atau Najasyi (Ethiopia) untuk membalas perbuatan Dhun Nuwas di Yaman
• Aryath dan Abrahah dari kerajaan Axum atau Negus/Najasyi (Ethopia) menyerang Dhun Nuwas
• Abrahah yang ingin menghancurkan Ka'bah di Makkah
• Munculnya burung Ababil yang menghancurkan pasukan gajahnya Abrahah
• Kelahiran Nabi Muhammad SAW 

Daniel Gibson menyatakan bahwa Petra merupakan Makkah, dia bukanlah ahli sejarah dan bukan akademisi universitas mana pun - melainkan dia hanyalah seorang penulis yang bermain dengan daya khayalnya yang tentu mudah kita patahkan dengan sanggahan² logis :
1. Kenapa tidak pernah ada keterangan Makkah di kuasai Romawi ?!
2.  Ada ratusan papirus di Petra yang tidak menyebutkan nama Nabi Muhammad SAW dan 30 peperangan yang di ikuti beliau
3. Di Petra ada banyak Gereja Katedral
4. Di Petra ada banyak bendungan dan kanal air
5. Mayoritas penduduk Petra saat itu adalah Kristen

Klaim-klaim sejarah ini tentu dilakukan oleh orang² lain seperti bani azkenazi (Azkenaz bin Gomer bin Yafits bin Nabi Nuh as), efek kelamaan tinggal dari tahun 1933 lalu mendirikan negara pada tahun 1948, lalu mereka membangun 300 makam palsu di sebelah timurnya Masjid Al Aqsho dan mencangkokkan nasabnya sebagai suku ke 13 bani Israil yang hilang dan melarang warganya untuk melakukan tes dna karena bisa membongkar klaim mereka, padahal bani Israil asli yang tersisa (sefardim-kohenim-mizrahi) tetap santai² saja tidak ingin mendirikan kerajaan Israil dan malah menolak keras perbuatan zionis Azkenazi

Bani Azkenazi ingin menguasai tanah (lihat gambar) dari sungai Nil hingga sungai Eufrat dan dari sungai Litani hingga Hijaz >>> wilayah yang cocok untuk membangun pemukiman untuk klannya dalam mengontrol jalur perdagangan (darat dan laut) yang menghubungkan Asia - Afrika - Eropa hingga kepemilikan komoditas energi (minyak dan gas bumi) yang bernilai tinggi di pasaran

Sedangkan wilayah Indonesia kaya sumber daya alam dan sangat strategis untuk jalur perdagangan laut di incar oleh berbagai pihak dengan berbagai cara, salah satu cara yang dilakukan adalah klaim ini itu yang dimainkan dan menguasai posisi² strategis dalam mengambil kebijakan untuk membingungkan umat

Catatan kecil :
• Tidak sedikit suatu kaum yang menggunakan agama untuk kepentingan hegemoni politik untuk mendapatkan tanah, keuntungan ekonomi, dan lain sebagainya
• DNA, sidik mata, sidik jari merupakan catatan permanen yang bisa dijadikan saksi di dunia dan di akhirat

Ada clue dari Rasulullah saw,  beliau bersabda : 
"Hasan dan Husein as adalah dua putraku. Barang siapa yang mencintainya, maka ia mencintai aku pula"

Di sinilah clue nya, Rasulullah saw hanya menyatakan Hasan dan Husein saja... padahal ada 8 cucu beliau saw.

Selain Hasan dan Husein, ada Ali, Umamah, Abdullah, Mukhsin, Zainab, dan Ummu Kultsum.

Akan tetapi Anak lelaki dari Sayyidina Ali dan Fathimah saja yang diakui, kenapa? Karena secara Y-DNA, Rasulullah SAW dan Sayyidina Ali RA sepupu dari satu kakek, sehingga Y-DNA mereka sama! Sedangkan cucu yang lain tidak sama karena Menantunya yang lain berbeda dna dengan Rasulullah saw.... lalu kenapa Zainab dan Ummu Kulsum juga tidak? Karena mereka perempuan, dan keturunannya akan mengikuti siapa suami mereka....

Sungguh ini BUKAN KEBETULAN, tapi sudah di grand design oleh Allah azza wa jalla...

Wallahu Alam

TAFSIR PITUTUR BAHASA MADURA: PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA UNTUK ANAK

Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

"Cong-koncong Koncè
Cong-koncong Koncè
Koncèna lo-olowan
Sabhânyong saketèng
Jut-enjut tao abhâjâng
Bhâjhângnga kèta’ kèdhung
Ondhurrâghi jhung bâbâ’ân"

 
Lagu permainan ini umumnya dimainkan oleh 3 hingga 5 anak-anak Madura jaman dahulu yang mengandung makna keakraban dan penuh persaudaraan dan nasehat akan pentingnya belajar beribadah mulai sejak dini dan membuang sifat-sifat yang tidak baik agar tidak membawa sial, sebagai syair lagunya jika di tafsirkan secara bebas yakni:

"Cung-kacung, anakku yang masih kecil “masih bau kunci”. Anak yang masih kecil memanggil-manggil
Meminta uang miskipun tidak seberapa. (jaman dulu “saketeng” adalah uang yang memiliki nilai rupiah paling kecil).


Belajar bersujud untuk bisa bersembahyang walaupun sembahyangnya masih asal-asalan. Hal ini membuang rasa malas dan pekerjaan yang tidak berguna.

KH. Abdul Karim Fanani dari Pesantren Raudhatul Ihsan Petuk Kediri Jawa Timur memaparkan metode parenting Islami atau cara mendidik anak secara Islami. Mbah Manaf begitu panggilan akrabnya,  melakukan kombinasi antara metode parenting kekinian dengan ajaran Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin.

 “Sebetulnya dalam Ihya itu banyak sekali, ada enam belas materi mengenai anjuran dan juga cara mendidik anak. Namun mungkin akan sedikit saya sederhanakan, serta sedikit dikombinasikan dengan parenting modern,” ungkap Mbah Manaf, pada saya saat bersilaturahim kerumahnya. Pertama, ungkap beliau, membiasakan hal yang baik, melarang kebiasaan buruk serta mengatur jadwal anak terutama beribadah kepada Allah SWT. Selain itu, ajari ia bagaimana mengatur jadwal tidur dan makan. Anak membutuhkan "peta" yang disediakan oleh orang tuanya supaya anak terbiasa melakukan hal-hal yang baik. Karena ketika mengantuk anak belum mengerti waktu tidur, demikian pula ketika anak mulai merasa lapar. 
 “Mengkomunikasikannya belum bisa, sehingga kita ini yang harus membacanya yaitu dengan mengatur jadwalnya, dengan memahami polanya, serta mendisiplinkan dia secara perlahan,” ungkapnya. 

Kedua, kata dia, mendidik akhlak serta karakter anak supaya menjadi pribadi yang baik dengan menanamkan nilai-nilai luhur. Seperti menanamkan kejujuran, bertutur kata yang baik, memiliki sopan santun, serta memiliki kasih sayang. Selain itu, Anak mestinya dikenalkan dan didekatkan kepada orang-orang saleh, serta memberinya lingkungan dan teman-teman yang baik. 

“Ini penting sekali, karena kehidupan berteman itu seperti halnya keluarga kedua bagi si anak. Maka memang harus kita kondisikan bahwa ia akan bersama dengan teman-teman yang baik yang akan membawa pengaruh baik pula kepadanya,” imbuhnya

 Ketiga, lanjutnya, orang tua hendaknya memberi makanan yang halal dan bergizi kepada anak karena makanan akan mempengaruhi terhadap karakter anak. Misalnya ketika diberi makanan haram, anak akan sulit untuk diatur dan diarahkan.“

Keempat, hendaknya orang tua mendahulukan tarbiyah dan ta'dib, mendidik karakter serta akhlaknya dibanding ta'lim atau pendidikan intelektualnya. Karena pendidikan intelektual itu bisa dikejar, namun pendidikan karakter dan pendidikan akhlak jika sudah terlanjur buruk akan sulit dibenahi,” ungkap Mbah Manaf  yang menyukai penampilan sederhana itu.

Ditambahkannya, orang tua diharapkan tidak terlalu menekan anak tapi juga tidak membiarkan. Hal ini bertujuan supaya anak bisa terkontrol dengan baik. Seperti halnya telur, jika dibiarkan akan menggelinding tanpa arah dan jika ditekan akan pecah, maka telur tersebut perlu diarahkan atau ditempatkan pada wadahnya. 

Kelima, sambungnya, dalam mengingatkan anak hendaknya orang tua bertutur kata yang baik dan tidak terlalu keras atau tidak terlalu menekan. Karena mencegah kemungkaran dengan cara yang kasar atau keras akan menyebabkan kemungkaran yang lebih besar. 

“Jangan sering menghardik anak atau mengomeli anak, karena semakin sering dimarahi akan membuat anak meremehkan teguran dan juga ringan melakukan keburukan. Jadi memang segala sesuatunya itu harus terukur seperti halnya obat,” jelasnya. 

Mbah Manaf menganalogikan teguran seperti obat antibiotik. Jika diberikan terlalu sering akan menciptakan resistensi yang membuat antibiotik tersebut tidak berfungsi dengan baik. Begitu juga dengan teguran, jika terus diberikan akan membuat anak mengabaikan orang tuanya. 

“Jangan memberikan tantangan yang terlalu berat, tapi juga jangan tidak memberikan tantangan, sehingga dia tidak memiliki motivasi. Jadi mendidik ini perlu keseimbangan,” jelasnya.

 Keenam, lanjut Mbah Manaf, orang tua diharapkan tidak melarang anaknya untuk bermain dan dituntut hanya belajar saja, sebab hal itu justru akan menghilangkan minat anak terhadap pembelajaran. Selama anak dilarang bermain, selama itu pula anak akan mencari cara lari dari pembelajaran tersebut. 

“Karena dianggap sebagai problem, belajar itu sulit, belajar itu menekan, belajar itu tidak enak yang akhirnya dia itu tidak mau belajar lagi. Ini akibat dari terlalu menekan dan juga tidak memberikan kesempatan bermain,” terangnya.

Menurut saya, Imam Ghazali juga menyarankan ketika sudah selesai belajar, anak diberikan permainan yang bisa menghibur, tetapi tidak membuatnya lelah dengan permainan tersebut. Misalnya diberikan sesuatu yang disenangi untuk dijadikan hiburan setelah dia belajar. 

Ketujuh, kataku, ketika sudah tamyiz atau di usia 7 tahun, anak harus diajarkan melaksanakan kewajiban. Misalnya, berwudlu, shalat, puasa dan melaksanakan hal-hal yang baik. 

“Kita mengajarinya secara pelan-pelan, supaya anak terbiasa melakukan kewajibannya sebagai seorang Muslim,” pintanya.   

Tips Membangun Kebiasaan Baik Bagi Anak Untuk memiliki karakter yang baik pada diri anak mesti dibangun dari kebiasaan yang baik. Mengenai hal ini, saya mencoba membagikan dan mengklasifikasikan beberapa tips membangun kebiasaan baik bagi anak.

 “Pertama, dengan memperlihatkan dan mencontohkan hal-hal baik di depan anak. Misalnya kita ingin anak kita ini suka membaca Al-Qur’an, maka kita harus membacanya di depan anak tersebut, supaya anak ini sering melihat, supaya Al-Qur’an itu menjadi familiar terhadapnya,” jelasku.

Kedua, sambungnya, membuat hal baik menjadi menarik. Misalnya melaksanakan shalat bareng dengan orang tua atau saudara yang lain. “Ini akan membuat si anak merasa bahwa ibadah ini ‘seru ya ternyata'. Berarti ingin melakukannya lagi, (karena) menarik,” ujar saya. 

Ketiga, lanjutnya, memberikan tarbiyah atau pendidikan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak, jika anak dituntut banyak hal justru akan membuat anak tersebut kehilangan motivasi belajar. 

“Bisa membaca Iqra saja atau Fatihah saja, ya diterima. Jangan terlalu menuntutnya untuk membaca satu juz ataupun dua juz Al-Qur’an. Itu kurang bijaksana dan justru anak akan kehilangan motivasi,” terangku.

Keempat, kata dia, sering memberikan apresiasi kepada anak ketika sudah berhasil memecahkan tantangan atau permasalahan. Hal demikian bisa merasa puas dan memompa motivasi untuk melakukan hal lebih banyak lagi. 

“Misalnya dia berhasil khatam Juz Amma, maka kita perlu mengapresiasinya sebagai bentuk bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang berharga dan anak ini merasa puas,” imbuhku. 

Terakhir, lanjutnya, hal yang perlu digarisbawahi dalam mendidik anak adalah akhlak, beresensi dan berlandaskan kasih sayang. Tidak hanya berlandaskan ambisi ingin mencetak anak menjadi seperti diinginkan karena anak adalah manusia yang punya kehendak dan kemampuan berpikir.

 “Yang kita perlu lakukan sebagai orang tua adalah menggiring kemampuan tersebut supaya tidak salah jalan, supaya anak ini tetap dalam koridor syariat yang benar,” pungkas saya sebagai akhir penulisan ini.


Salam akal sehat

________TEBUSAN AGUNG ITU ADALAH IMAM HUSAIN AS________


Syeikh Shaduq meriwayatkan dari Imam Ridha sebuah Hadist yang panjang menjelaskan Kronologis sesungguhnya dari penyembelihan 
Ismail oleh Ibrahim as.

Sebelum Allah Swt mengirim seekor kambing kepada Ibrahim as, Kekasih Allah Swt tersebut berharap benar-benar menyembelih putranya, 
sehingga mendapatkan pahala Ahli musibah 
dan dinaikan derajatnya oleh Allah swt.

Allah Swt bertanya kepada Ibrahim, 
“Wahai Ibrahim! Dari seluruh makhluk 
ciptaan-Ku, siapa yang engkau cintai? 

Ibrahim menjawab, 
"Kekasihmu Muhammad saww 
makhluk yang paling aku cintai.”

Allah swt bertanya, 
“Engkau lebih mencintai siapa, 
dirimu atau Kekasihku Muhammad saww? 

Ibrahim as menjawab, 
"Tentu saja aku lebih mencintai 
Muhammad saww, ketimbang diriku.”

Allah Swt kembali bertanya, 
“Anaknya lebih engkau cintai, ataukah anakmu? 

Ibrahim menjawab, 
"Anaknya lebih aku cintai dari anaku.”

Allah Swt kembali bertanya, 
“Putranya terbunuh ditangan Musuh dengan disembelih lebih menyakitkan hatimu, ataukah kematian putramu disembelih oleh musuh-musuhnya?”

Ibrahim as menangis seraya menjawab,” 
Kematian Putranya ditangan Musuhnya 
dengan disembelih lebih menyakitkan hatiku.”

Kemudian Allah Swt berfirman

“Wahai Ibrahim, 
Sesungguhnya kelak Al-Husein putra kekasihku Muhammad saww akan disembelih oleh kaum yang mengaku umat dari Muhammad. “

Ibrahim pun ketika mendengar itu tidak kuasa menahan tangisan dan meratap Wa Huseinah…

____(Khisal Syeikh Shaduq juz.1 hal.58-89/
Kanzul Daqaiq, Muhammad Ridha 
Qummi juz.11 hal.171-172)_____

Telaah sanad dan penjelasan Hadist diatas 

1. Hadist diatas dari sisi sanad tidak memiliki masalah (cacat), perawinya tergolong terpecaya seperti: Abdul Wahid ibn Muhammad Ibn Abdu Naisyaburi (Ustadz dari Syeikh Shaduq ), Ali ibn Muhammad Qutaibah Naisyaburi (Sahabat Imam Ridha as), 
Fadhl Bin Syadzan (Sahabat Para Imam Maksum). Mereka semua tidak memiliki 
kecacatan sama sekali. 

__(Thabaqat A’lamu Syia juz.1 hal.205)___

2. Sepanjang sejarah kemanusiaan,sembelihan paling agung hanyalah Imam Husein as Putra dari Rasulullah saww, Ali as dan Sayidah Fatimah as, penghulu pemuda surga, 
ketika kecilnya ditimang oleh jibril as.

Iedul Adha dari satu sisi adalah kebahagiaan, karena Ismail tidak jadi disembelih, 

namun juga kesedihan karena ditebus dengan Sang Tebusan Agung Imam Husein as. 

Untuk itu ketika kita hendak menyembelih kambing, sunnahnya memberikan si kambing air minum. 

Sejarah mencatat, 
ketika Imam Sajjad datang ketempat penyembelihan binatang kurban, beliau selalu mengulang-ulang kepada tukang jagal, 

sebelum disembelih, 
untuk memberikan air minum kepada hewan kurban tesebut.

Seraya menangis, 
"Ayahku Al-Husein disembelih dalam keadaan haus dengan mata kepalaku sendiri. 

Perlakukan mereka dengan baik, karena ayahku diperlakukan lebih buruk dari hewan ternak."

___😭Ya Aba Abdillah....Syafaatilah kami 
dan kedua orang tua kami😭____

یا وجیها عند الله اشفع لنا عند الله

Sabtu, 24 Agustus 2024

Jabal Rahmah Momen Cinta Adam dan Hawa




Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

Pertemuan dan perpisahan adalah sunatullah. Ada kedatangan, ada pula kepergian. Keduanya saling berpasangan.

Kisah pertemuan paling epik di muka bumi barangkali adalah pertemuan datuk-nya datuk manusia, Nabi Adam dan Hawa. Sejarawan Islam meyakini, mereka Adam dan Hawa dipertemukan di Jabal Rahmah atau bukit kasih sayang, dalam transliterasi bebas.

Di sisi lain, ada pula perpisahan yang mungkin juga menjadi perpisahan paling mengharukan sepanjang sejarah manusia. Yakni perpisahan antara Nabi Muhammad SAW dengan umat yang dicintainya.

Sebelum itu, ada fragmen ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, yang dikatakan oleh beberapa riwayat, menjadi ayat terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril.

Mengutip Antara, konon ratusan tahun lalu di tempat itulah Malaikat Jibril disebutkan turun ke bumi untuk terakhir kalinya guna mengucapkan salam perpisahan kepada Nabi Muhammad SAW.

"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."

Dan pesan terakhir dari Malaikat Jibril tersebut mengiringi turunnya wahyu pamungkas bagi Sang Nabi.

Surat Al Maidah Ayat 3 yang disebut sebagai tanda kesempurnaan ajaran Islam. Sebuah wahyu yang disambut tangis para sahabat karena menjadi penanda usainya tugas Rasulullah SAW. Sebuah alarm pengingat untuk tibanya saat perpisahan. Jika sudah dekat waktu Sang Penyampai Pesan untuk kembali kepangkuanNya, meninggalkan umat tercintanya.

Sang Nabi disebutkan menerima wahyu terakhirnya saat sedang melakukan wukuf di Padang Arafah ketika menunaikan haji wada -- perjalanan haji satu-satunya Nabi Muhammad SAW.

Seraya bersandar di punggung untanya, Sang Rosul menerima ayat tersebut dengan disaksikan ribuan kaum Muslimin yang untuk pertama kalinya menjalankan ibadah haji tanpa bercampur dengan kaum musyrikin.

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu".

Dengan lengkapnya 6.263 ayat -- menurut riwayat Hafsh -- maka lengkap sudah panduan dan pegangan bagi umat untuk menjalani hidup. Panduan untuk mencapai surga. Dan usailah tugas Sang Rosul di dunia.

Jelang waktu shalat ashar ratusan tahun yang lalu ada wajah-wajah yang termangu dalam duka. Sosok-sosok yang tak ingin membayangkan kehidupan tanpa Sang Pemimpin.

Melansir NU Online, sebagian orang menyebut Surat Al-Maidah ayat 3 sebagai wahyu yang terakhir turun kepada Nabi Muhammad SAW.

“Al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu alaikum ni‘mati wa radhitu lakumul islam dinan” bagi sebagian orang merupakan ayat terakhir yang turun waktu pada saat wuquf setelah Ashar hari Jumat pada haji wada, bulan Dzulhijjah 10 H. (Syekh M Ali As-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, [tanpa kota, Darul Mawahib Al-Islamiyyah: 2016], halaman 14-15).

Syekh M Ali As-Shabuni menyebut bahwa riwayat paling sahih dari semua pandangan itu adalah Surat Al-Baqarah ayat 281 (Wat taqu yauman turja’un afihi ilallah, tsumma tuwaffa kullu nafsin ma kasabat wa hum la yuzhlamun) sebagaimana pandangan Ibnu Abbas RA riwayat An-Nasai yang dikutip oleh As-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulumil Qur’an.

Surat Al-Baqarah ayat 281 turun pada tahun 11 H. Surat Al-Baqarah ayat 281 turun 9 hari sebelum Rasulullah SAW wafat (pada malam Senin, Rabiul Awwal 11 H/632 M). Surat Al-Baqarah ayat 281 turun pada hari-hari menjelang wafat Rasulullah SAW. (As-Shabuni, 2016: 17).

Adapun setelah Surat Al-Maidah ayat 3 pada Zulhijjah tahun 10 H, Rasulullah masih hidup sekitar 81 hari. Sembilan hari sebelum wafatnya tahun 11 H, Surat Al-Baqarah ayat 281 turun. Dengan demikian, pendapat yang shahih mengatakan, ayat terakhir yang turun adalah Surat Al-Baqarah ayat 281.

Dengan Surat Al-Baqarah ayat 281 itu pula, wahyu terputus. Itu pula yang menandai “selesainya” hubungan langit dan bumi. Rasulullah SAW wafat setelah menunaikan amanah, menyampaikan risalah, dan membimbing manusia ke jalan Allah. (As-Shabuni, 2016: 17).

Pandangan serupa disampaikan oleh Az-Zarqani. Dari 10 pendapat ulama, satu pendapat yang paling melapangkan hati adalah pendapat mutlak yang menyebutkan Surat Al-Baqarah ayat 281 sebagai ayat terakhir turun. Sedangkan sembilan pendapat lainnya bersifat tidak mutlak. (Az-Zarqani, 2017 M: 84-85)

Artinya, kisah diatas itu terjadi perbedaan diantara para ulama yang menuntut kita bijaksana untuk menyikapinya bukan malah sok pahlawan kesiangan mengkimi setiap orang yang berpandangan berbeda dengan dirinya. Itu bukanlah karakter seorang muslim yang progresif melainkan muslim yang apatis.

Salam akal sehat...P

MENGUNGKAPKAN FAKTA ATAS KLAIM DARI HABIB KLAN BA’ALAWIY MENGENAI PERAN MEREKA PADA KEMERDERDEKAAN RI



1. Penentu Tanggal kemerdekaan adalah KH Hasyim Asy‘ari bukan Habib Ali Habsyi.

2. A.R. Baswedan, anggota BPUPKI, tapi tidak berperan apa-apa, bukan panitia 9, panitia 8, panitia 7, panitia 5, bahkan panitia 3 pun tidak. Jadi Cuma anggota BPUPKI biasa.

3. Habib Husein Muthohar memang pencipta lagu Syukur dan hari Merdeka bukan lagu Indonesia Raya namun demikian Husein Muthohar belum tentu dari Ba’lawi (masih diselidiki).

4. Bendera Merah putih bukan gagasan Habib Idrus Al Jufri, namun kesepakatan para Pemuda saat konggres Pemuda Indonesia ke II pertama kali dinyantikan lagu kebangsaan dan dikibarkan bendera Merah Putih.

5. Penggagas Lambang Negara “Garuda Pancasila” juga bukan Habib tapi Syarif Abdul Hamid II (Sultan Pontianak). Faktanya:
A. AM Hendropriyono (mantan Kepala Badan Intelijen Negara) meluruskan pehamaman bahwa, tugas Sultan Hamid II dalam Kabinet RIS adalah menyelenggarakan acara negara termasuk merancang lambang negara.
Dalam tim perancang lambang negara kala itu, duduk perwakilan dari partai politik. Dinamika terjadi kala itu, rumusan semula lambang Garuda Pancasila dengan tangan manusia, yang ditolak oleh Masyumi. Hendropriyono mengatakan Sultan Hamid II kala itu berkontribusi sebagai koordinator.
“Akhirnya yang mutuskan gambar Garuda Pancasila seperti saat ini adalah dwitunggal Soekarno Hatta.

B. Salah satu pakar sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Djoko Suryo menyatakan bahwa Sultan Hamid II memang pernah melakukan pengkhianatan terhadap Republik Indonesia.
Informasi ada di website: https://www.walisongobangkit.com/perkuat-pernyataan-hendropriyono-sejarawan-ugm-sebut-sultan-hamid-ii-khianati-ri/

6. Habib Ahmad Asegaf sastrawan yang berperan dalam kemerdekaan tidak begitu dikenal dalam sejarah. Kalau dikenal dalam Sejarah pastilah sudah viral saat itu dan dikenal dalam buku Sejarah.

7. Wartawan penyebar berita Proklamasi yang paling terkenal adalah Ronodipuro dan Teuku Moch Hasan sedangkan Habib Asad Shahab tidak begitu dikenal dalam Sejarah.

8. Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan di Jln Pegangsaan Timur No 56 Jakarta Pusat didepan rumah Soekarno, bukan dirumah Syaikh Faraj Martak. Hanya saja kebetulan rumah Soekarno berdekatan dengan rumah Syaikh Faraj Martak maka Ia menyediakan rumahnya untuk Masyaraka yang menyaksikan Teks Proklamasi.

9. Habib Husein M. Shihab Pandu Islam Indonesia. Ia memang pendiri (Pandu Arab) tetapi Pandu Arab tidak memberikan pengaruh terhadap revolusi kemerdekaan, penggalangan persatuan, maupun Kebangkitan Nasional. Justru Tokoh-tokoh Kepanduan yang berpengaruh adalah H. Agus Salim, Sri Sultan HB IX, dan Ahmad Dahlan pendiri kepanduan Hizbul Wathon.

10. Abdullah Bin Husein Penyedia logistic dalam perang Aceh. Kisahnya tidak begitu dikenal dalam Sejarah.

Monggoh silahkan Cek dan Re-cek, jika penelusuran saya lewat berbagai literatur ada kekeliruan dan kekurangan mohon koreksi karena tidak sesuai dengan pengetahuan kita selama ini. Agar kita tidak dibohongi dan dikaburkan fakta sejarah kita.

Faktanya : imigran Yaman ini didatangkan Belanda, bekerja untuk Belanda, tdk ada jejak sejarah mereka menjadi korban dalam perjuangan kemerdekaan baik jaman VOC, JEPANG, maupun Pasca Kemerdekaan, peristiwa 10 Nopember, dll.

Mereka yang dulu merupakan antek Belanda, sekarang ingin menjadi pahlawan kesiangan.

Sumber informasi bahwa para habib yaman klan baalawi merupakan antek belanda:

https://www.walisongobangkit.com/penghianatan-habib-asal-yaman-klan-baalawiy-habib-utsman-bin-yahya-terhadap-perjuangan-pribumi-melawan-penjajah-belanda/
https://www.walisongobangkit.com/data-fakta-sejarah-surat-habib-utsman-bin-yahya-mufti-betawi-yang-diangkat-disyahkan-oleh-belanda-pada-snouck-hourgronje/
https://www.walisongobangkit.com/fakta-sejarah-imigran-yaman-habib-indonesia-menjadi-abdi-penjajah-belanda/
https://www.walisongobangkit.com/fakta-sejarahhadapi-perlawanan-pribumi-nusantara-belanda-datangkan-imigran-yaman/
https://www.walisongobangkit.com/sejarah-habib-yaman-klan-balawiy-merupakan-antek-belanda-dan-penghianat-bangsa-indonesia/
Belandanya sudah kalah dan kembali ke asalnya, anteknya yang masih tersisa masih jadi duri setelah Indonesia  merdeka !!!

Maling sejarah harus ditelanjangi sampai mereka malu untuk melakukan klaim sesat lagi.

MERDEKAAA !!!

SEMESTA BERGERAK LURUSKAN SEJARAH PERADABAN ISLAM NUSANTARA*BA'ALWISASI NUSANTARA & 'MIMPI' NEGARA TARIM IMDONESIA*



_(Dokumen rahasia yang bocor terkait dengan rencana strategis dan taktis FPI, HTI oleh Tn. Rizieq Shihab yang sempat mengancam dan merongrong keutuhan NKRI dan Pancasila)_

Posted By: *Abdur Rahman El-Syarif*

Di tengah gencarnya arus dinamika Polemik Nasab PALSU Klan Ba'alwy, saya menemukan sebuah cuplikan video yang berisi arahan, dan instruksi Pimpinan FPI, Tn. Rizieq Shihab dalam merebut kekuasaan dan pengaruh demi memuluskan pendirian Negara Khilafah di Indonesia, yang ternyata disinyalir negara khilafah adalah tujuan antara menuju tujuan akhirnya adalah 'Mimpi' terbentuknya Negara Tarim Indonesia (NTI). 

Setelah saya melakukan kajian sederhana terkait berbagai fenomena yang berlangsung selama ini baik secara samar dan terang-terangan, maka dapat saya temukan peta jalan (road map) yang dapat mengantarkan kita pada sebuah kesimpulan bahwa Negara Khilafah dan Negara Syariah adalah issu antara dalam membangun opini dan pengaruh di hati rakyat agar tertanam anggapan bahwa pemerintah berlaku tidak adil, di mana-mana penuh kemaksiatan, menterinya Iblis, Presidennya Toghut, Istananya, istana Dajjal, Presiden Joko Widodo PKI dan segala macam issu yang sempat membuat bangsa Indonesia berada dalam ambang perpecahan. 

Secara singkat, masih segar dalam ingatan segala bentuk sepak terjang Tn. Rizieq Sihab bersama FPI-nya dan selalu bergandengan mesra dengan HTI dalam merongrong keutuhan NKRI dan kemurnian Pancasila. 

Di tengah polemik nasab terkait Klan Ba'alwy ini yang dampaknya tidak hanya pada persoalan nasab, tetapi juga ditemukannya informasi-informasi baru yang mengungkapkan keterlibatan Klan Ba'alwy (habaib) dalam setiap upaya merongrong kedaulatan dan keutuhan NKRI.

Pemberontakan PKI Madiun 1948 oleh Habib Muso Al Manshur, dkk. dan Peristiwa G30S/PKI oleh Habib DN Al Aidid adalah rentetan peristiwa krisis kemanusiaan yang sangat melukai sejarah peradaban bangsa. 

Disamping itu, jika yang disebutkan diatas adalah gerakan-gerakan sosial dan politik yang secara nyata tampak di depan mata kita, adalah gerakan evolutif kebudayaan oleh Klan Ba'alwy yang lain yang sungguh lepas dari pengamatan  kita selama ini dan kita semua terbelalak dengan fakta yang telah kita saksikan bersama. 

Ba'alwisasi Nusantara, adalah gerakan budaya yang secara evolutif berlangsung tanpa kita sadari sejak zaman kolonial dan terus berlangsung hingga saat ini. Fakta pembelokan  silsilah Nasab Raja-raja Islam Nusantara dan Walisongo, Pemalsuan Makam Tua dan Keramat (tidak kurang dari 3330 Makam per bulan Maret 2024), Pembelokan Sejarah Indonesia dan simbol-simbolnya, Pembelokan Sejarah Thoriqah di Nusantara (Jatman), Pembelokan Sejarah berdirinya NU, dll adalah nyata tersuguhkan dihadapan kita. 

Gerakan sosial, politik dan kultural dari Klan Ba'alwy yang berlangsung secara terstruktur dan sistematis ini membuat golongan yang disebut dengan habaib ini mendapatkan tempat yang sangat terhormat di tengah-tengah masyarakat pribumi nusantara. Dan bahkan beberapa tokoh sering kali mendapat 'pengkultusan' hingga derajat kewalian. Posisi kewalian ini juga disinyalir sebagai bagian dari framing yang dikembangkan melalui cerita-cerita khurafat yang dibangun sedemikian rupa sehingga rakyat percaya. 

Berangkat dari fakta-fakta tersebut dan menyimak  strategi taktis, arahan, instruksi dari Tn. Rizieq Sihab dalam video diatas, maka saya memiliki Hipotesa bahwa Negara Khilafah adalah tujuan antara (sekedar mendompleng issu transnasional yang sedang berlangsung) sementara tujuan utamanya adalah Terbentuknya Negara Tarim Indonesia (NTI) dimana Indikator-indikator yang menagarah kesana seringkali muncul di hadapan kita.

Qosidah Ya Tarim (Duhai Kota Tarim), kita tahu seakan telah menjadi  lagu wajib di beberapa kegiatan ekstra di berbagai madrasah dan pondok pesantren, menjadi amalan-amalan rutin pada berbagai majelis dan pengajian. Kita tidak sadar bahwa Syair dari Qosidah ini adalah pujian-pujian untuk kota Tarim Yaman dan para Ba'alwy yang berasal dari sana. Berikut adalah penggalan syair dari Qosidah itu:

يا تريم يا تريم - شيء لله شيء لله
بلدة الأولياء - شيء لله شيء لله
بجاه باعلوى - حبيبنا الگريم (الى اخره) 
Artinya:
Duhai kota Tarim
Negeri para wali
Dengan keberkahan Bani ‘Alawi
Para kekasih kami yang mulia. 

Disamping Qosidah diatas, sering kita dengar doktrin yang disampaikan oleh para penceramah Ba'alwy bahwa Tanah Jawi adalah pintu Kota Tarim. Tanah Jawi adalah Tanah Para Aulia Tarim. 

ألارض الجاوة هي باب مدينة تاريم. ألارض جاوي هي أرض أولياالتاريم 

*والله اعلم بالصواب*

SEMESTA BERGERAK LURUSKAN SEJARAH PERADABAN ISLAM NUSANTARA. *HASIL TES DNA MENOLAK KLAN BA'ALWY SEBAGAI DZURRIYAH KANJENG NABI*




_(Penegasan ilmiah baru, setelah TERTOLAK melalui hasil kajian kitab-kitab sejarah dan kitab-kitab nasab)_ 

Oleh: *Abdur Rahman*

Seringkali publik salah paham bahwa apabila kita sedang berpolemik terkait nasab klan BA'ALWY yang TERTOLAK (مردود) dengan segala konsekuensinya dianggap sedang menebar kebencian kepada individu dan kelompok yang ada di masyarakat. Dan pada gilirannya dianggap dapat memecah belah umat. 

Sebenarnya pendapat seperti perlu dimaklumi karena mereka belum memahami substansi dari persoalan ini. Padahal jika mereka sedikit saja membuka belenggu cara berfikir yang sehingga bisa berfikir bebas dan merdeka, saya yakin akan ada diskursus yang lebih bermutu. Hijrah dari berfikir berbasis perasaan pribadi yang subyektif menuju berfikir mengedepankan akal sehat yang jujur dan obyektif. 

Diskursus terkait BATALNYA Nasab Ba'alwy ini tidak menyangkut orang perorang di kalangan Ba'alwy secara individu tetapi lebih kepada upaya menampilkan kebenaran sejarah dan peradaban berbasis fakta dan data baru yang ditemukan, termasuk sejarah peradaban di nusantara. Hal ini wajar terjadi dalam perjalanan sejarah peradaban manusia. 

Salah fakta dan data baru yang tak terbantahkan dan semakin menguatkan kesimpulan bahwa Ba'alwy Bukan Dzurriyah Nabi Muhammad SAW adalah laporan secara berkesinambungan tentang hasil Tes DNA yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tingkat dunia. 

BRIN dan beberapa lembaga riset internasional telah mengkomfirmasi bahwa Ba' Alawi bukanlah keturunan Rasulullah SAW.

Menurut BRIN, setelah adanya penelitian terhadap 180 DNA dari keturunan Ba' Alawi, disimpulkan bahwa Ba' Alawi tidak tersambung dengan Nabi Ibrahim. Lah, kalau ke Nabi Ibrahim saja tidak tersambung, apalagi ke Rasulullah SAW dan Sayidina Ali RA, Sayidina Hasan & Husein.

Lebih detail hasil riset ilmiah dari lembaga resmi negara-negara di dunia ini bisa dibaca pada link di bawah. 

Kebenaran dari Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan?

_______________

SEMESTA BERGERAK LURUSKAN SEJARAH PERDABAN ISLAM NUSANTARA*NASAB PALSU TERUNGKAP & KESADARAN KOLEKTIF TOLAK BA'ALAWISASI NUSANTARA*



Oleh: *Abdur Rahman*

Sejak kebenaran yang diungkap oleh KH. Imaduddin Usman Al Bantany bahwa klaim Ketersambungan Nasab Klan Ba'lawy kepada Baginda Rasulullah ﷺ TERPUTUS, BATIL dan PALSU, sesaat warga bangsa terperanjat. 

Mereka terpana dengan apa yang telah dialami oleh bangsa ini selama ratusan tahun sejak kehadiran mereka para imigran Hadramaut ini ke nusantara. Sebagai bangsa dan warga bangsa yang memiliki toleransi tinggi, maka kehadiran mereka diterima baik oleh penduduk pribumi yang saat itu telah mayoritas muslim sebagai warisan dari ajaran para Walisongo. 

Lebih 200 tahun (2 abad) semenjak abad 18 mereka datang diperkenalkan oleh Belanda dan memperkenalkan diri sebagai Dzurriyah Nabi Muhammad ﷺ. 

Warga bangsa terperanjat, begitu biadabnya mereka melakukan pemalsuan dan pembohongan publik selama berabad-abad dengan mengaku sebagai Dzurriyah Kanjeng Nabi Muhammad ﷺ. 

Melalui media-media informasi primer dan sekunder yang semakin mudah diakses, Masyarakat sadar bahwa pembohongan dan pemalsuan nasab seperti ini ternyata dilakuakn oleh Klan yang sama dari masa ke masa. 

Keyakinan masyarakat semakin yakin dan percaya dengan kesimpulan bahwa Klan Ba'alawy Bukan Dzurriyah Nabi karena fakta dan data kebenaran yang satu persatu muncul di depan mata kita. Pembelokan penguasaan sejarah peradaban yang dilakukan oleh lembaga yang mengatasnamakan PET*NESIA, RO*ITHAH AL*WIYAH dan AHL*L B*IT INDONESIA (ABI). 

Sebagai bangsa yang beradab, masyarakat merespon dan bersikap secara spontan atas kebenaran baru yang muncul ini dengan saling gayung bersambut untuk terus menjadi bagian dari 'Corong Kebenaran' ini dalam rangka menjaga marwah dan muru'ah Dzurriyah Rasulullah ﷺ yang sebenarnya. 

Dan pada gilirannya muncul 'Gerakan Nasional Tinggalkan Ba'alawy'. Dan 'Bersama Tolak Ba'alawisasi Nusantara'. 

Beberapa contoh konkrit dalam implementasi Gerakan ini adalah:
1. Terus menggaungkan 'Ba'alawy Bukan Dzurriyah Nabi' di setiap sudut dan ruang publik di dunia maya dan nyata. 

2. Istiqamah menampilkan data dan fakta baru yang mendukung 'persekongkolan jahat' kaum Ba'alawy untuk melanggengkan 'Perbudakan Spiritual dan Inferioritas Intelektual' melalui doktrin dongeng-dongeng khurafat yang tidak masuk akal. 

3. Tidak mengundang Ba'alawy dalam setiap acara-acara besar warga NU sebagai penghormatan dan pengakuan atas jasa-jasa para Walisongo dalam mengislamkan nusantara yang akhir-akhir ini mulai dikaburkan oleh mereka. 

4. Tidak menghadiri acara Haul-Haul yang mereka adakan karena disinyalir bahwa Haul-Haul yang mereka adakan adalah baru muncul era Tahun 1980-an. Sebuah acara Haul muncul di era yang bersamaan yang didahului dengan munculnya cerita khurafat tentang karomah tokoh sebagai 'Ahlul Fadhilah'. Haul-Haul yang dimaksud adalah seperti Haul Gresik, Haul Solo, Haul Pasuruan, Haul Jember dan Haul Malang, dan lain sebagainya. 

5. Masyarakat sepakat untuk membersihkan rumah dan lingkungannya dari gambar dan  simbol Ba'alawy. Sebagai contoh dalam video berikut, bahwa beberapa tokoh dan masyarakat secara antusias menurunkan gambar dan simbol terkait Ba'alawy. 

Semoga kesadaran kolektif ini semakin meluas, sehingga rakyat dan bangsa ini benar-benar merdeka dari berbagai macam perbudakan berkedok agama, perbudakan spiritual, dan Inferioritas intelektual yang menghambat kemajuan peradaban.

#nu #pbnu #pwi_ls #laskarsabilillah #walisongo #baalwybukandzurriyah #polemiknasab


https://www.facebook.com/share/v/RxFpUjyYN8YDuAS7/?mibextid=qi2Omg

Habib Di Indonesia Diragukan Keabsahannya sebagai Keturunan Rasulullah



=============================

KH.Imaduddin Utsman Al Bantani,
Menegaskan Bahwa Para Habib di Indonesia Sangat di Ragu-kan Keabsahan-nya Sebagai Keturunan Rasulullah ﷺ. 
Klaim Mereka yang Mengaku Sebagai Keturunan Nabi ﷺ Dari Jalur Husain,
Tidak Bisa di Pertanggungjawabkan Baik Secara ilmu Nasab Dari Kitab-kitab Rujukan Ulama,
Maupun Pembuktian Secara ilmiah,
Dengan Tes DNA, Apakah Benar Ada Kesamaan Genetika Dengan Orang Arab Saudi Atau Tidaknya,
Di Tulis Dalam artikel berjudul ; 
Terputusnya Silsilah Habib Kepada Nabi Muhammad ﷺ. (kata logika).

Tokoh yang Mendukung KH.Imaduddin Utsman Adalah Ketua DKMN (Dewan Kyai dan Mubaligh Nusantara) KH.Mohammad Abdul Mujib, Gus Fuad Plered dan Islah Bahrawi (Staf Ahli Kapolri), Dsb.

Nasab Ba'alawi, 
Yaitu Keturunan Alawi bin Ubaidillah.
Ubaidillah di sebut anak Ahmad bin Isa hanya di Tulis Pada Buku Karangan Habib Abdurrahman Al-Masyhur yang di Karang Abad ke empat belas hijrah. Jadi setelah ratusan tahun dari masa hidup ubaidillah sendiri.

Tentunya ini sangat aneh. Orang yang tidak ada di abad enam sebagai anak ahmad, tiba-tiba selang berabad-abad muncul sebagai anak Ahmad.

Para ulama di Timur Tengah pun ternyata banyak yang berpendapat yang sama.

Diantaranya para ulama adalah asal Yaman. Seorang ahli hadits, Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wada’I dalam kitabnya Sho’qotuz Zilzal.

Di katakan,
bahwa siapa yang bisa mengatakan kepada saya, 
bahwa nasab leluhur Al-Alawi, Al-Ahdal dan Al-Qadimi? 
Mereka Adalah Tiga orang yang yang datang dari Irak ke Yaman. 
Lalu mengaku keturunan Nabi Muhammad atau Alawiyyin.

Pendapat beliau bisa di baca di dalam kitabnya Sho’qotuz Zilzal halaman 45.

Al-Imam Ahmad Al-Muhajir,
Hanya Punya Tiga Anak, yaitu : Muhammad, Ali, dan Husein. 
Tidak Ada Nama "Ubaidillah".

Beliau menyebutkan pendapatnya ini bukan mencela nasab karena mencela nasab itu adalah kebiasaan jahiliah. Syekh ingin mengatakan bahwa ia katakan untuk mengungkapkan kebenaran.

Syekh Umar bin Abdul Aziz az- Zaid, dalam Channel Youtube menyatakan bahwa hasil tes DNA para habib di Hadramaut Yaman, memiliki Haplogroup G, sedangkan Haplogroup G bukan Haplogroup orang Arab, tapi orang Kaukasus.

"Orang Arab memiliki Haplogroup J. Seharusnya jika mereka keturunan Nabi Muhammad, maka Haplogroup adalah J. Ini membuktikan jika mereka bukan orang Arab. Bagaimana mungkin mengaku keturunan Nabi Muhammad, tapi memiliki DNA bukan Arab.

Tantangan Dari Kyai Imad dkk,
Kepada mereka yang mengaku sebagai Dzuriat Rasul untuk melakukan Tes DNA.

Tes DNA Adalah Metode Saintifik yang di akui siapa pun (universal).

Dengan Tes DNA, 
Kelak akan di Ketahui apakah Ba'alawi itu keturunan Rasul dari jalur Husain ataukah Hasan, 
karena jelas kode genetik antara kedua cucu Nabi itu berbeda. 
Tidak hanya itu, konon kode genetik juga akan menunjukkan kesukuan dan kebangsaaan dari nenek moyang seseorang. 
Apakah hasil Tes DNA menunjukkan bahwa Nasab Ba'alawi Mengandung Segmen "Arab" Atau Segmen Kaukasus.

Begitu pula ahli nasab Asyraf Tholibin dunia dari irak, seorang doktor Yasin al Kalidari al Husaini. Ia menyatakan bahwa nasab Ba Alawi Yaman tidak berhubungan dengan Nabi Muhammad SAW.

"Kami tahu, dan seluruh ahli nasab tahu. Bahwa nasab Ba Alawi tidak tersambung pada Nabi Muhammad SAW," ujar mereka bersaksi.

Pernyataannya ini bisa dilihat dalam tulisannya yang berjudul, "Asu Ful Mujiyah bi Bulani Dakwa Kamalil Huti Anisbah Hasyimiah". Tulisan itu diposkan tanggal 28 Agustus 2017 di blog milik Naqobatul Asyrof Alam Islami.

-

Dalam paparan Imaduddin, jika ditelusuri datanya, para habib datang ke Indonesia sekitar tahun 1880-an sampai sebelum kedatangan Jepang tahun 1943, dan mereka berasal dari keluarga Ba'alawi, yaitu keturunan 'Alawi bin Ubaidillah.

Mereka mengklaim, bahwa 'Alawi bin Ubaidillah adalah keturunan Nabi melalui Husain bin A

𝐀𝐌𝐀𝐋𝐀𝐍 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐇 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐅𝐀𝐃𝐈𝐋𝐀𝐇 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐈𝐀𝐍𝐉𝐔𝐑𝐊𝐀𝐍 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐃𝐈 𝐖𝐈𝐑𝐈𝐃 𝐊𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐓𝐈𝐀𝐏 𝐇𝐀𝐑𝐈 𝐎𝐋𝐄𝐇 𝐏𝐀𝐑𝐀 𝐒𝐀𝐋𝐀𝐅

اَعُوْذُبِاللَّــــهِِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْـــــــمِ
ﺑِﺴْـــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ
اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ‎
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم

جزء الله عنا سيدنا محمداً صل الله عليه وسلم بما هو اهله

10 . 𝐀𝐌𝐀𝐋𝐀𝐍 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐇 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐅𝐀𝐃𝐈𝐋𝐀𝐇 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐈𝐀𝐍𝐉𝐔𝐑𝐊𝐀𝐍 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐃𝐈 𝐖𝐈𝐑𝐈𝐃 𝐊𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐓𝐈𝐀𝐏 𝐇𝐀𝐑𝐈 𝐎𝐋𝐄𝐇 𝐏𝐀𝐑𝐀 𝐒𝐀𝐋𝐀𝐅 :
 
1. LAILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZOLIMIN.
( 300 kali / hari-1000 kali / hari ).
Fadhilah : Dalam berdakwah akan dimudahkan dan lancarkan atau dimudahkan untuk menggerakan ummat.
 
2. HASBUNALLAHI WANI’MAL WAKIL. ( 313 kali / hari ).
Fadhilah : Musibah jadi rahmat, asbab kebinasa'an jadi kemulia'an.
 
3. SUBHANALLAH WABIHAMDIHI SUBHANALLAHILA’DZIM, ASTAGHFIRULLAH. ( 100 kali ). Dibaca antara Adzan dan Iqomah subuh.
Fadhilah : Dunia datang dengan menunduk.
 
4. Masuk rumah ucapkan salam, solawat 3 kali, surah Al Ikhlas 3 kali.
Fadhilah : Dimudahkan untuk bayar hutang, ketentraman diri dan keluarga, ekonomi akan di mudahkan.
 
5. Sesudah sholat jum’at baca, surah Al-Fatiha 7 kali, Al-Ikhlas 7 kali, Al-Falaq 7 kali, An-Nas 7 kali.
Fadhilah : Keburukan kita akan di tutupi Allah سبحا نه و تعالى. Yang tampak hanya kebaikan kita saja.
 
6. TA’AWWUDZ dibaca 10 kali ( pagi, sore ).
Fadhilah : Dilindungi dari goda'an syaiton pada hari itu.
 
7. AYATUL KURSI di baca setiap selesai sholat fardhu.
Fadhilah : Mati tanpa perantara / mudah dalam sakaratul maut.
 
8. Baca surah Al-Ikhlas, Al-Alaq, An-Nas ( pagi dan sore ) 3 kali.
Fadhilah : Dijauhkan dari bencana / kesusahan.
 
9. Baca surah Yaasin ( pagi dan sore ).
Fadhilah : Akan di cukupi kebutuhan dunia dan Akhirat.
 
10. Surah Al-Ikhlas 200 kali / hari.
Fadhilah: 
Manfa'atnya Allah سبحا نه و تعالى haramkan dagingnya di sentuh api neraka.

SOLAWAT AL-FATIHAH



Syeh Muhammad Adil Azizah Al-kayali berkata:

هذه الصيغة تلقيتها من فم الشيخ نعسان فرواتي رحمه الله تعالى في حلب بجامع التوبة في باب النيرب
Solawat ini saya dapatkan dari beliau syeh na'san Al-farwaty ketika masih di Aleppo di masjid at-taubah daerah bab an-nayrab

سمعها من قطب وقته مناما ثم سمعها منه يقظة عيانا في جامع سيدنا زكريا 
Beliau (syeh na'san) mendapatkan solawat ini dari wali Qutub zaman ini, dalam mimpi dan juga secara langsung di masjid jami' sayyidina Zakaria

وأخبره أن من واظب على ١٠٠ مرة يوميا دخل في دائرة الأولياء
Dan syeh na'san memberitahu kan bahwasanya barang siapa yang membaca solawat ini 100x setiap hari, maka orang tersebut sudah masuk kedalam ranah Auliya' nya ALLAHﷻ

ومن واظب عليها ١٠٠٠ مرة يوميا دخل في دائرة الأقطاب
Dan barangsiapa selalu membacanya 1000x setiap hari, maka orang tersebut masuk ke ranah nya wali Qutub

وأجازني بها وأنا العبد الفقير أجزت بها كل من قال : (وأنا قبلت)
Dan beliau syeh (na'san) mengijazahkan solawat ini kepadaku, dan saya ijazah kan solawat ini kepada setiap orang yang mengucapkan : (وأنا قبلت) artinya: (dan saya terima ijazahnya)

Solawat tersebut adalah:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً لَا تُحْصَى وَلَا تُحَدُّ وَلَا تُعَدُّ وَلَا تُرَدُّ صَلَاةً تُرْضِيْكَ وَتُرْضِيْهِ وَتَرْضَى بِهَا عَنِّي وَعَنْ ذُرِّيَّتِي رِضَاءَ الْأَبَدْ اَللّٰهُمَّ عَطِّفْ قَلْبَهُ الشَّرِيْفَ عَلَيْنَا وَشَافِنَا مِنْ عِلَّاتِنَا وَفَرِّجْ كَرْبَنَا وَهَمَّنَا بِجَاهِهِ عِنْدكَ وَبِسِرِّ  (بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ * الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ * الرَّحِيْمِ الرَّحِيْمِ * مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ * إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ * اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ).

_________
Ketik nya ( وأنا قبلت ) dihalaman ini (halaman resminya syeh Muhammad Adil Azizah Al-kayali yang mengijazahkan solawat ini)

SEMESTA BERGERAK LURUSKAN SEJARAH PERADABAN ISLAM NUSANTARA. *BAHTSUL MASAIL TENTANG NASAB HABIB BA’ALWY*

https://www.facebook.com/share/p/PA89eNGx6Js5ydkA/?mibextid=qi2Omg


_(Ikhtiar untuk mengakhiri Polemik Nasab Ba'alwy dengan cara jujur, obyektif dan ilmiah dengan melibatkan para pihak yang memiliki Otoritas dan kompetensi di bidangnya)_

Reposted By: *Abdur Rahman El-Syarif*

Alhamdulillah...
Bahtsul Masail akan segera diselenggarakan. 
Rancangan Naskah sudah disiapkan oleh para Ahli. Semoga benar-benar menghasilkan keputusan yang adil, berkah dan manfaat. 
Aamiin.. 🤲

Tempat : Gedung PB NU Jakarta (Tentatif) 

RANCANGAN (DRAFT) MATERI PEMBAHASAN

DESKRIPSI MASALAH

Hampir dua tahun ini, media sosial diramaikan oleh diskursus tentang nasab para habib di Indonesia yang berasal dari Klan Ba’alwi. Diskursus itu dipicu oleh sebuah “tesis” seorang ulama asal Banten yang bernama K.H. Imaduddin Utsman al Bantani yang menyatakan bahwa nasab mereka kepada Nabi Muhammad SAW terbukti sebagai nasab yang “batilun”, “maudu’un” munqati’un” (batal, palsu dan terputus).  

Majalah berita mingguan TEMPO, dalam  edisi liputan khusus ‘;Idul Fitri 1445 H, mengangkat isu ini dalam salah satu judul bagian kontroversi “Penelitian Imaduddin Utsman mengungkap dugaan terputusnya nasab habib di Indonesia”.

Klan Ba’alwi sendiri berasal dari Tarim, Hadramaut, Yaman. Sebagian dari mereka bermigrasi secara masiv  ke Indonesia pada sekitar tahun 1880 sampai tahun 1943 M (Jajat Burhanuddin, 2022).  

Dalam hubungan sosial kemasyarakatan dan keagamaan,  mereka mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW  dengan sebutan “habib”. 

Dalam literature kitab-kitab karya ulama mereka, hubungan kekerabatan nasab mereka dengan Nabi Muhammad SAW itu diperoleh melalui jalur Ahmad bin ‘Isa (w. 345 H. ?) bin Muhammad al-Naqib bin ‘Ali al-‘Uraidi bin Ja’far al-Sadiq bin Muhmmad al-Baqir bin ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Husain bin Fatimah binti Nabi Muhammad SAW.  Ahmad bin Isa sendiri telah terkonfirmasi dalam kitab-kitab nasab mu’tabar sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

Untuk klaimnya tersebut,  setelah 550 tahun wafatnya Ahmad bin Isa, mereka menulis banyak kitab-kitab mulai dari abad sembilan sampai abad kelimabelas Hijriah tentang historiografi sejarah ketokohan dan nasab leluhur mereka.  

Ulama klan Ba’alwi yang pertama menulis historiografi tersebut adalah Ali bin Abubakar al Sakran (w.895 H.) dalam kitabnya yang berjudul “Al Burqat al Musyiqat”, dilanjutkan oleh Abubakar bin Abdullah al Idrus (w.914 H.) dalam kitabnya “Al Juz’ al Latif”  dan Muhammad Ali Khirid Ba’alwi (w.960 H.) dalam kitabnya “Al Gurar”. 

Dalam kitab-kitab (sumber internal) tersebut mereka menyatakan bahwa Ahmad bin Isa “hijrah” (pindah) dari Bashrah ke Hadramaut tahun 317 H, sehingga ia dikenal dengan gelar “al-muhajir” (orang yang berpindah).  Ahmad bin Isa, menurut mereka, adalah seorang “imam” yang wafat dan dimakamkan di Hadramaut. 

Mereka juga menyatakan bahwa leluhur mereka yang bernama ‘Ubaidillah (w. 383 H.) adalah seorang “imam” dan ulama yang merupakan salah satu dari anak Ahmad bin Isa. 

Adapun silsilah lengkap nasab Ali bin Abubakar al Sakran sampai Ahmad bin Isa, sebagaimana yang ditulis oleh yang bersangkutan dalam “Al Burqat” adalah: Ali (w. 895 H.) bin Abubakar al Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi Al Gayyur bin Muhammad (Faqih Muqoddam) bin Ali bin Muhammad (Sahib Mirbat) bin Ali Khaliqosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah (w. 383 H.)  “bin” Ahmad bin Isa (w. 345 H.) (Al Burqat h. 148-149).

Menurut Kiai Imad, klaim-klaim yang dinyatakan ulama ulama Ba'alwi itu tidak berdasar referensi apapun. Ahmad bin Isa tidak terkonfirmasi dalam kitab- kitab abad empat sampai kedelapan  Hijriah berhijrah ke Hadramaut; begitupula ia tidak terkonfirmasi dalam kitab-kitab abad keempat sampai delapan Hijriah bergelar "al Muhajir" dan wafat serta  dimakamkan di Hadramaut; seperti juga ia tidak terkonfirmasi kitab abad keempat sampai delapan  Hijriah ia mempunyai anak bernama Ubaidillah.

Menurut Kiai Imad, pengakuan itu baru muncul pada abad kesembilan Hijriah diplopori oleh Ali bin Abubakar al Sakran yang wafat tahun 895 H. Menurut Kiai Imad, pengakuan keluarga Ba'alwi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW itu tertolak karena pengakuan itu tidak terkonfirmasi sumber-sumber sejarah sebelumnya.

Diskursus itu semakin meluas ketika seorang ahli biologi yang bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional yang bernama DR. Sugeng Pondang Sugiharto menyatakan bahwa dari 180 orang klan Ba’alwi yang telah melakukan uji tes DNA, hasil mereka menunjukan bahwa mereka tidak terkonfirmasi secara genetic sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Menurut DR Sugeng, jangankan sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, klan Ba’alwi ini tidak terkonfirmasi sebagai keturunan Arab garis Nabi Ibrahim AS.

PERTANYAAN:

1. Adakah kitab abad keempat sampai delapan Hijriah yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa berhijrah ke Hadramaut?
2. Adakah kitab abad keempat sampai abad ke delapan Hijriah yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa bergelar Al Muhajir?
3. Adakah kitab abad keempat sampai kedelapan Hijriah yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa wafat dan dimakamkan di Hadramaut?
4. Adakah kitab abad keempat sampai kedelapan  Hijriah yang menyatakan bahwa Ubaidillah adalah salah satu anak dari Ahmad bin Isa?
5. Benarkah hasil tes DNA Klan Ba’alwi (habib) terbukti bukan keturunan Nabi Muhammad SAW?
6. Apa hukum penggunaan tes DNA dalam memvalidasi nasab menurut hukum Islam?

DRAFT JAWABAN BAHTSUL MASA’IL TENTANG NASAB BA’ALWI

1. Adakah kitab abad keempat sampai delapan Hijriah yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa berhijrah ke Hadramaut?

Tidak ada kitab-kitab nasab dan sejarah yang sezaman atau yang paling dekat masanya dengan Ahmad bin ‘Isa sampai abad ke delapan Hijriah yang mengkonfirmasi bahwa Ahmad bin ‘Isa pernah ke Hadramaut,  apalagi hijrah untuk menetap di sana. ‘Ali bin Abu Bakar al-Sakran (w.895 H.), adalah ulama dari klan Ba’alwi yang pertama secara formal menulis bahwa Ahmad bin ‘Isa hijrah dari Basrah ke Hadramaut (Al Burqat h. 131) tanpa referensi. 

Ahmad bin Isa tereportase berada di Madinah tahun 234 H di sebuah kampung bernama “Surya” oleh seorang ulama bernama Abu Ja’far Muhammad bin al-Hasan al-Tusi (w. 460 H.) dalam kitabnya “Al-Gaybah”. 

165عنه عن احمد بن عيسى العلوي من ولد علي بن جعفر قال: دخلت على ابي الحسن عليه السلام بصريا فسلمنا عليه فإذا نحن بأبي جعفر وابي محمد قد دخلا فقمنا الى ابي جعفر لنسلم عليه فقال ابو الحسن عليه السلام ليس هذا صاحبكم عليكم بصاحبكم واشار الى ابي محمد عليه السلام 

Terjemah:
“165-Diriwayatkan darinya (Sa’ad bin Abdullah), dari Ahmad bin ‘Isa al-Alwi, dari keturunan ‘Ali bin Ja’far, ia berkata: ‘Aku menemui ‘Ali Abul Hasan, alaihissalam, di Surya, maka kami mengucapkan salam kepadanya, kemudian kami bertemu Abi Ja’far dan Abi Muhammad, keduanya telah masuk, maka kami berdiri untuk Abi Ja’far untuk mengucapkan salam kepadanya, kemudian Abul Hasan, alalihislam, berkata: ‘Bukan dia sohibmu (pemimpinmu), perhatikanlah pemimpinmu, dan ia mengisaratkan kepada Abi Muhammad, alaihissalam”.

Dari riwayat di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa hal: pertama bahwa Ahmad bin ‘Isa adalah seorang “syi’iy imamiy” (orang Syi’ah Imamiyah). Sulit sekali untuk dimengerti dan diterima logika, seorang Syi’ah Imamiyah seperti Ahmad bin ‘Isa, kemudian ia hijrah ke Hadramaut yang ketika itu dikuasai oleh kaum Ibadiyah  yang anti terhadap Syi’ah.  ; kedua, Ahmad bin ‘Isa berada di Kota Madinah pada tahun 234 H sekitar umur 20 tahun. Dari situ, historiografi ulama Ba’alwi menghadapi kontradiksi dilihat dari urutan tahun yang mereka ciptakan. Misalnya, Ba’alwi  mencatat,  bahwa tahun hijrah Ahmad bin ‘Isa ke Hadramaut adalah tahun 317 Hijriah (Al Gurar h. 96), dan tahun wafatnya adalah tahun 345 Hijriah (Al Masyra’ al Rawi Juz 1 h. 249). Jika Ahmad bin ‘Isa, pada tahun 234 H. berumur 20 tahun, maka berarti ketika hijrah itu ia telah berumur  103 tahun, dan ketika wafat ia telah berumur 131 tahun. Sangat janggal, ada seseorang yang sudah tua renta yang berumur 103 tahun berpindah dari Basrah ke Hadramaut dengan jarak lebih dari 2000 km. seperti juga sangat kecil kemungkinan ada orang yang bisa mencapai usia 131 tahun. 

KESIMPULAN:  
TIDAK ADA KITAB-KITAB ABAD KEEMPAT SAMPAI KEDELAPAN YANG MENYATAKAN AHMAD BIN ISA PINDAH KE HADRAMAUT.

KRONOLOGI NARASI BA’ALWI BAHWA AHMAD BIN ISA HIJRAH DARI BASRAH KE YAMAN:

1) Mengira bahwa Ahmad bin Isa bin Muhammad al Naqib ada di Basrah. Padahal yang di Basrah itu adalah Ahmad bin Isa bin Zaid bukan Ahmad bin Isa bin Muhammad al Naqib.
2) Mendompleng sejarah Bani Ahdal yang disebut Al Janadi (w. 732 H.) dalam kitab Al Suluk bahwa leluhurnya yang bernama Muhammad bin Sulaiman berhijrah dari Irak ke Yaman  (Al Suluk juz 2 h. 360). lalu Ba’alwi menyatakan bahwa leluhur mereka Ahmad bin Isa ikut berhijrah ke Yaman bersama Muhammad bin Sulaiman itu.  
3) Dalam kitab  keluarga Ba’alwi Al Gurar (h. 98) karya Muhammad Ali Khirid (w. 960 H.)  dan kitab keluarga Al Ahdal yaitu Tuhfat al Zaman (juz 2 h. 238)  karya Husain Al Ahdal (w.855 H.) disebut antara Muhammad bin Sulaiman dan Ahmad bin Isa adalah saudara kandung atau saudara sepupu. Berarti ayah atau kakeknya harusnya sama. Tetapi hari ini silsilah Ba’alwi dan Al Ahdal berbeda beda. Ba’alwi menulis Alwi bin Ubed bin Ahmad bin Isa terus sampai ke Ali Al Uraidi; sedangkan Al Ahdal menulis silsilahnya Muhammad bin Sulaiman bin Ubed bin Isa bin  Alwi terus sampai ke Musa al Kadzim. Tidak ketemu satu kakek.bagaimana dua orang bersaudara garis laki tapi kakeknya tidak sama?

2. Adakah kitab abad keempat sampai abad ke delapan Hijriah yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa bergelar Al Muhajir?

Tidak ada kitab abad ke-empat sampai kedelapan yang menyebut Ahmad bin Isa bergelar “Al Muhajir”. Gelar yang ditulis oleh kitab-kitab nasab untuk Ahmad bin Isa adalah “Al Abah” dan “Al Naffat”. penyebutan pertama dari keluarga Ba’alwi untuk Ahmad bin ‘Isa dengan sebutan “Al-muhajir” dilakukan oleh Ahmad bin Zein al-Habsyi (w.1144 H.) ulama abad ke duabelas Hijriah dalam kitab “Syarh al ‘Ainiyyah” (h.129)..  Jadi, gelar itu disematkan kepadanya setelah 799 tahun, dihitung mulai dari wafatnya Ahmad bin ‘Isa sampai wafatnya Ahmad bin Zein al-Habsy. 

Perhatikan redaksi Al-Ubaidili (w.437 H.) dalam kitab “Tahdzib al Ansab”  di bawah ini:

واحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النفاط 

Terjemah:
“Dan Ahmad bin ‘Isa al-Naqib bin Muhammad bin ‘Ali al-Uraidi, diberi gelar ‘al-Naffat’” (Tahdzib al Ansab, h.176)

Perhatikan pula redaksi Al Umari (w.490 H.) dalam kitab “Al Majdi” di bawah ini:

وأحمد ابو القاسم الابح المعروف بالنفاط لانه كان يتجر النفط له بقية ببغداد من الحسن ابي محمد الدلال على الدور ببغداد رأيته مات بأخره ببغداد بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى بن محمد بن العريضي .

Terjemah:
“Dan Ahmad Abul Qasim al-Abh yang dikenal dengan “al-naffat” karena ia berdagang minyak nafat (sejenis minyak tanah), ia mempunyai keturunan di bagdad dari Al-Hasan Abu Muhammad al-Dalal Aladdauri di Bagdad, aku melihatnya (Al-Hasan) wafat diakhir umurnya di Bagdad, ia (Al-Hasan) anak dari Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Isa bin Muhammad (al-Naqib) bin (‘Ali) al-Uraidi.” (Al Majdi: 337)

3. Adakah kitab abad keempat sampai kedelapan Hijriah yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa wafat dan dimakamkan di Hadramaut?

Tidak ada kitab sejarah dan kitab nasab yang menyatakan Ahmad bin Isa wafat dan dimakamkan di Hadramaut. Al-Janadi (w.732) dalam kitab Al Suluk tidak merekam adanya makam Ahmad bin ‘Isa, padahal ia sejarawan yang rajin mencatat nama-nama makam yang diziarahi dan dianggap berkah. Artinya pada tahun 732 H. itu, makam Ahmad bin ‘Isa belum dikenal (dibaca ‘tidak ada’) seperti saat ini. 

berita makam Ahmad bin Isa terdapat di Hadramaut itu baru dicatat abad kesepuluh oleh Bamakhramah (w.947 H.) dalam kitabnya “Qiladat al Nahar”. Bamakhramah pula menyebutkan bahwa makam itu diyakini ada di sana karena Abdurrahman Asegaf dulu berziarah di tempat itu berdasar cahaya yang terlihat memancar (Qiladat al Nahr, juz 2 h. 618). Jadi jelas makam yang sekarang dianggap makam Ahmad bin Isa itu adalah makam yang baru dibangun sekitar abad sembilan Hijriah.

وتوفي احمد المذكور بالحسيسة المذكورة وقبره في شعبها قال الخطيب وكان يرى عل الموضع الذي يشار اليه ان قبره الشريف فيه النور العظيم وكان شيخنا العارف بالله  عبد الرحمن بن الشيخ  محمد بن علي علوي يزوره في ذالك المكان 
Terjemah:
“Dan Ahmad tersebut wafat di Husaisah yang telah disebut. Dan makamnya di Syi’b Husaisah. Dilihat cahaya agung dari tempat yang diisyarahkan bahwa tempat itu adalah quburnya (Ahmad bin ‘Isa) yang mulia. Dan guru kami, Al-Arif Billah Abdurrahman bin Syekh  Muhammad bin ‘Ali Alwi,  berziarah ditempat itu.”  (Qiladat al Nahr: juz 2 h. 681)

4. Adakah kitab abad keempat sampai kedelapan  Hijriah yang menyatakan bahwa Ubaidillah adalah salah satu anak dari Ahmad bin Isa?

Ahmad bin ‘Isa (w. 345 H.(?) dalam catatan kitab-kitab nasab yang paling dekat masanya dengannya, tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah.  Adapun kitab-kitab yang mengkonfirmasi bahwa Ahmad bin ‘Isa tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah/Abdullah adalah: 

 Pertama, Kitab Tahdib al- Ansab wa Nihayat al-Alqab  yang dikarang Al-Ubaidili (w.437 H.). Ketika ia  menyebut  keturunan ‘Ali al- Uraidi, Al-Ubaidili tidak menyebut nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin ‘Isa.  Ia hanya menyebutkan satu anak dari Ahmad bin ‘Isa, yaitu Muhammad. Kutipan dari kitab tersebut seperti berikut ini:

واحمد بن عيسى النقيب بن محمد بن علي العريضي يلقب النفاط من ولده ابو جعفر (الاعمى) محمد بن علي بن محمد بن أحمد ، عمي في آخر عمره وانحدر الى البصرة واقام بها ومات بها وله اولاد وأخوه بالجبل له اولاد. 
Terjemah:
“Dan Ahmad bin ‘Isa al-Naqib bin Muhammad bin ‘Ali al-Uraidi,  diberikan gelar Al-Naffat, sebagian dari keturunannya adalah Abu Ja’far (al-A’ma: yang buta) Muhammad bin ‘Ali bn Muhammad bin Ahmad, ia buta di akhir hayatnya, ia pergi ke Basrah menetap dan wafat di sana. Dan ia mempunyai anak. Saudaranya di Al-Jabal (gunung) juga mempunyai anak.” (Tahdzib al Ansab, h. 176)
 
Kedua, Kitab Al-Majdi fi Ansab al-Talibiyin  karya Sayyid Syarif Najmuddin ‘Ali bin Muhammad al-Umari al-Nassabah ) (w.490 H.). dalam kitab itu ia menyebutkan,  bahwa di antara keturunan  Ahmad bin ‘Isa ada di Bagdad,  yaitu dari Al-Hasan Abu Muhammad al-Dallal Aladdauri bin Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Isa. Sama seperti Al-Ubaidili, Al-Umari hanya menyebutkan satu anak saja dari Ahmad bin ‘Isa. Kutipan lengkapnya seperti di bawah ini:

وأحمد ابو القاسم الابح المعروف بالنفاط لانه كان يتجر النفط له بقية ببغداد من الحسن ابي محمد الدلال على الدور ببغداد رأيته مات بأخره ببغداد بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى بن محمد بن العريضي. 
Terjemah:
“Dan Ahmad Abul Qasim al-Abah yang dikenal dengan “al-Naffat” karena ia berdagang minyak nafat (sejenis minyak tanah), ia mempunyai keturunan di bagdad dari al-Hasan Abu Muhammad ad-Dalal Aladdauri di Bagdad, aku melihatnya wafat diakhir umurnya di Bagdad, ia anak dari Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Isa bin Muhammad (an-Naqib) bin (‘Ali) al-Uraidi.” (Al Majdi, h. 377)

Ketiga, Kitab  Muntaqilat al- Talibiyah  karya Abu Ismail Ibrahim  bin Nasir ibnu Tobatoba (w.400 an H.), yaitu sebuah kitab yang menerangkan tentang daerah-daerah lokasi perpindahan para keturunan Abi Talib. Dalam kitab itu disebutkan,  bahwa keturunan Abi Talib yang ada di Roy adalah Muhammad bin Ahmad al-Naffat. 

(بالري) محمد بن احمد النفاط ابن عيسى بن محمد الاكبر ابن علي العريضي عقبه محمد وعلي والحسين.
Terjemah:
“Di Kota Roy, (ada keturunan Abu Talib bernama) Muhammad bin Ahmad an-Naffat bin ‘Isa bin Muhammad al-Akbar bin ‘Ali al-Uraidi. Keturunannya (Muhammad bin Ahmad) ada tiga: Muhammad, ‘Ali dan Husain.” (Muntaqilat al Talibiyah, h.160)
  
Kitab Al-Syajarah al-Mubarakah  karya Imam Al-Fakhrurazi (w.606 H.), kitab itu selesai ditulis pada tahun 597 Hijriah, dalam kitab itu Imam Al-Fakhrurazi  menyatakan dengan tegas bahwa Ahmad bin ‘Isa tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah. Kutipan dari kitab itu sebagai berikut:

أما أحمد الابح فعقبه من ثلاثة بنين: محمد ابو جعفر بالري، وعلي بالرملة، وحسين عقبه بنيسابور.

Terjemah:
“Adapun Ahmad al-Abh,  maka anaknya yang berketurunan ada tiga: Muhammad Abu ja’far yang berada di kota Roy, ‘Ali yang berada di Ramallah, dan Husain yang keturunanya ada di Na’Isaburi.” (Al Syajarah al Mubarakah, h. 111)

Dari kutipan di atas,  Imam Al-Fakhrurazi tegas menyebutkan bahwa Ahmad al-Abh bin ‘Isa  keturunannya hanya dari   tiga anak,  yaitu:  Muhammad, ‘Ali dan Husain. Tidak ada anak bernama Ubaidilah atau Abdullah, baik yang berketurunan, maupun tidak.. Ia menyebutkan jumlah anak Ahmad bin ‘Isa dengan menggunakan  “jumlah ismiyah” (proposisi dalam Bahasa Arab yang disusun menggunakan kalimat isim  atau kata benda) yang menunjukan “hasr” (terbatas hanya pada yang disebutkan). Para ahli nasab mempunyai kaidah-kaidah khusus dalam ilmu nasab, diantaranya, jika menulis dengan “jumlah fi’liyah”  (proposisi Bahasa Arab yang disusun dengan menggunakan kalimat fi’il atau kata kerja) misalnya dengan lafadz    أَعْقَبَ من ثلاثة (ia berketurunan  dari tiga anak), maka maksudnya jumlah anak yang dipunyai tidak terbatas kepada  bilangan yag disebutkan, masih ada anak yang tidak disebutkan karena suatu hal. Tetapi jika menggunakan “jumlah ismiyah” seperti kalimat kitab Al-Syajarah al-Mubarakah itu, maka maksudnya adalah jumlah anak yang berketurunan hanya terbatas kepada bilangan yang disebutkan. Syekh Mahdi al-Raja’iy dalam kitabnya Al-Mu’qibun mengatakan:

ومن ذالك اذا قالوا غقبه من فلان او العقب من فلان فانه يدل على ان عقبه منحصر فيه وقولهم أعقب من فلان فان يدل على ان عقبه ليس بمنحصر فيه
Terjemah:
“Dan sebagian dari istilah para ahli nasab adalah apabila mereka berkata ‘’aqibuhu min fulan’ (keturunannya dari si fulan) atau ‘al-‘al-aqbu min fulan’ (keturunan(nya) dari si fulan) maka itu menunjukan bahwa bahwa anaknya yang berketurunan terbatas kepada anak  itu; dan ucapan ahli nasab ‘a’qoba min fulan’ maka itu menunjukan bahwa sesungguhnya anaknya yang berketurunan tidak terbatas pada anak (yang disebutkan) itu.” (Al Mu’qibun, h. 14)

Imam al-Fakhrurazi, penulis kitab Al-Syajarah al-Mubarokah  tinggal di Kota Roy, Iran, di mana di sana banyak keturunan Ahmad bin ‘Isa dari jalur Muhammad Abu Ja’far, tentunya informasi tentang berapa anak yang dimiliki oleh Ahmad bin ‘Isa,  ia dapatkan secara valid dari keturunan Ahmad yang tinggal di Kota Roy. Sampai pengarang kitab ini wafat tahun 606 Hijriah, sudah 261 tahun dihitung mulai dari wafatnya Ahmad bin ‘Isa, tidak ada riwayat, tidak ada kisah, tidak ada kabar bahwa Ahmad bin ‘Isa pernah punya anak yang bernama Ubaidillah dan cucu yang bernama Alwi. 

Kitab Al-Fakhri  fi Ansabitalibin  karya Azizuddin Abu Tolib Ismail bin Husain al-Marwazi (w.614 H.) menyebutkan yang sama seperti kitab-kitab abad kelima, yaitu hanya menyebutkan satu jalur keturunan Ahmad bin ‘Isa yaitu dari jalur Muhammad bin Ahmad bin ‘Isa. Adapun kutipan lengkapnya adalah:

منهم أبو جعفر الاعمى محمد بن علي بن محمد بن احمد الابح له اولاد بالبصرة واخوه في الجبل بقم له اولاد
Terjemah:
“Sebagian dari mereka (keturunan ‘Isa al-Naqib) adalah Abu Ja’far al-a’ma (yang buta) Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad al-Abh, ia punya anak di Basrah, dan saudaranya di ‘Al Jabal” di Kota Qum, ia punya anak.” (Al Fakhri, h. 30)

Kitab Al-Asili fi Ansabittholibiyin  karya Shofiyuddin Muhammad ibnu al-Toqtoqi al-Hasani (w.709 H.) menyebutkan satu sampel jalur keturunan Ahmad bin ‘Isa yaitu melalui anaknya yang bernama Muhammad bin Ahmad  bin ‘Isa. Kutipan lengkapnya seperti berikut ini: 

ومن عقب أحمد بن عيسى النقيب الحسن بن ابي سهل أحمد بن علي بن ابي جعفر محمد بن أحمد 
Terjemah:
“Dan dari keturunan Ahmad bin ‘Isa an-Naqib adalah al-Hasan bin Abi Sahal Ahmad bin ‘Ali bin Abi Ja’far Muhammad bin Ahmad.” (Al Ashili, 212)

Kitab Al-Sabat al Musan  karya Ibn al- A’raj al-Husaini (w.787 H.) ia mengatakan bahwa sebagian anak Ahmad bin ‘Isa adalah Muhammad. Ia tidak menyebut ada anak Ahmad bin ‘Isa yang bernama Ubaidillah atau Abdullah. Lihat kutipan di bawah ini:

واما احمد  فأعقب وكان من ولده ابو محمد الحسن الدلال ببغداد رآه شيخنا العمري ببغداد وهو مات بأخره ببغداد وهو بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى الرومي وكان له اولاد منهم ابو القاسم احمد الاشج المعروف بالنفاط...
Terjemah:
“Dan adapun Ahmad, maka ia berketurunan dan dari keturunannya adalah Abu Muhammad al Hasan al-Dallal di Bagdad, guruku al-Umari melihatnya di Bagdad, dan ia meninggal di Bagdad, ia adalah putra Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Isa al-Rumi, dan ia mempunyai beberapa anak diantaranya Abul Qasim Ahmad al-Asyaj yang dikenal dengan al-Naffath” (Al Sabat al Mushan, h. 83-84)

Kitab Umdat al-Talib  karya Ibnu Inabah (w.828 H.),  Ahmad bin ‘Isa tidak disebut mempunyai anak bernama Ubaidillah atau Abdullah.  Ibnu Inabah mengatakan: 

ومنهم احمد الاتج بن ابي محمد الحسن الدلال بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى الاكبر 
Terjemah:
“Sebagian dari keturunan Muhammad al-Naqib adalah Ahmad al-Ataj bin Abi Muhammad al-Hasan al-Dallal bin Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Isa al-Akbar.” (Umdat al Talib, h. 225)
Kronologis mula-mula pengakuan leluhur habib sebagai keturunan rasul:
1) Leluhur habib melihat  sejarah keluarga Al Ahdal yang disebut dalam kitab “Al Suluk” karya Al Jandi (w.732 H.).

واما الاهدل فَهُوَ بهاء سَاكِنة بعد الف وَلَام وهاء بعْدهَا دَال مُهْملَة مَفْتُوحَة ثمَّ لَام سَاكِنة كَانَ كَبِير الْقدر شهير الذّكر يُقَال أَن جده مُحَمَّد قدم من بلد الْعرَاق الى الْيمن وَهُوَ شرِيف حسيني قدم على قدم التصوف وَسكن اجوال السَّوْدَاء من وَادي سِهَام 
Terjemah”
“Dan adapun Al-Ahdal, maka ia (dibaca) dengan “ha” yang sukun setelah “‘Alif”, “lam”  dan “ha”. Setelah “ ha” itu ada hurup “dal” yang di”fatahkan” yang tanpa titik, kemudian ada “lam” yang sukun. Ia seorang yang berkedudukan tinggi yang popular. Disebutkan bahwa kakeknya datang dari Irak ke negeri Yaman, ia seorang “Syarif Husaini”. Ia datang dengan tapak tasawuf, ia menempati “Ajwal al-Sauda’ dari lembah Siham.” (Al Suluk, juz 2 h.360)

2)  dalam kitab tersebut leluhur keluarga Al Ahdal yang bernama Muhammad (bin Sulaiman) disebut sebagai seorang “Syarif Husaini” yang berhijrah dari Irak. Lalu ulama Ba’alwi mengaku bahwa leluhurnya Ahmad bin Isa ikut berhijrah bersama Muhammad bin Sulaiman itu sebagai seorang  sepupu (satu kakek). Pengakuan itu disambut oleh keturunan Muhammad Al Ahdal  yang ada di abad sembilan yang bernama Husain al-Ahdal (w.855 H.) dalam kitabnya “Tuhfat al-Zaman” ia mengatakan:

وحكي لنا عن بعضهم ان محمد المذكور خرج هو واخ له وابن عم فعمد اخوه وابن عمه الى الشرق فذريته ال با علوي في حضرموت
 Terjemah:
“Diceritakan kepada kami dari sebagian orang, bahwa Muhammad (bin Sulaiman) tersebut keluar (berhijrah) bersama saudara laki-laki dan  saudara sepupunya. Kemudian saudara laki-laki dan saudara sepupunya itu menuju timur. Maka keturunan dari saudara sepupunya itu adalah keluarga Ba’alwi di Hadramaut” (Tuhfat al Zaman, juz 2 h. 238)

3) Ketika keluarga Al Ahdal dan Ba’alwi ini satu kakek, berarti silsilahnya harusnya bertemu di kakek pertama. Kita lihat silsilah keluarga Al Ahdal dalam kitab Al-Ahsab al-’Aliyyah fi al-Ansab al-Ahdaliyyah  karya Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad al-Ahdal (w. 1035 H.) ia mengatakan:

وأما نسبه رضي الله عنه فهو علي الأهدل بن عمر بن محمد بن سليمان بن عبيد بن عيسى بن علوي بن محمد بن حمحام بن عون بن موسى الكاظم بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن علي زين العابدين بن الحسين بن علي بن أبي طالب رضوان الله عليهم أجمعين هذا نسبه
Terjemah:
“Dan adapun nasabnya, radiallahu ‘anhu, adalah: ‘Ali al-Ahdal bin Umar bin Muhammad bin Sulaiman bin Ubaid bin ‘Isa bin Alwi bin Muhammad bin Himham bin ‘Aon bin Musa al-kadim bin Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali Zainal ‘Abidin bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Talib, Ridwanallahu ‘alaihim ajma’in”. (Al Ahsab al Ahdaliyah, h. 4)

Silsilah keduanya mirip, tetapi susunannya berbeda. Jika keluarga Ba’alwi adalah: Alwi bin Ubed bin Ahmad bin Isa, maka keluarga Al Ahdal adalah: Muhammad bin Sulaiman bin ubed bin Isa bin Alwi. jelas keduanya pada mulanya merasa satu keturunan, namun akhirnya mencari jalan sendiri-sendiri. Seharusnya, jika Ba’alwi ini tidak mencari jalan lain maka silsilahnya adalah: Ahmad bin Isa bin Ubed bin Alwi bin Muhammad bin Himham dst. Ini membuktikan bahwa nasab Ba’alwi ini nasab “rakitan” yang kacau. Yang aneh lagi, dua orang yang berhijrah itu (Ahmad bin Isa dan Muhammad bin Sulaiman) ternyata hidupnya tidak satu masa. Ahmad bin Isa wafat tahun 345 H, sementara Muhammad bin Sulaiman wafat tahun 540 H. (Nail al-Hasanain, 121).

Keluraga Al Ahdal sendiri tertolak sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW karena Musa al Kadzim tidak mempunyai anak bernama Aon.

4) Setelah gagal mencantol nasab Al Ahdal, keluarga habib Ba’alwi berpindah jalur ke nasab Syarif Abul Jadid yang mereka temukan juga di kitab Al Suluk. Dalam kitab Al Suluk itu disebutkan:

واحببت ان الْحق بهم الَّذين وردوها ودرسوا فِيهَا وهم جمَاعَة من الطَّبَقَة الاولى مِنْهُم ابو الْحسن عَليّ بن مُحَمَّد ابْن أَحْمد بن حَدِيد بن عَليّ بن مُحَمَّد بن حَدِيد بن عبد الله بن أَحْمد بن عِيسَى بن مُحَمَّد بن عَليّ ابْن جَعْفَر الصَّادِق بن مُحَمَّد الباقر بن عَليّ بن زين العابدين بن الْحُسَيْن بن عَليّ ابْن ابي طَالب كرم الله وَجهه وَيعرف بالشريف ابي الْحَدِيد عِنْد أهل الْيمن اصله من حَضرمَوْت من اشراف هُنَالك يعْرفُونَ بَال ابي علوي بَيت صَلَاح وَعبادَة على طَرِيق التصوف وَفِيهِمْ فُقَهَاء يَأْتِي ذكر من اتحقق ان شَاءَ الله تَعَالَى مَعَ أهل بَلَده

Terjemah:
“Dan aku ingin memberikan susulan nama-nama orang-orang yang datang ke Ta’iz dan belajar di sana. Mereka adalah jama’ah dari tingkatan pertama. sebagian dari mereka adalah Abu al-Hasan, ‘Ali,  bin Muhammad bin Ahmad bin Hadid (Jadid, dua riwayat manuskrip) bin ‘Ali bin bin Muhammad bin Jadid bin Abdullah bin Ahmad bin ‘Isa bin Muhammad bin ‘Ali bin Ja’far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali bin  Zainal Abdidin  bin al-Husain bin ‘Ali bin Abi Tholib karramallahu wajhah, dan dikenal dengan nama Syarif Abul Jadid menurut penduduk Yaman.  Asalnya dari Hadramaut dari para syarif di sana yang dikenal dengan Al Abi Alwi, yang merupakan rumah kesalihan dan ibadah dalam tarikat tasawwuf. Termasuk didalamnya para ahli fikih yang akan datang penyebutan mereka yang aku ketahui dengan benar, insya Allah Ta’ala, bersama ahli negerinya.” (Al Suluk Juz 2 h. 135-136)

Dari redaksi itu Ali al Sakran (w. 895 H.) mengatakan bahwa Jadid itu saudara leluhurnya yang bernama Alwi dan Abdullah itu adalah Ubed. Pengakuan itu tanpa ada satu sumber sejarahpun di masa Jadid itu  yang mengatakan bahwa Jadid punya saudara bernama Alwi.  Ali al Sakran mengatakan:
وقد فهمت مما تقدم اولا منقولا من تاريخ الجندي وتلخيص العواجي وسبق به الكلام في ترجمة الامام ابي الحسن عَليّ بن مُحَمَّد ابْن أَحْمد  جدِيد انه عبد الله بن احمد بن عيسى
 
 Terjemah:
“Dan aku memahami dari  keterangan yang telah lewat, untuk pertama kali, berdasar apa yang terdapat dari Tarikh al-Janadi (kitab al-Suluk) dan kitab Talkhis al-Awaji, dan telah disebutkan pembicaraan tentangnya, dalam menerangkan biografi sosok al-Imam Abu al Hasan, ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad Jadid, bahwa Ubaid itu adalah Abdullah bin Ahmad bin ‘Isa. (Al Burqot, h. 150)
Jadi awalnya keluarga habib mengaku bersilsilah kepada Ahmad bin Isa itu adalah karena melihat silsilah Syarif abul Jadid yang ada dikitab Al Suluk lalu menyatakan bahwa leluhurnya adalah saudara dari Jadid tanpa referensi penguat apapun.
5) Sayangnya pencangkokan silsilah ke Jadid bin Abdullah itu tidak sukses, karena ternyata dalam manuskrip Al Suluk yang lebih tua nama Abdullah itu tidak ada. silsilah Ba’alwi hari ini yang diambil dari silsilah Syarif Abil Jadid adalah merupakan versi kitab Al Suluk yang dicetak berdasarkan manuskrip Mesir tahun 877 H. Sedangkan dalam manuskrip Paris yang disalin 820 H. bahwa Jadid bukan anak Abdullah bin Ahmad, tetapi ia adalah anak langsung dari Ahmad.  Teori ‘Ali al-Sakran bahwa Ubaid yang tercatat dalam versi Bani Ahdal  adalah nama lain dari Abdullah, tertolak mentah-mentah.
6) Para pembela Ba’alwi berusaha mendatangkan sanad sanad yang katanya ditulis pada abad ke enam Hijriah, tetapi jelas sanad-sanad itu adalah sanad palsu. Nama-nama keluarga habib sampai abad kedelapan tidak tercatat sebagai ulama apalagi ulama hadits, bagaimana bisa mereka meriwayatkan hadits?

5. Benarkah hasil tes DNA Klan Ba’alwi (habib) terbukti bukan keturunan Nabi Muhammad SAW? 

Menurut https://www.familytreedna.com/groups/j-1el-147/about/background disimpulkan bahwa:
 – Individu L859+ adalah keturunan suku Quraisy
 – Individu FGC8703+ adalah keturunan marga Banu Hashem
 – Individu FGC10500+ adalah keturunan Imam Ali AS
 – Individu FGC30416+ adalah keturunan Imam Hussein AS

Sedangkan para Habib Ba’alwi yang sudah tes DNA mayoritas mereka tidak memeiliki kode-kode di atas. 

Menurut DR. Sugeng Sugiharto, keturunan Nabi Muhammad SAW jalur paternal (laki-laki) harus berhaplogroup J, karena Nabi Ibrahim AS berhaplogroup J. Sedangkan dari ratusan para habib Ba’Alwi yang telah melakukan tes DNA, hasilnya mayoritas mereka berhaplogroup G. Berarti mereka bukan hanya tidak terkonfirmasi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mereka tidak termasuk keturunan Nabi Ibrahim AS.

“Ba’alwi itu, nasabnya ke Nabi Ibrahim itu tertolak, karena tidak bisa dikonfrontasi dan dikonfirmasi dengan keturunan Nabi Ishak. Kalau mereka mengaku sebagai keturunan Imam Ali, dengan sendirinya keturuna Nabi Ismail, maka haplotype mereka dari Nabi Ibrahim ke atas harus sama dengan para kohen…logikanya, bagaimana mereka keturunan Imam Ali, wong bani Ibrahim aja bukan..”, tegas Doktor Sugeng dalam sebuah konten di chanel youtube yang di uplod tanggal 1 Januari 2024 dengan judul “Nasab G-Y32612 itu ke Ibrahim saja hil yang Mustahal, bagaimana jadi Alawiyyin ??”.

Kita bisa ambil beberapa contoh keluarga Ba’alwi yang telah melakukan tes DNA (https://www.familytreedna.com/public/baalawi?iframe=ycolorized), misalnya seorang bapak dari Al-Habsyi yang yang tes DNA dengan nomor KIT: IN89146, ia tinggal di Saudi Arabia, hasilnya ia berhaplogroup G-M201. Gagal. Contoh lain, seorang bapak dari Bin Syekh Abubakar, ia tes DNA dengan nomor KIT: M9523, ia tinggal di Indonesia, hasilnya haplogroupnya G-M201. Gagal juga. Contoh lain seorang bapak dari Assegaf, ia tes DNA dengan nomor KIT: 88697, ia tinggal di Yaman, hasilnya haplogroupnya G-M201. Gagal lagi. Contoh lain, seorang bapak bernama Omar, ia tes DNA dengan nomor KIT: IN76599 , ia tinggal di Yaman, hasilnya, haplogroupnya G-M201. Gagal maning. Dan masih banyak lagi contoh-contoh hasil tes DNA dari klan Ba’alwi yang dapat kita unduh dari berbagai macam situs penyedia jasa tes DNA. Hasilnya mayoritas mereka berhaplogroup G-M201.

6. Apa hukum penggunaan tes DNA dalam memvalidasi nasab menurut hukum Islam?

Menurut hasil keputusan Muktamar NU ke-31 tahun 2024 bahwa tes DNA bisa untuk menafikan ilhaq nasab, namun belum tentu bisa menentukan ilhaq nasab (Ahkamul Fuqoha, cet.2010 h. 509)

KESIMPULAN AKHIR: KLAN BA’ALWI (PARA HABIB) TERBUKTI SECARA ILMIYAH Bukan Keturunan Nabi Muhammad Saw.