Sejarah bangsa Indonesia adalah kisah agung tentang keberanian, kegigihan, dan kesetiaan pada tanah air. Dari ujung Aceh hingga kepulauan Maluku, dari tanah Jawa hingga pelosok Kalimantan, detak nadi rakyat Nusantara berdegup dalam satu irama: Merdeka atau mati!
*Ratusan tahun lamanya bumi pertiwi ini diinjak-injak oleh kekuasaan penjajah Belanda*. Tetapi penjajah tak pernah mampu merampas harga diri anak bangsa. Pangeran Diponegoro bangkit mengobarkan Perang Jawa, Imam Bonjol bangkit menentang penindasan dalam Perang Padri, Cut Nyak Dien bersama rakyat Aceh mempertaruhkan nyawa demi kemuliaan bangsa. Semua bergerak—petani, santri, ulama, prajurit, pemuda, dan kaum ibu—bersatu mempertahankan kehormatan bangsa.
*Tahun 1942*, datang gelombang baru penjajahan bernama Jepang. Kekejamannya meneteskan darah dan air mata. Rakyat dipaksa kerja paksa, lumbung padi dirampas, dan desa-desa dijadikan kamp militer. Namun justru dalam penderitaan itulah api nasionalisme semakin menyala. Dan ketika Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak oleh bom Amerika Serikat, bangsa Indonesia membaca pertanda dari langit: inilah saatnya memproklamasikan kemerdekaan.
*Maka pada pagi suci 17 Agustus 1945*, di sebatang rumah sederhana di Pegangsaan Timur, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Rakyat menangis haru, para pemuda menengadahkan tangan ke langit seraya bersumpah: Kami siap mempertahankan kemerdekaan ini hingga titik darah penghabisan!
Dan benar, tak lama kemudian Belanda bersama sekutu datang kembali membawa meriam dan senapan, hendak menenggelamkan Indonesia ke dalam penjajahan kedua. Tetapi rakyat telah bersatu padu. Agresi Militer Belanda I (1947) kita hadapi dengan semangat gerilya yang membara. Agresi Militer II (1948) disambut dengan perlawanan total di seluruh penjuru negeri.
*Hari paling bersejarah itu pun tiba: 10 November 1945* di Surabaya! Teriakan Bung Tomo mengguncangkan langit, menyalakan semangat wira bangsa:
*“Selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki darah merah yang dapat membasahi sehelai kain putih, selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga!”*
Arek-arek Surabaya tidak gentar. Rumah-rumah dijadikan benteng, bambu runcing diangkat tinggi-tinggi. Tua-muda, santri-rakyat, jatuh satu bangkit seribu. Sejak hari itu, darah para syuhada kemerdekaan mengaliri setiap jengkal tanah sebagai saksi perjuangan.
Belum reda pertempuran di Surabaya, sejarah kembali mencatat keberanian bangsa ini melalui Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Dalam enam jam, TNI merebut kota dari cengkeraman Belanda, menggugah dunia bahwa Republik Indonesia belum mati!
Dan akhirnya, atas pengorbanan darah dan nyawa putra-panji bangsa, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
⚠️ *Perlu ditegaskan dengan jelas dan jujur dalam lembar sejarah ini: Bahwa seluruh rangkaian perjuangan suci tersebut tidak pernah melibatkan peran kaum habib klan Ba’alwiy*. Justru sebaliknya, ketika rakyat Indonesia bangkit melawan penjajahan, sebagian tokoh klan tersebut berdiri di sisi penjajah. Mereka didatangkan oleh Belanda dan diberikan kedudukan sebagai Kapitan Arab untuk mengamankan kepentingan kolonial. Bahkan tercatat jelas dalam arsip sejarah bahwa Habib Utsman bin Yahya diangkat oleh pemerintah Belanda sebagai Mufti Kesultanan Belanda, dan karenanya berdiri di pinggir medan sejarah sebagai bagian dari sistem kolonial, bukan pada barisan pejuang bangsa.
Bangsa ini tidak pernah dibebaskan oleh gelar, keturunan, atau privilese apapun. *Bangsa ini meraih kemerdekaannya dengan cucuran darah petani, dengan air mata santri, dengan nyawa para pemuda yang tak punya apa-apa selain cinta kepada tanah air.*
💥 *Inilah Indonesia!*
Bangsa pejuang yang lahir dari keberanian, tumbuh dalam kesengsaraan, dan menang karena semangat persatuan.
🛑 *Bantahan Fakta Ngawur Terkait Sejarah Masuknya Islam dan Klan Ba’alwi di Nusantara*
Banyak orang sekarang menyebarkan informasi keliru seolah-olah “Islam baru muncul di Jawa abad ke-18” dan “habib sudah masuk sejak abad 16–17 lalu ikut menyebarkan Islam.” Fakta sejarah justru membantah semuanya.
📌 Fakta Sejarah yang Benar:
✅ Islam sudah hadir di Jawa sejak abad ke-13–14, dibuktikan dengan batu nisan Fatimah binti Maimun (1082 M) di Gresik.
✅ Kesultanan Demak berdiri tahun 1478 (akhir abad ke-15) — berarti Jawa sudah menjadi kerajaan Islam jauh sebelum Belanda datang.
✅ Belanda (VOC) masuk ke Jawa tahun 1602, pada masa Kesultanan Mataram Islam, bukan pada masa Hindu. Bahkan Sultan Agung sudah menyerang Batavia pada 1628–1629.
✅ Kesultanan Islam di Sumatra bahkan lebih tua:
• Samudera Pasai berdiri abad ke-13,
• Aceh Darussalam bangkit akhir abad-15.
✅ Kesultanan Banjar di Kalimantan berdiri tahun 1526 (abad ke-16).
✅ VOC sudah membuka kantor dagang di Aceh tahun 1607 dan masuk Banjarmasin tahun 1635. Artinya Belanda sudah masuk Sumatra & Kalimantan jauh sebelum abad ke-19.
❌ Jadi sangat jelas keliru apabila ada yang mengatakan:
• “Belanda menjajah Jawa saat Jawa masih Hindu.” → SALAH
• “Islam baru masuk ke Jawa abad ke-18.” → SALAH
• “Habib datang ke Nusantara abad 16 sebagai penyebar Islam.” → SALAH BESAR
📌 Justru faktanya:
➡️ Kedatangan klan Ba’alwi secara masif baru terjadi setelah VOC berkuasa dan mereka diberi kedudukan sebagai Kapitan Arab serta Mufti Belanda (contoh: Habib Utsman bin Yahya).
➡️ Tidak satu pun tokoh Ba’alwi yang tercatat ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, KH Hasyim Asy’ari, atau laskar rakyat pribumi.
➡️ Sebaliknya, sebagian tokoh marga tersebut mendukung kolonial dan bahkan memalsukan nasab sejumlah pahlawan dan ulama pribumi setelah Indonesia merdeka.
🧠 Maka, mari jujur dalam membaca sejarah:
Bangsa ini diperjuangkan oleh darah, air mata, dan nyawa pribumi — bukan oleh gelar dan privilese keturunan.
🇮🇩 Fakta tetaplah fakta. Seberapapun sering kebohongan diulang, ia tidak akan mengubah sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar