MUTIARA ILMU: April 2025

Selasa, 29 April 2025

Kejahatan Sistemik Klaim Sebagai Dzuriyah Nabi Muhammad S.A.W.

Oleh:  Peneliti Genealogi dan Kajian Islam Kritis

Klaim sebagai dzuriyah Nabi Muhammad SAW telah menjadi pilar utama kekuasaan simbolik klan Ba’alwi di berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, klaim tersebut mulai digugat dari berbagai sisi: sejarah, filologi, genetika, hingga etika publik. Ironisnya, semakin kuat bukti yang menolak klaim tersebut, semakin keras pula klan Ba’alwi mempertahankannya. Pertanyaannya: apa yang sebenarnya dipertahankan?
Penolakan untuk mengakui bahwa mereka bukan dzuriyah Nabi Muhammad S.A.W. bukan semata persoalan identitas, melainkan bagian dari sistem yang terbangun secara struktural dan mengakar dalam banyak lini sosial. Dalam istilah sosiolog Pierre Bourdieu, ini adalah modal simbolik—di mana pengakuan keturunan Nabi Muhammad S.A.W. digunakan untuk mengakumulasi kuasa sosial, ekonomi, dan politik, sekaligus membangun lapisan loyalitas dari publik awam yang disulap menjadi ‘mukibbin’.

*Kapitalisasi Nasab*
Di Indonesia, klaim dzuriyah digunakan untuk membuka jalan pengaruh ke berbagai institusi keagamaan, pendidikan, hingga lembaga keuangan. Dari penggalangan dana atas nama dakwah hingga penguasaan ruang-ruang strategis dalam organisasi Islam, semua mengalir melalui status “sayyid” atau “habib” yang dilegitimasi oleh silsilah—yang ironisnya, tidak pernah terverifikasi secara ilmiah maupun sejarah.
Penelitian mutakhir dari Dr. Michael Hammer, ahli genetika dari University of Arizona, menemukan bahwa keturunan Nabi Muhammad S.A.W. SAW secara genetika tergolong dalam haplogroup J1. Sebaliknya, penelitian DNA pada sebagian Ba’alwi justru menunjukkan haplogroup G—menandakan asal-usul berbeda yang tidak bisa disambungkan secara ilmiah dengan Nabi Muhammad S.A.W. Muhammad SAW atau suku Quraisy.
Di Indonesia, Dr. Sugeng Sugiarto, seorang genetisis senior, turut menegaskan bahwa validitas nasab melalui jalur lisan tanpa pengujian genetik tidak bisa dijadikan acuan. "Penelusuran nasab seharusnya dilakukan secara ilmiah agar tidak menyesatkan umat," tegasnya dalam sebuah forum diskusi ilmiah di Surabaya.

*Distorsi Sejarah dan Manipulasi Identitas*
Lebih dari sekadar klaim privat, Ba’alwi juga terlibat dalam manipulasi identitas tokoh-tokoh penting Indonesia. Beberapa tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, bahkan KRT Sumadiningrat diklaim sebagai bagian dari klan mereka, meski tidak ada dokumen sejarah valid yang mendukung klaim tersebut. Dalam beberapa kasus, seperti pada makam KRT Sumadiningrat, ditemukan pemalsuan nisan menjadi "bin Yahya"—sebuah tindakan yang oleh sejarawan Prof. Dr. Anhar Gonggong disebut sebagai pengaburan sejarah nasional.
Lebih lanjut, mereka juga mengklaim peran sentral dalam pendirian Nahdlatul Ulama, padahal sejarah mencatat NU lahir dari perjuangan ulama lokal seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama pesantren Jawa lainnya—tanpa keterlibatan dominan dari jaringan Ba’alwi.

*Mengapa Mereka Tak Mengaku?*
Setidaknya ada tiga alasan mengapa pengakuan palsu ini terus dipertahankan. *Pertama*, kekhawatiran kehilangan dukungan massa atau “mukibbin,” yang selama ini menjadi basis ekonomi dan loyalitas sosial mereka. *Kedua*, bila mengakui ketiadaan nasab Nabi Muhammad S.A.W., mereka kehilangan legitimasi moral yang selama ini menjadi tiket akses ke ruang-ruang elit. *Ketiga*, potensi tuntutan hukum—terkait dugaan pembohongan publik dan manipulasi identitas agama—bisa menjadi bumerang besar.
Sejak kapan klaim nasab menjadi hak istimewa tanpa bisa diuji? Sejak kapan pula kebenaran lisan yang tidak terverifikasi lebih dipercaya daripada bukti ilmiah dan sejarah tertulis?

*Saatnya Umat Menegakkan Kebenaran*
Bangsa ini sedang menghadapi tantangan berat dalam menjaga identitas, sejarah, dan marwah keagamaannya. Pemalsuan nasab bukan hanya kejahatan personal, melainkan kejahatan sistemik yang menggerogoti akar rasionalitas umat. Lebih dari itu, ini adalah penghinaan terhadap Rasulullah SAW itu sendiri—karena membawa-bawa namanya demi kekuasaan dan kekayaan.
Rasulullah bersabda, "Barang siapa menasabkan dirinya pada bukan bapaknya, maka tempatnya di neraka." (HR Bukhari-Muslim)
Kita tidak sedang membenci keturunan Nabi Muhammad S.A.W.. Kita sedang melawan pemalsuan atas nama Nabi Muhammad S.A.W..

45 ULAMA NUSANTARA PENULIS KITAB KUNING BERBAHASA ARAB



Ulama yang memiliki karya dalam Bahasa Arab merupakan ulama yang dinilai tsiqoh (terpercaya) dalam keilmuannya, karena Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, begitupula hadits-hadits Nabi dan kitab-kitab utama yurisprudensi dan teologi Islam ditulis dalam Bahasa Arab.

Bahwa ulama yang mempunyai karya dalam Bahasa Arab kedalaman pemahamannya akan teks-teks dapat dipertanggungjawabkan dan dapat ditakar ketelitiannya dan kepakarannya dalam Bahasa Arab bahkan walau ia telah lama wafat.

Nusantara, yang mencakup kawasan negara-negara di Asia Tenggara, telah melahirkan banyak ulama penulis kitab Bahasa Arab dari sejak awal-awal masuknya Islam hingga saat ini. Ulama yang memiliki karya dalam Bahasa Arab merupakan ulama yang dinilai tsiqoh (terpercaya) dalam keilmuannya, karena Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, begitupula hadits-hadits Nabi dan kitab-kitab utama yurisprudensi dan teologi Islam ditulis dalam Bahasa Arab.

Tentunya ulama yang mempunyai karya dalam Bahasa Arab kedalaman pemahamannya akan teks-teks dapat dipertanggungjawabkan dan dapat ditakar ketelitiannya dan kepakarannya dalam Bahasa Arab bahkan walau ia telah lama wafat. Berikut daftar ulama Nusantara yang memiliki karya tulis dalam Bahasa Arab:

1. Syekh Hamzah Fanshuri (Aceh w. 1637)

Kitab-kitab beliau adalah: Asrar al-Arifin, Sharab al-Asyikin, Kitab Al-Muntahi / Zinat al-Muwahidin.

2. Syekh Nuruddin arraniri (Aceh w. 1658)

Kitab-kitabnya adalah: Darul Fawaid fi syarhil aqo’id, fawaidul Bahiyyah, bustanus salathin, shiratal mustaqim.

3. Syekh Abdurrauf Singkel (Aceh w. 1693)

Kitab-kitabnya adalah: Mir’at al-Thullab fî Tasyil Mawa’iz al-Badî’, rifat al-Ahkâm al-Syar’iyyah li Malik al-Wahhab, Mawa’iz al-Badî’, Tanbih al-Masyi, Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin al-Qâilin bi Wahdatil Wujud.

4. Syekh Abdullah bin Abdul Qohhar Al-Bantani (Banten 1748)

Kitab-kitabnya adalah: Risalatun fi syuruthil hajj, Masyahidun Nasik fi Maqomatis Salik, Fathul Muluk.

5. Syekh Abdul Shomad al Falimbani (sumsel w. 1789)

Kitab-kitab beliau adalah: Zahratul mufid, Hidayatus salikin, Siyarus salikin, Al Urwatul Wutsqo, Nasihatul Muslimin wa tadzkiratul mu’minin, Arrisalah fi kaifiyati ratib lailatil jum’ah, mulhiqun fi bayani fawaidin nafi’ah fil jihadi fi sabilillah, anisul muttaqin dll.

6. Syekh Arsyad al-Banjari (Kalimantan Selatan w. 1812)

Kitab beliau adalah: Mas’alatul qiblat fil batawi, Hidayatul mustarsyidin hasyiah sanusiyyah fit tauhid.

7. Syekh Daud al Fathani (Thailand selatan w. 1847)

adapun karya karya beliau adalah: Al Qurbarbatu Ilallah, Jam’ul Fawaid, Minhajul Abidin, Kanzul Minan, Ad Durruts Tsamin, Dhiya’ul Murid, Munyatul Mushalli, Hidayatul Muta’alim, Wardus Zawahir, Fathul Manaan, Jawahiruts Tsaniyah, Sullamul Mubtadi.

8. Syekh Ahmad Khotib sambas (Sambas w. 1872)

Adapun kitab beliau adalah Fathul Arifin.

9. Syekh Ma’shum bin Salim al-Samarani (1886?)

Adapun kitab beliau adalah: Hasyiah Tasywiq al-Khallan ‘ala Syarah al-Âjurumiyyah (1886).

10. Syekh Nawawi al-Bantani (Banten w. 1897)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: al-Tsamar al-Yani’ah syarah al-Riyadl al-Badi’ah, al-‘Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubîn, Sullam al-Munâjah syarah Safînah al-Shalâh, Baĥjah al-Wasâil syarah al-Risâlah, al-Jâmi’ah bayn al-Usûl wa al-Fiqh wa al-Tasawwuf, al-Tausyîh/ Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-Qarîb al-Mujîb, Niĥâyah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muĥimmâh al-Dîn, Marâqi al-‘Ubûdiyyah syarah Matan Bidâyah al-Ĥidâyah, Nashâih al-‘Ibâd syarah al-Manbaĥâtu ‘ala al-Isti’dâd li yaum al-Mi’âd, Salâlim al-Fadhlâ΄ syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-Azkiyâ΄, Qâmi’u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu’bu al-Imân, al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ mahâsin al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an Majîd, Kasyf al-Marûthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah, Fath al-Ghâfir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah musammâ al-Kawâkib al-Jaliyyah, Nur al-Dhalâm ‘ala Mandhûmah al-Musammâh bi ‘Aqîdah al-‘Awwâm, Tanqîh al-Qaul al-Hatsîts syarah Lubâb al-Hadîts, Madârij al-Shu’ûd syarah Maulid al-Barzanji, Targhîb al-Mustâqîn syarah Mandhûmah Maulid al-Barzanjî, Fath al-Shamad al ‘Âlam syarah Maulid Syarif al-‘Anâm, Fath al-Majîd syarah al-Durr al-Farîd, Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry, Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb, Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam al-Taufîq, Kâsyifah al-Sajâ syarah Safînah al-Najâ, al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah, ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain, Qathr al-Ghais syarah Masâil Abî al-Laits, Naqâwah al-‘Aqîdah Mandhûmah fi Tauhîd, al-Naĥjah al-Jayyidah syarah Naqâwah al-‘Aqîdah, Sulûk al-Jâdah syarah Lam’ah al-Mafâdah fi bayân al-Jumu’ah wa almu’âdah, Hilyah al-Shibyân syarah Fath al-Rahman, al-Fushûsh al-Yâqutiyyah ‘ala al-Raudlah al-Baĥîyyah fi Abwâb al-Tashrîfiyyah, al-Riyâdl al-Fauliyyah, Mishbâh al-Dhalâm’ala Minĥaj al-Atamma fi Tabwîb al-Hikam, Dzariyy’ah al-Yaqîn ‘ala Umm al-Barâĥîn fi al-Tauhîd, al-Ibrîz al-Dâniy fi Maulid Sayyidina Muhammad al-Sayyid al adnani, Bughyat al awam fi syarhi maulid sayyidil anam, al durrul bahiyyah fi syarah al-khoshoish al nabawiyah, fathul mujib, Mandzumah tafawutul aqidah, Nahjatul jayyidah, Minhajurragibin.

11. Syekh Abdul Karim al-bantani ( Banten w. 1897?)

Adapun kitab beliau adalah: Risalah tariqah al-Qadiriyah wa an-naqsyabandiyah (ditulis bersama syekh Ibrahim Brumbung Demak)

12. Syekh Ibrahim Brumbung Demak (Jateng w. 1897?)

Adapun karya beliau adalah: Risalah tariqah al-Qadiriyah wa an-Naqsyabandiyah (ditulis bersama Syekh Abdul Karim al-Bantani)

13. Syekh Ahmad al Fathani (Thailand Selatan w. 1908)

Adapun kitab kitab kitab beliau adalah:Jumanatut Tauhid, Tashil Nail Al-Amani, Minhaj As-Salam fi Syarh Hidayah Al-‘Awwam, Abniyatul Asmak wa Al-Af’al.

14. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabaui (Sumbar w. 1912)

Adapun kitab kitab beliau adalah: Hasyiyah An Nafahat ‘ala Syarhil Waraqat lil Mahalli, Al Jawahirun Naqiyyah fil A’malil Jaibiyyah, Ad Da’il Masmu’ ‘ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Ma’a Wujudil Ushul wal Furu’, Raudhatul Hussab, Mu’inul Jaiz fi Tahqiq Ma’nal Jaiz, As Suyuf wal Khanajir ‘ala Riqab Man Yad’u lil Kafir, Al Qaulul Mufid ‘ala Mathla’is Sa’id, An Natijah Al Mardhiyyah fi Tahqiqis Sanah Asy Syamsiyyah wal Qamariyyah, Ad Durratul Bahiyyah fi Kaifiyah Zakati Azd Dzurratil Habasyiyyah, Fathul Khabir fi Basmalatit Tafsir, Al ‘Umad fi Man’il Qashr fi Masafah Jiddah, Kasyfur Ran fi Hukmi Wadh’il Yad Ma’a Tathawuliz Zaman, Hallul ‘Uqdah fi Tashhihil ‘Umdah, Izhhar Zaghalil Kadzibin fi Tasyabbuhihim bish Shadiqin, Kasyful ‘Ain fi Istiqlal Kulli Man Qawal Jabhah wal ‘Ain, As Saifu Al Battar fi Mahq Kalimati Ba’dhil Aghrar, Al Mawa’izh Al Hasanah Liman Yarghab minal ‘Amal Ahsanah, Raf’ul Ilbas ‘an Hukmil Anwat Al Muta’amil Biha Bainan Nas, Iqna’un Nufus bi Ilhaqil Anwat bi ‘Amalatil Fulus, Tanbihul Ghafil bi Suluk Thariqatil Awail fima Yata’allaq bi Thariqah An Naqsyabandiyyah, Al Qaulul Mushaddaq bi Ilhaqil Walad bil Muthlaq, Tanbihul Anam fir Radd ‘ala Risalah Kaffil ‘Awwam, sebuah kitab bantahan untuk risalah Kafful ‘Awwam fi Khaudh fi Syirkatil Islam, Hasyiyah Fathul Jawwad, Fatawa Al Khathib ‘ala Ma Warada ‘Alaih minal Asilah, Al Qaulul Hashif fi Tarjamah Ahmad Khathib bin ‘Abdil Lathif.

15. Syekh Mahfud Termas (Pacitan w. 1920)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Is’aful Mathali’ bi syarhi al-Badru al-Lami’ Nazhmu Jam’u al-Jawami, Insyirah al-Fu`ad fi Qira`ati al-Imam Hamzah Riwayatai Khalaf wa Khallad, Al-Badru al-Munir fi Qira`ati al-Imam Ibnu Katsir, Bughyatu al-Adzkiya fi al-Bahtsi ‘an Karamati al-Auliya Radhiyallahu ‘Anhum, Ta’mimu al-Manafi’ bi Qira`ati al-Imam Nafi, Tanwiru ash-Shadr fi Qira`ati al-Imam Abi ‘Amr, Tahyi`atu al-Fikar bi Syarhi Alfiyati as-Siyar, Tsulatsiyat al-Bukhari, Al-Khal’ah al-Fikriyyah Syarh al-Minhah al-Khairiyyah, As-Saqayah al-Mardhiyyah fi Asami Kutub Ashabina asy-Syafi’iyyah, Inayatu al-Muftaqir fima yata’allaqu bi Sayyidina al-Khidir ‘Alaihis Salam, Ghaniyatu ath-Thalabah bi Syarhi Nazhmi ath-Thayyibah fi al-Qira’at al-‘Asyriyyah, Fathul Khabir bi Syari Miftah as-Siyar, Al-Fawa`id at-Tarmasiyyah.

16. Syekh Kholil Bangkalan (Madura w. 1925)

Adapun kitab kitab beliau adalah: al matnus syarif, isti’dadul maut, taqrirat ala mandzumah nuzhatittullab.

17. KH. Nahrawi Banyumas (Jateng w. 1925)

Adapun kitab beliau adalah Risalah fi hukmin naqus.

18. KH. Abu Hamid/ Wali Hadi Kendal ( Jateng w. 1927)

Adapun kitabnya adalah: al salsal al madkhal.

19. Syekh Mukhtar al-Athoridl (Bogor w. 1930)

Adapun kitabnya adalah: As-Sawa’iqul muhriqoh lil auhamil kadzibah fi bayani hillil beluti war raddu ala man harramah, Taqribul Maqshad fi amali rub’il mujayyab, Ushuluddin I’tiqad ahlissunnah wal jama’ah, Risalatul Wahbatil ilahiyyah fi bayani isqoti malil mayyiti minal huquqi washiyam was sholah, ithafu sadatil muhadditsin bi musalsalati ahaditsil arba’in, khutbatul jum’at, addurrul munif fi syarhi wirdillatif.

20. Syekh Hasan Mustofa Garut (Jabar w. 1930)

Adapun kitab-kitab beliu adalah: Kasful Sarair Fihakikati Aceh wa Fidir, Injazu’l-Wa’d,fi ithfa-I- r-Ra’d.

21. KH. Muhammad Ma’shum bin Ali (Gersik w. 1933)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Amtsilatut tashrifiyah, Addurusul Falakiyah, Fathul Qodir, Bada’iul Mitsal.

22. KH. Faqih Maskumambang (Jatim w. 1937)

Adapun kitab-kitab beliau adalah:-Manzhûmah al-Dâliyyah li Ma’rifah al-Syuhûr al-Qamariyyah, al-Nushûsh al-Islâmiyyah fî al-Radd ‘alâ al-Wahhâbiyyah.

23. KH. Kholil Harun Sarang (Jateng w. 1939)

Adapun kitab-kitabnya adalah: Nadzam Arrisalah As-Samarqondiyah fil isti’arah dan Nadzam Qorunnada.

24. KH. Syatibi Gentur (Garut w. 1945)

Adapun kitabnya adalah: Sirojul Munir (dalam ilmu fiqih), Tahdidul ‘Ainain (dalam ilmu fiqih), Nadzom Sulamut Taufiq (dalam ilmu fiqih), Nadzom Muqadimah Samarqandiyah (dalam ilmu bayan), Fathiyah (dalam ilmu bayan), Nadzom Dahlaniyah (dalam ilmu bayan), Nadzom ‘Addudiyah (dalam ilmu munadzoroh), Nadzom Ajurumiyah (dalam ilmu nahwu), Muntijatu Lathif (dalam ilmu shorof).

25. KH. Hasyim Asy’ari (Jombang w. 1947)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Adabul alim wal muta’allim, Risalah ahlisunnah wal jama’ah, Arbaina haditsan tata’allaqu bijamiyyati nahdlatil ulama, A’kidul akhdzi bimadzhahibil arbaah, Muqadimah fi al qanun al asasi linahdlatil ulama.

26. KH. Nawawi bin Ali Mandaya (Banten w. 1949)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Muradul Awamil fi syarah matnil awamil dan Muradul Ajurumiyah fi syarhi matnil Ajurumiyah.

27. KH. Ihsan Jampes (Kediri w. 1952)

adapun kitab-kitan beliau adalah: Sirajuttalibin syarah minhajul abidin, Manahijul amdad, irsyadul ikhwan fi syurbatil qohwah wad dukhan, tashrihul ibaroh.

28. KH. Abdul Hamid Hakim Padang (Sumbar w. 1959)

Adapun karya beliau adalah: Mabadi awaliyah, assulam, al bayan.

29. KH. Mansur Bin Abdul Hamid Jembatan lima (Jakarta w. 1967)

Adapun kitab-kitab beliau adalah:Sulamu an nairain, Khulasah al jadawil, Kaifiyatu al amal ijtima khusfif wa al kusuf, Mizanul I’tidal, Washilatu at thullab, Jadwal dawairul falakiyah, Majmu’ arba’ rasail fi mas’alatil hilal, Rub’ul Mujayyab, Mukhtasar ijtima’u an nairain, Tadzkiratu an nafi’ah fi sihati ‘amali as saum wa al fitr, Tudihul adillah fi sihati as saum wal fitr, Jadwal Faraid, Al lu’lu ul maknun fi khulasah mabahist sittah ulum, I’rabul jurumiyah an nafi’ lil mubtadi, Silsilati as sanad fi ad din wa ittisaluha sayyidal mursalin, Tashih limatan bina, Jidwal kiblat, Jidwal au kutussolah.

30. KH. Sulaiman Arrasuli (Sumbaf w. 1970)

adapun kitab-kitab beliau adalah: Dhiyaus Siraj fil Isra’ Walmi’raj, Tsamaratul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan, Dawaul Qulub fi Qishshah Yusuf wa Ya’qub, Risaah al-Aqwal al-Wasithah fi Dzikri Warrabithah, al-Qaulul Bayan fi Tafsiril Quran, al-Jawahirul Kalamiyyah.

31. Syekh Idris Marbawi Perak (Malaysia w. 1989)

Kitab-kitab beliau adalah: Kamus Idris al marbawi, tafsir nutul yaqin, tafsir surah yasin, tafsir al marbawi.

32. KH. Fadhol Senori Tuban (Jatim w. 1989)

Adapun karya beliau adalah: Tashilul Masalik Syarah Alfiah Ibnu Malik, Kasfyfut Tabarih fi Shalatit Tarawih, Ahli Musamarah fi Bayani Auli’il Asyrah, Durrul Farid fil ‘Ilmit Tauhid, dan Al-Kawakib Al-lamma ‘ah fi Tahqiq al- Musamma bi Ahlus Sunnah wal Jama’ah

33. Syekh Yasin al Fadani (Sumbar w. 1990)

Adapun kitab-kitan beliau adalah:Al-Durr al-Mandlud Syarh Sunan Abi Dawud, 20 Juz, Fath al-‘Allam Syarh Bulugh al-Maram, 4 jilid, Nayl al-Ma’mul ‘ala Lubb al-Ushul wa Ghayah al-wushul, Al-Fawaid al-Janiyyah Ala Qawa’idil Al-Fiqhiyah, Jam’u al-Jawani, Bulghah al-Musytaq fi ‘Ilm al-Isytiqaq, Idha-ah an-Nur al-Lami’ Syarh al-Kaukab as-Sathi’, Hasyiyah ‘ala al-Asybah wan an-Nazhair, Ad-Durr an-Nadhid, Bulghyah al-Musytaq Syarh al-Luma’ Abi Ishaq, Tatmim ad-Dukhul Ta’liqat ‘ala Makhdal al-Wushul ila ‘Ilm al-Ushul, Nayl al-Ma’mul Hasyiyah ‘ala Lubb al-Ushul wa syarhih Ghayah al-Wushul, Manhal al-Ifadah, Al-Fawaid al-Janiyyah Hasyiyah ‘ala al-Qawaid al-Fiqhiyyah, Janiyy ats-Tsamar Syarh Manzhumah Manazil al-Qamar, Mukhtashar al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Awqat wa al-Qabilah bi ar-Rubi’i al-Mujayab, Al-Mawahib al-Jazilah syarh Tsamrah al-Washilah fi al-Falaki, Tastnif al-Sami’i Mukhtashar fi Ilmi al-Wadh’i, Husn ash-Shiyaghah syarh kitab Durus al-Balaghah

Risalah fi al-Mantiq, Ithaf al-Khallan Tawdhih Tuhfah al-Ikhwan fi ‘Ilm al-Bayan, Ar-Risalah al-Bayaniyyah ‘ala Thariqah as-Sual wa al-Jawab, Al-Ujalah fi al-Ahadith al-Musalsalah.

34. KH. Muhammad Dimyati bin Muhamad Amin Cidahu (Banten w. 2003)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Ashlul qadar fi ahli badar, Minhajul Ishtifa, Rashnul Qadr, Bahjatul Qolaid, al hadiyyatul jalaliyah.

35. KH. Mufti Asnawi Srewu (Banten w. 2011)

Adapun kitab beliau adalah Amtsilatul I’rab fin nahwi.

36. KH. MA. Sahal Mahfudh Pati (Jawa Tengah w. 2014)

Adapun kitab beliau adalah: Thariqatul husul ala goyatil wushul, al Tsamarat al hajaniyah, al fawaid al najibah, al bayanul malma’ an alfadzil luma’, intifakhul wadjain inda munadzarati ulama al hajain fi rukyatil mabi bijuzajil aynain, faidul hija ala nailir roja.

37. KH. Maghfur Utsman Cepu (Jateng w. 2018)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Aqsamul hadits, Annubuwah warrisalah fil islam.

38. KH. Yasin Asmuni Kediri (Jatim w. 2021)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Tafsir Bismillahirrahmanirrahim, Tafsir Muawwidzatain, Tafsir Al-Ikhlas, Tafsir Ayat Kursi, Udlhiyyah Ahkamuha wa Fadlailuha, Fadlailu ramadlan dan lain-lain.

39. Prof. Khuzaimah Tahedo Yango (Sulawesi Selatan w. 2021)

Adapun kitab-kitabnya adalah: Fiqhul muqaranah, manhajul islam fi tasarrufatishogir wariayatihi.

40. KH. Afifuddin Muhajir (Jatim L. 1955-sekarang)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Fathul Mujib al Qorib syarah matan taqrib, al Luqmatus Saigoh fin Nahwi, al Ahkamus Syari’ah bainas Tsabat wat thatawwur.

41. KH. Toyfur Ali Wafa Madura (Jatim L. 1964-Sekarang)

Adapun kitab-kitab karya beliau adalah: Al Misanul Latif fi Syarhil matnil latif lisyekh kholil al bankalani, Bulgotut Tullab, Tafsir al Fairdausun Na’im dll.

42. KH. Marzuki Mustamar Malang (Jatim L. 1966-sekarang)

Adapun kitab beliau adalah Al Muqtathofat li Ahlil Bidayah.

43. KH. Imaduddin Utsman al Bantani (Banten L. 1976-sekarang)

Adapun karya-karya beliau adalah: Kitab al Fikratun Nahdliyyah fi Ushuli wa Furu’i Ahlissunnah Waljama’ah, an Nailul Kamil syarah matan awamil, Nihayatul Maqshud syarah matan Nadzam Maqshud, Asyarhul Maimun syarah kitab matan al Jauharul Maknun, al Jalaliyah fi Qowaid al Fiqhiyyah, al Ibanah syarah matan Rahbiyah, talkhisul husul fi ilmil ushul syarah kitab matan nadzam waraqat, al Ta’aruf fi Ilmit Tasawwuf, al Burhan ila Tajwidil Qur’an, al Anwar Albantaniyah fi Ikhtilafi ulamai kufah wal Bashrah, al Muhimmah fi Syarhi Matnil Baiquniyyah, al Fathul Munir fi Syarhi Nadzmit tafsir liz Zamzami, Fathul Gafur fi Abyatil Buhur, al Manahijus Shofiyyah fi Syarhil Alfiyah dan lain-lain.

44. KH. Zulfa Mustofa al Bantani (Banten L. 1977-sekarang)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: al Fatwa wa ma la Yanbagi lil Mutafaqqihi Jahluhu dan Tuhfatul Qashi wad Dani fi Tarjamati Syekh Muhammad Nawawi al Bantani).

45. KH. Afifuddin Dimyati Jombang (Jatim L. 1979-sekarang)

Adapun kitab-kitab beliau adalah: Qawaidul ushul fi Ilmil ushul, Muhadarah fi Ilmil Lughoh al ijtima’I, Mawaridul Bayan fi Ulumil Qur’an, al Syamil fi Balagatil Qur’an, Irsyadud Darisin ila Ijma’il Mufassirin, Ilmut Tafsir Ushuluhu wa Manahijuhu, Jam’ul Abir fi Kutubut Tafsir.

Demikian daftar para ulama Nusantara yang memiliki karya dalam Bahasa Arab, tentunya mungkin sekali ada nama ulama yang belum tercatat, yang demikian itu bukan dengan kesengajaan tapi karena keterbatasan informasi yang dihadapi. Mudah-mudahan akan terus bermunculan ulama-ulama penulis kitab dalam Bahasa Arab dari putra-putra Nusantara dimasa yang akan datang.

~~~بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب~~~

#UlamaNusantara

Senin, 28 April 2025

*JEJAK RUHANI DI PANGGUNG KEKUASAAN: SUFISME POLITIK DARI SAMARKAND KE NUSANTARA*

https://www.facebook.com/share/p/16N7TbBnJv/


_(Tulisan sederhana sebagai ikhtiar menterjemahkan Konsep Nawa Mustika (9 Mutiara Hikmah) Jatman NU dari Mudir Ali Idarah 'Aliyah Jatman NU, *Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa*)_ 

Oleh: *Abdur Rahman El Syarif*

BAB V. 
DI BUMI MELAYU: NAQSYABANDIYAH DAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM NUSANTARA

*5.2 Di Gerbang Aceh: Awal Penyebaran Naqsyabandiyah di Nusantara*

Aceh, yang oleh banyak sejarawan dijuluki sebagai "Serambi Mekkah", menjadi pintu masuk utama penyebaran ajaran Islam di kepulauan Nusantara. Sejak abad ke-13 hingga ke-17, Aceh bukan hanya pusat perdagangan dan politik, tetapi juga pusat pendidikan Islam dan tasawuf. Dalam konteks ini, thariqah Naqsyabandiyah menemukan lahan subur untuk bertumbuh dan berkembang.

Gelombang pertama penyebaran Thariqah Naqsyabandiyah di Aceh berkaitan erat dengan dinamika dunia Islam pada abad ke-16 hingga ke-17, ketika jalur perdagangan maritim menghubungkan India, Hijaz, dan Asia Tenggara. Para ulama sufi dari India, khususnya dari Delhi dan Gujarat serta dari Arab Saudi di timur Tengah dan Samarkand di Asia Tengah, banyak yang bermukim atau sekurang-kurangnya singgah di Aceh dalam perjalanan dakwah mereka.

Dalam periode ini, muncul tokoh-tokoh penting yang memperkenalkan ajaran Naqsyabandiyah atau semangat tasawuf reformis ke masyarakat Aceh. Salah satu nama yang kerap disebut adalah Syekh Abdurrauf as-Singkili (w. 1693 M), seorang ulama besar Aceh yang belajar di Haramain (Mekkah dan Madinah) dan membawa pulang ajaran thariqah ke kampung halamannya. Meskipun Syekh Abdurrauf lebih dikenal sebagai penganut Shattariyah, jejak Naqsyabandiyah di Aceh kemungkinan mulai menguat pada masa sesudahnya, terutama melalui jaringan murid-murid yang meneruskan semangat tasawuf reformis di wilayah ini.

Masuknya Naqsyabandiyah ke Aceh juga didorong oleh faktor politik. Kesultanan Aceh Darussalam, dalam berbagai fase pemerintahannya, menunjukkan ketertarikan untuk mengadopsi legitimasi keagamaan berbasis tasawuf dalam memperkuat kedudukan politiknya. Raja-raja Aceh tidak sekadar mengundang ulama untuk menjadi pengajar di istana, tetapi juga menjadikan thariqah sebagai sarana penguatan sosial dan spiritual di tengah masyarakat yang multikultural.

Selain itu, faktor perdagangan dan pelayaran turut mempercepat penyebaran ajaran ini. Pedagang-pedagang Aceh yang melakukan perjalanan ke Gujarat, Hijaz, dan bahkan hingga Turki membawa pulang praktik-praktik tasawuf dan memperkenalkannya ke kampung halaman mereka. Dengan demikian, Naqsyabandiyah tumbuh bukan hanya dalam lingkup elite istana, tetapi juga di kalangan rakyat biasa melalui madrasah, pesantren, dan surau-surau kecil.

Bab ini akan menelusuri lebih jauh bagaimana Aceh menjadi gerbang awal bagi berkembangnya Naqsyabandiyah di kepulauan Melayu, menyoroti peran para ulama perintis, dinamika adat, budaya dan sosial politik yang melatarbelakanginya, serta transformasi sufisme Aceh dari masa ke masa.

5.2.1 Perkembangan Thariqah di Kesultanan Aceh Darussalam

Sejak abad ke-16, Aceh Darussalam telah menjelma menjadi salah satu pusat Islam terpenting di kawasan Asia Tenggara. Kesultanan ini bukan hanya dikenal karena kekuatan militernya dalam melawan Portugis, tetapi juga karena peranannya sebagai pusat penyebaran ilmu agama, tasawuf, dan thariqah.

Thariqah-thariqah sufi, terutama Shattariyah dan Naqsyabandiyah, berkembang subur di Aceh melalui jaringan ulama yang berafiliasi dengan Haramain (Mekkah dan Madinah) dan pusat-pusat tasawuf di India dan Samarkand. Ulama-ulama Aceh kerap menimba ilmu di Timur Tengah lalu kembali ke tanah air membawa ajaran-ajaran thariqah yang telah mereka pelajari.

Dalam struktur sosial Aceh, keberadaan thariqah menjadi salah satu tulang punggung spiritual masyarakat. Ia tidak hanya hidup dalam dunia wirid dan zikir, melainkan juga berfungsi sebagai kekuatan sosial dan politik, memperkokoh solidaritas komunitas Muslim dalam menghadapi ancaman eksternal, khususnya kolonialisme Barat.

5.2.2 Peran Syekh Abdurrauf Singkel dan Integrasi Ajaran Naqsyabandiyah ke Sistem Pemerintahan dan Pendidikan

Salah satu tokoh kunci dalam perkembangan tasawuf di Aceh adalah Syekh Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri as-Singkili (w. 1693 M). Ia belajar di Mekkah dan Madinah selama hampir dua dekade, berguru kepada para ulama besar tasawuf, termasuk mursyid-mursyid dari thariqah Shattariyah dan Naqsyabandiyah.

Sekembalinya ke Aceh, Syekh Abdurrauf mendirikan pusat pendidikan Islam yang kelak menjadi model bagi sistem pendidikan pondok pesantren di Nusantara. Ia menyusun ajaran tasawuf dengan pendekatan yang sistematis, menekankan pentingnya adab, tauhid murni, dan amal zikir. Melalui karyanya seperti Mir’at al-Tullab, ia mewariskan literatur penting yang menjadi pedoman tidak hanya dalam tasawuf, tetapi juga dalam tata hukum dan sosial.

Meskipun beliau dikenal terutama sebagai tokoh Shattariyah, semangat integratifnya membuka jalan bagi penerimaan ajaran-ajaran Naqsyabandiyah yang masuk ke Aceh melalui jalur lain. Di tangan para murid dan penerusnya, elemen-elemen Naqsyabandiyah seperti dzikr khafi (zikir dalam hati) dan penekanan pada keseimbangan syariat-hakikat mulai mengakar kuat di kalangan masyarakat Aceh.

Dalam pemerintahan, Syekh Abdurrauf berperan sebagai Qadhi Malik al-Adil (Mufti Kesultanan), sehingga ajaran-ajarannya menjadi bagian integral dari sistem hukum dan pendidikan formal Kesultanan Aceh. Pengaruhnya sangat besar dalam membentuk karakter religius rakyat Aceh dan memberikan dasar ruhani dalam kehidupan bernegara.

5.2.3 Hubungan antara Ulama Sufi dan Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda (1607–1636 M) adalah salah satu raja terbesar Kesultanan Aceh yang memerintah dengan tangan kuat, namun juga menunjukkan dukungan besar terhadap dunia pendidikan Islam dan tasawuf. Ia memfasilitasi pembangunan madrasah, memperkuat posisi para ulama di dalam istana, dan menjadikan ulama sufi sebagai penasihat spiritual bagi pemerintahan.

Hubungan antara Sultan dan para ulama sufi di Aceh menunjukkan simbiosis yang sangat erat,  sultan membutuhkan legitimasi spiritual untuk memperkuat kekuasaannya, sementara ulama membutuhkan perlindungan politik untuk mengembangkan jaringan dakwah dan pendidikan.

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa di masa Sultan Iskandar Muda, muncul praktek integrasi antara kekuatan duniawi (siyasa) dan kekuatan ruhani (tasawuf) sebagai fondasi pemerintahan. Ini menjadi cikal bakal "politik ruhani" yang akan mewarnai tradisi Aceh hingga abad-abad selanjutnya.

5.2.4 Politik Ruhani: Resistensi terhadap Portugis dan Belanda

Perpaduan antara kekuatan tasawuf dan struktur politik ini menjadi benteng utama Aceh dalam menghadapi ekspansi kolonial Barat. Para sufi memainkan peran ganda: di satu sisi sebagai pembimbing spiritual, dan di sisi lain sebagai penggerak semangat jihad fi sabilillah melawan Portugis dan kemudian Belanda.

Sikap resistensi ini tidak lahir semata-mata dari nasionalisme awal, melainkan dibangun di atas doktrin ruhani yang mengajarkan pentingnya menjaga hifdz al-din (penjagaan agama) dan amar ma'ruf nahi munkar. Ulama sufi Aceh mengajarkan bahwa mempertahankan tanah air dari serangan kafir adalah bagian integral dari laku spiritual.

Dalam banyak perlawanan fisik, para pemimpin perlawanan adalah alumni atau bagian dari jaringan thariqah. Ini memperlihatkan bagaimana Naqsyabandiyah, meskipun dalam format spiritual, bertransformasi menjadi kekuatan sosial-politik yang efektif dalam mempertahankan identitas Islam di Nusantara.

Aceh, dengan demikian, tidak hanya menjadi pintu masuk Naqsyabandiyah, tetapi juga menjadi benteng yang membuktikan bahwa sufisme mampu membentuk karakter bangsa: religius, tangguh, dan mandiri

Catatan Reflektif: Denyut Zikir di Balik Deru Perang

Meskipun bahasan utama bab ini berfokus pada perkembangan awal tarekat Naqsyabandiyah dan pengaruh ruhani dalam Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-17, penting untuk menengok sejenak bagaimana warisan ruhani itu terus mengalir, melintasi generasi, hingga menjadi napas perjuangan melawan kolonialisme pada abad-abad berikutnya. Semangat jihad ruhani, keterikatan pada tarekat sufi, dan zikir sebagai kekuatan batin hidup nyata dalam sosok-sosok pejuang Aceh abad ke-19, seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.

Walaupun mereka hidup hampir dua abad setelah masa Syekh Abdurrauf as-Singkili, tradisi tasawuf Aceh yang telah berakar kuat menjadikan perjuangan mereka bukan semata-mata perang fisik, melainkan jihad batin yang berlandaskan kesabaran (shabr), keteguhan (tsabat), dan ketawakkalan penuh kepada Allah.

Dalam derasnya gelombang penjajahan Belanda, para pejuang ini menapaki medan laga dengan denyut zikir di dada, menjadikan medan perang sebagai ladang pengabdian kepada Sang Khalik, Pencipt alam semesta.
Warisan ini menunjukkan bahwa ruhaniyah sufistik tetap menjadi daya hidup Aceh sepanjang zaman, dari bilik-bilik zikir Singkil, hingga riuhnya medan jihad di pedalaman Meulaboh.

Sebagaimana Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu, serta tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung."
(QS. Ali 'Imran: 200)

Dan sabda Nabi ﷺ:
"Orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya untuk menaati Allah."
(HR. Tirmidzi, no. 1621)

Dengan demikian, perlawanan Aceh bukan hanya epik sejarah, melainkan juga bagian dari perjalanan ruhani menuju Allah.

(Bersambung ke Sub Bab 5.3)

Rabu, 23 April 2025

WORKSHOP PENDIDIKAN: GURU PROFESIONAL PERSPEKTIF IMAM GHAZALI






Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA




Tadi pagi, saya diminta ngisi workshop pendidikan oleh Dr. KH. Surya Abdullah, M. Pd. I di madrasah ibtidaiyah Tazkiyah dibawah naungan pondok pesantren RIHLAH Kalinilam Delta Pawan Ketapang Kalimantan Barat.

Dalam kesempatan itu, turut hadir pimpinan pesantren rihlah, kepala sekolah MI, guru tugas al-Utsmani, dan dewan guru yang lain dalam rangka untuk meng-upgrade ilmu pengetahuan pendidikannya selama mengabdi menjadi guru.

Well, dalam kesempatan itu saya melontarkan pertanyaan apa perbedaan top leader dan manajer. Rupanya mereka beragam, ada yang menjawab leader itu yang diatasnya dan manajer yang dibawahnya serta jawab jawaban lainnya yang masih satu rumpun pe ndidikan. 

Mengutip tulisannya Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA dalam bukunya yang berjudul "Pengembangan Kompetensi guru dalam pendidikan yang mengatakan bahwa guru profesional merupakan guru yang memiliki kepribadian. Lalu apa sajakah kepribadian itu? Kepribadian seorang guru profesional paling tidak memiliki 5 sifat yaitu profesional, berpikir, ekspektasi, kepemimpinan, dan relasi,” jelas saya pada para audien.

Syahdan, saya menjadi pembicara dalam ” Workshop Pendidikan pada Kamis 23 April 2024 di MI Rihlah Kalinilam Delta Pawan Ketapang Kalimantan Barat. Lebih mendalam, saya  menyampaikan mengenai guru profesional berkarakter.

Kepribadian seorang guru memiliki sifat berpikir yaitu kemampuan analisis dan berpikir konsepsional. Sifat ekspektasi yang harus dimiliki seperti paham dengan karakter siswa, paham dengan tugas dan program pendidikan, serta berinisiatif. Selain itu, sifat kepemimpinan yang dimiliki di antaranya fleksibel, akuntabel, dan motivasi belajar. Kemudian sifat relasi yang menjadi kepribadian guru adalah memiliki hubungan dengan unsur-unsur yang terlibat dalam proses pendidikan, serta memiliki keahlian berbagai pekerjaan pendidikan secara komprehensif.

Adapun sifat profesional guru hendaknya memiliki komitmen kerja keras yaitu percaya pada institusi, ingin memajukan institusi, dan ingin mendedikasikan keahliannya. Sifat profesional seorang guru juga dilihat dari rasa percaya diri memiliki motivasi berprestasi, emosi stabil, dapat bekerja sama, solutif, husnuzan, sehat, ceria, dan energik. Guru profesional memiliki kebiasaan berbuat kebajikan dan mempunyai sifat respek terhadap siswa dan orang tua siswa.

Lebih lanjut, pengembangan profesional guru dapat dilakukan dengan melakukan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), diklat secara daring maupun luring, diskusi bersama guru lintas sekolah, membuat publikasi jurnal, serta menciptakan karya inovatif seperti media pembelajaran dan alat peraga.

Tak ketinggalan, saya dalam kesempatan seminar pendidikan tersebut  juga menjelaskan mengenai guru ideal menurut imam Ghazali di MI Rihlah. “Guru ideal menurut al-Ghazali harus memiliki kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotorik dan mentransfer ilmu kepada murid muridnya. Selain itu, guru harus memiliki nilai etika baik tapi bukan berarti hanya manggut manggut dan merunduk saja harus mengetahui situasi dan kondisi dengan siapa kita neriteraksi” 


Salam akal sehat, MI Rihlah Kalbar, 24 April 2025

Ayah Biologis Ubaidillah

KH. Jakfar Soodiq Fauzi Madura telah menemukan ayah biologis dari Ubaidillah (Datuknya para habaib klan baalwi) yaitu Maimun Al qo'dah berdasarkan penelusuran kajian ilmiyah yang termaktub dalam sya'ir-sya'ir kitab klasik abad ke 3,4,5,6,7,  yang hasilnya sangat linier, valid, dan akurat  bahwa Maimun Al qo'dah adalah pendiri dinasti Fatimiyah Mesir yang mengaku-ngaku keturunan Rasulullah Saw.Dinasti Fatimiyah ini yang memperburuk "hubungan Sunni-Syiah" Yang hingga kini belum selesai, mareka dengan mengatasnamakan syiatu Ali lalu melakukan kemungkaran kefasikan menghasut umat buat melaknat sahabat-sahabat kinasih baginda Rasulullah seprti Sayid Umar bin Khattab, Sayid Abu Bakar Dan lain lain. Kemudian kelompok mereka ditumpas oleh panglima perang Solahuddin Al Ayyubi beserta pasukannya atas perintah Syekh Abdul Qodir Aljilani".
Syeh Abdul Qodir Jailani itu kemungkinan besar Kohanim dari kawasan Gilan di Iran.
Lihat jubahnya, ada garis-garis yang disebut Tallit.
Syeh Abdul Qodir Jailani tahu betul kalau Maimun Al Qodah itu Yahudi. Besar kemungkinan Yahudi Hoax yang ajaran-ajaranyanya juga Hoax. Bagaimana Syeh Abdul Qodir Jailani tidak tahu, karena beliau yang beneran Kohanim. Secara DNA Syeh Abdul Qodir Jailani jelas J1.
Yg jelas Syeh Abdul Qodir Jailani...
1. Faham Taurat
2. Faham Zabur
3. Faham Bahasa Iberani
4. Faham Bahasa Suryani
5. Faham Tanakh.
Syeh Abdul Qodir Jailani faham betul agama agama Zarathustra dan Mitrah. Para Yahudi Kazhar bin Hoax tidak berkutik melawan Syeh Abdul Qodir Jailani.
Kalo merujuk pada riwayat ini syeh Abdul Qodir Jaelani jelas keluarga besar kohanim dari jalur ibu ke imam Husein dari jalur ayah ke imam Hasan

#DR. Ary Keim
#A. Mustaqim
#kyai ja'far shodiq fauzi BATU AMPAR MADURA Murid Abuya Sayid Muhammad bin alawi Almaliki makkah.

Dialog Ilmu dan Akal

kepikiran:”Ada susunan dialog yang bagus antara ilmu pengetahuan dan akal, yang lebih tinggi dari yang lain, di mana para ayah mengatakan:
Ilmu pengetahuan dan akal waras berbeda. Siapa dari mereka yang mendapatkan kehormatan?

Ilmu pengetahuan berkata: Aku telah mencapai tujuannya. Dan pikiran berkata: Aku adalah yang Maha Pengasih, aku tahu itu.
Kemudian ilmu pengetahuan mengungkapkan kefasihan, dan berkata kepadanya: .. Apakah kita pikir Tuhan ada dalam tim-Nya?
Jelas bagi pikiran bahwa pengetahuan adalah tuannya. Oleh karena itu akal adalah kepala pengetahuan, dan menyimpang
Jadi, keinginan orang untuk menginjak jalan "pikiran", sudah tua, sehingga tidak ada biaya selama tidak melayani ilmu pengetahuan, dan tidak berkedok kurikulum. 😁✋Ilmu pengetahuan perlu dibakar begitu juga dengan tindakan pikiran.
Di bawah klaim "menaruh akal di atas sains", banyak kategori orang telah tersesat. Seseorang datang kepadaku suatu hari dan berkata, "Aku menggunakan otakku, aku tidak butuh ilmu yang kau ajarkan. "Sudah diketahui setiap orang bahwa Allah telah mengharamkan perzinaan dan maksiat, dan mengharamkan anggur dan babi, dan kami telah memerintahkan perkara ini untuk berbuat kebaikan dan mengakhiri penghujatan, dan bahwa kami harus menjual dunia kami jika itu bertentangan dengan akhirat kami, dan kami harus berusaha dengan jalannya, Dan janganlah takut kepada Allah cela yang benar. Oleh karena itu Aku akan memberikan pertolongan dan mengakhiri orang-orang yang tidak percaya, dan memberikan kekuatan kepada orang-orang yang sesat dengan kekerasan. Karena orang yang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang yang lemah. "
Dan dia punya geng dalam bentuknya, dan dalam logika mereka bahwa mereka melihatnya sebagai otak....Jadi jika mereka melakukan korupsi, fitnah, dan menyabotase, dan mereka mengira bahwa itu adalah perjuangan di jalan Allah, dan pencapaian kehendak dan kesenangan-Nya.
Delusi ini muncul dari menggunakan apa yang mereka sebut "otak", meninggalkan mereka pada sains dan kurikulum, dan mengikuti ilusi-ilusi itu. Tapi kali ini, bidangnya adalah hukum yang jujur, dan teks-tulisan ilahi.
Yang lain keluar pada kita, meminta penggunaan sains dan orang-orangnya, dan untuk bertindak "pikiran" dengan diisolasi sains, mengklaim bahwa mereka telah membimbing orang ke jalan yang lurus. Dan setiap hari mereka keluar dengan ide baru, memanggil nafsu dari nafsu, dan untuk mengurangi biaya, berenang seorang pria dalam ilusi adalah nafsu yang mencapai titik kecanduan.
Dan tidak membakar ilmu dan menuntutnya di wajahnya, sebenarnya adalah nafsu untuk sesuatu yang kurang untuk ditugaskannya dan lebih kepada aib.
Jadi, kita melihat beberapa orang mengagumi kerusakan ini, tetapi mereka tidak menyukainya lama, mereka mengubah pendapat mereka dengan cepat, dan pendapat itu tidak terasa mendalam. Sebaliknya, pemikiran yang lewat, Allah SWT berfirman kepada mereka: (Karena gandum dimakan kekeringan, dan apa yang bermanfaat bagi manusia, ia tetap ada di bumi, begitulah cara Allah memberi contoh). Inilah perbedaan antara jalan ilusi – jika mereka ingin menghancurkan sains – dan kurikulum, jika mereka ingin menikmati sains, menyembah Tuhan, membangun bumi, dan memperkaya jiwa.
Kami mengundang kaum muda ke mentalitas ilmiah, kepada pernyataan tentang bagaimana ia dibangun, untuk memperingatkan mereka tentang mentalitas takhayul dan konsekuensi-konsensinya, dan untuk memperingatkan mereka tentang pola yang lama dan diperbarui ini, yang muncul dari waktu ke waktu, dan kebisingan dibuat, untuk menarik perhatian Itu.
Salah satu ciri ilusi ini adalah bahwa mereka tidak membuktikan sebuah kasus, dan bahwa teman-teman mereka mengembangkan perkembangan yang drastis dalam pemikiran mereka, dan mereka menyimpang dari penyimpangan yang parah di jalan mereka, sehingga mereka melemparkan Allah - Yang Mahakuasa - di antara mereka yang marah kepada mereka Atau orang-orang yang sesat...
Allah berfirman: {Dan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah engkau ikuti jalannya, maka engkau akan sesat dari jalannya}. Ini adalah representasi akurat dari momok yang menimpa kita,... semoga Tuhan mengirimkan kesabaran ke hati kita setelah momok ini.
Ya. Tidak ada apa-apa.wong sy bukan apa apa koq😃✋🙏

Senin, 21 April 2025

JEJAK RUHANI DI PANGGUNG KEKUASAAN: SUFISME POLITIK DARI SAMARKAND KE NUSANTARA

https://www.facebook.com/share/p/1BYkWw44U7/

**
_(Tulisan sederhana sebagai ikhtiar menterjemahkan Konsep Nawa Mustika Jatman NU dari Mudir Idarah 'Aliyah Jatman NU, Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa)_

Oleh: *Abdur Rahman El Syarif*

*BAB IV*
*JALUR SUTRA RUHANI: PERJALANAN SUNYI KE ARAH MASYRIQ*

Dalam bab ini, kita akan menelusuri perjalanan spiritual dan politik Thariqah Naqsyabandiyah saat menyebar dari Asia Tengah menuju Persia, India, dan Turki Utsmani. Di jalur inilah Naqsyabandiyah tidak hanya berfungsi sebagai praktik keagamaan individual, tetapi sebagai alat konsolidasi moral, sosial, dan bahkan politik dalam struktur negara.

*Jalur Sutra Ruhani: Jaringan Ulama, Mursyid, dan Kekuasaan*

Jalur Sutra (Silk Road) adalah jaringan perdagangan kuno yang menghubungkan Tiongkok dengan Dunia Islam, Eropa, dan Asia Selatan. Selain menjadi jalur distribusi barang mewah seperti sutra, rempah, dan batu mulia, Jalur Sutra juga berfungsi sebagai saluran pertukaran budaya, filsafat, sains, dan spiritualitas.

Dalam konteks Naqsyabandiyah, Jalur Sutra tidak hanya berarti perdagangan fisik, tetapi juga merujuk pada Jalur Sutra Ruhani, yakni jalur transmisi ajaran sufisme, zikir, sanad keilmuan, dan adab ruhaniyah. Para mursyid dan khalifah tarekat melakukan perjalanan melewati lembah-lembah dan kota-kota besar Jalur Sutra, membawa serta cahaya spiritual yang kemudian membentuk jalinan ruhani lintas wilayah.

Kota-kota seperti Bukhara, Samarkand, Balkh, Herat, Nishapur, Merv, hingga Kashgar menjadi titik-titik penting dalam peta penyebaran Naqsyabandiyah. Di sanalah dibangun madrasah, zawiyah, dan tempat khalwat yang menjadi pusat pembinaan para salik dan ulama.

Penyebaran Naqsyabandiyah mengikuti jalur-jalur intelektual dan perdagangan, khususnya yang dikenal sebagai "Jalur Sutra". Namun lebih dari sekadar jalur ekonomi, ia menjadi jalur pertukaran ruhani dan kekuasaan. Para khalifah tarekat, dengan sanad keilmuan dan spiritual yang kuat, mengembara dan menetap di berbagai pusat peradaban Islam, seperti Herat, Isfahan, Delhi, Istanbul. Jaringan murid dan mursyid ini membentuk "daulah batin" yang melampaui batas-batas kekuasaan formal.

Naqsyabandiyah memelihara sistem silsilah (silsilah) yang ketat, menghubungkan setiap mursyid dengan sanad yang bersambung kepada Rasulullah melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ini memberi otoritas spiritual yang diakui lintas batas wilayah. Di sepanjang Jalur Sutra Ruhani, para mursyid seperti Baha’uddin Naqsyaband (Bukhara), Khwaja Ahrar (Tashkent-Samarkand), dan Ahmad Sirhindi (India) membangun jaringan hubungan antar pusat tarekat yang kuat dan stabil.

Jaringan ini juga mencakup sistem pendidikan spiritual berbasis adab, zikir khafi, dan penguatan moral pribadi. Banyak dari mereka yang kemudian menjadi rujukan politik karena wibawa spiritual mereka, bukan karena ambisi kekuasaan.

Perjalanan Naqsyabandiyah tidak ditandai oleh revolusi berdarah atau kudeta kekuasaan, tetapi oleh gerakan sunyi melalui transformasi individu. Para penguasa sering kali mendekat kepada para sufi bukan karena tekanan, tetapi karena kebutuhan akan bimbingan moral dan legitimasi spiritual.
Karena itulah, di banyak kota sepanjang Jalur Sutra, para khalifah tarekat bukan hanya tokoh keagamaan, tetapi juga menjadi penasehat istana, mediator konflik, dan penghubung antara rakyat dan elite.

*Di India: Pengaruh Naqsyabandiyah atas Dinasti Mughal*

Naqsyabandiyah mulai masuk ke anak benua India sejak abad ke-15 melalui para khalifah dari Asia Tengah. Namun, pengaruh paling monumental datang dari Syekh Ahmad Sirhindi (1564–1624), seorang sufi sekaligus ulama besar yang kemudian dikenal dengan gelar Mujaddid Alf al-Tsani, sang Pembaru Abad ke-2 Hijriyah. Ia lahir di Sirhind, Punjab, dan merupakan murid dari Syekh Baqi Billah, pelopor Naqsyabandiyah di India yang berasal dari Kabul dan menetap di Delhi.

Di bawah kekuasaan Dinasti Mughal, khususnya pada masa Jalaluddin Akbar (r. 1556–1605), terjadi arus kuat sinkretisme religius yang dikenal dengan Din-i Ilahi, sebuah gagasan yang ingin mempersatukan berbagai agama besar India, Islam, Hindu, Zoroaster, Jain, dan Kristen ke dalam satu sistem kepercayaan istana. Dalam suasana ini, banyak ulama dan tokoh keagamaan yang memilih diam atau kompromi.

Di tengah gelombang itu, muncul seorang sufi muda dari Sirhind, Punjab, bernama Ahmad bin Abdul Ahad (1564–1624). Dikenal sebagai Imam Rabbani, Syekh Ahmad Sirhindi bukan hanya seorang sufi, tapi penyeimbang zaman. Tulisannya yang menggelegar, makātīb (surat-surat ruhani), menembus istana, menghidupkan kembali syariat, dan menjadi titik balik bagi perjalanan sejarah Islam di anak benua India.

Sebuah Awal yang Sunyi. Awalnya Imam Rabbani tidak mencari konfrontasi. Ia memulai dengan ilmu dan zikir. Ia mendalami berbagai ilmu zahir, berguru kepada para ulama dan sufi, dan kemudian memasuki jalan.

Naqsyabandiyah-Mujaddidiyah melalui Syekh Muhammad Baqi Billah (w. 1603), murid dari jalur Naqsyabandiyah India yang bersambung ke Imam Khwaja al-Ahrar. Namun ketika ia melihat syariat Islam diinjak-injak oleh penguasa demi toleransi yang dipaksakan, ia tidak diam. Ia mengirim surat-surat kepada pejabat, ulama, bahkan kaisar, dengan bahasa yang tajam tapi penuh hikmah.

Ia menulis lebih dari 500 maktubat (surat-surat) kepada para pejabat, ulama, dan bahkan penguasa, menasihati mereka agar kembali kepada nilai-nilai Islam yang murni. Dalam salah satu maktubat kepada seorang wazir, ia menulis:

“Agama tidak akan hidup dengan kemewahan dan debat, tetapi dengan amal yang tulus dan pemimpin yang adil. Pemimpin bukan hanya pelindung negeri, tetapi juga pelayan syariat.”

Ketika Jahangir naik tahta, Sirhindi sempat ditahan karena pengaruhnya yang besar, namun kemudian dibebaskan setelah beberapa penasihat istana mulai tersentuh oleh kedalaman spiritualitas dan konsistensinya. Ia dikenal menolak kekerasan dan memberdayakan jalur intelektual dan spiritual.

Kisah Sang Sufi ketika ditawan oleh Jahangir. Karena surat-suratnya yang menyerukan tegaknya syariat dan mengkritik Dīn-i-Ilāhī, Imam Rabbani dipanggil ke istana oleh Jahangir. Ia tetap mengenakan pakaian sufi sederhana. Di hadapan kaisar, ia diminta bersikap lunak terhadap ide-ide sinkretik istana. Tapi ia menolak.

“Agama bukan permainan para penguasa,” katanya, “dan syariat bukan selimut yang bisa dilipat dan dibentangkan sesuka hawa nafsu.”
Ia pun dipenjara di Gwalior selama hampir satu tahun. Tapi di dalam penjara, bukan rasa takut yang tumbuh justru majlis-majlis zikir, pelajaran tasawuf, dan penguatan akidah yang menyebar di antara para tahanan dan penjaga.

Penjaranya berubah menjadi madrasah ruhani.
Akhirnya, Jahangir sendiri berubah pandangan. Ia mengakui keteguhan Imam Rabbani dan melepaskannya. Hubungan keduanya kemudian membaik. Imam Rabbani bahkan menjadi penasihat spiritual informal bagi pejabat-pejabat tinggi, yang kemudian memulihkan banyak kebijakan pro-syariat di masa-masa berikutnya.

Murid-murid Sirhindi kemudian menjadi guru dan penasihat istana, termasuk pada masa Aurangzeb (r. 1658–1707), yang dikenal sebagai sultan paling religius dalam sejarah Mughal. Aurangzeb menghormati ulama, memperluas peran madrasah, dan menolak kebijakan sinkretis para pendahulunya. Dalam banyak catatan, Aurangzeb sering menyendiri membaca kitab tasawuf dan bahkan memintal kain untuk nafkahnya sendiri.

Naqsyabandiyah menjadi kekuatan moral dan spiritual yang tidak hanya menghidupkan kembali nilai-nilai syariat, tetapi juga memperkuat akar etika dalam pemerintahan. Jaringan zikir, pengajian, dan majlis hikmah yang disebarkan oleh para khalifah tarekat menjadi benteng kebudayaan Islam di tengah pluralitas anak benua.

Dalam salah satu riwayat dialog antara murid dan gurunya, ketika seorang pejabat bertanya kepada seorang khalifah Sirhindi, “Bagaimana mungkin zikir batin bisa mengubah negeri?” sang mursyid menjawab:
“Batin yang jernih melahirkan niat yang lurus; niat yang lurus menggerakkan kebijakan yang bijaksana; dan kebijakan yang bijaksana akan memelihara keadilan. Inilah kekuatan zikir yang tidak tampak, tapi menuntun yang tampak.”

Perjalanan Naqsyabandiyah di India adalah contoh bagaimana sebuah tarekat bisa menjadi jantung spiritual dan moral bagi kekuasaan, tanpa harus memegang pedang atau tahta. Ia merasuk ke dalam ruh peradaban dengan kesunyian yang berdaya. melalui figur agung Imam Rabbani, Syekh Ahmad Sirhindi (1564–1624). Di bawah kekuasaan Dinasti Mughal, terutama masa Akbar dan Jahangir, sufisme mengalami tantangan karena sinkretisme keagamaan istana.

Sirhindi muncul sebagai pembaru spiritual yang menolak akulturasi teologis, namun tetap bersikap politik elegan. Ia menulis ratusan maktubat (surat-surat spiritual) kepada pejabat dan sultan. Murid-muridnya kemudian memengaruhi istana melalui jalur etika dan spiritualitas, bukan pemberontakan.

Meskipun sempat dipenjara karena kritiknya terhadap kebijakan sinkretik, pengaruhnya justru melebar. Ia menjadikan Naqsyabandiyah bukan sekadar tarekat spiritual, tetapi pusat konsolidasi moral umat dalam menghadapi kekacauan politik dan sosial.

Naqsyabandiyah kemudian menjadi salah satu kekuatan moral dalam birokrasi dan sistem pendidikan Mughal, terutama pada era Aurangzeb, yang dikenal sangat mendukung syariat dan ulama.

*Hujjah dan Hikmah dari Imam Rabbani*

Imam Rabbani bukan sembarang sufi. Ia menulis lebih dari 500 surat kepada para pejabat, ulama, sufi, dan murid-muridnya. Beberapa petikannya menjadi warisan hikmah:

• “Tauhid tidak akan hidup tanpa syariat, dan syariat tidak akan tegak tanpa tauhid.”

• “Sufi sejati tidak tenggelam dalam ekstase, tapi terjaga dalam kehendak Ilahi.”

• “Aku melihat dalam waktu, bahwa setiap abad memiliki pelurus. Dan yang meluruskan bukan yang mencari tahta, tapi yang menundukkan dirinya pada Sang Raja segala raja.”

Ia juga menjelaskan bahwa kekuatan tarekat bukan dalam kekuatan massa, tetapi kekuatan batin: “Kemenangan bukan dari jumlah, tetapi dari cahaya hati. Jika satu sufi menyalakan tauhid di dalam istana, maka seluruh kerajaan akan ikut terang.”

Bagi para pemimpin, Imam Rabbani memberikan cermin bahwa kekuasaan tidak bisa dijalankan tanpa batasan spiritual dan moral. Dan bagi para aktivis atau ulama, ia memberi pelajaran bahwa perlawanan terhadap penyimpangan tidak harus dengan teriak di jalan, tetapi bisa dengan surat, doa, dan keberanian untuk tetap berdiri di tengah tekanan.

Dalam dunia yang semakin menyamarkan nilai-nilai, keberanian Imam Rabbani menjadi inspirasi: bahwa kesunyian bisa mengalahkan gegap-gempita, dan penjara bisa menjadi taman zikir.

Dari penjara Gwalior hingga istana Mughal, Imam Rabbani meninggalkan jejak bahwa seorang sufi bukan pelarian dari dunia, tapi penjaga dunia. Ia tidak menaklukkan dengan pedang, tapi dengan pena. Ia tidak meminta pengaruh, tapi menjadi pengaruh itu sendiri diam-diam, tetapi mengguncang zaman.

Berikut ini adalah beberapa kutipan langsung dari Maktūbāt Imam Rabbānī (Ahmad al-Fārūqī as-Sirhindī), yang dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan menambah kekuatan spiritual. Kutipan-kutipan ini diambil dari surat-surat beliau yang dikenal luas dalam tradisi Naqsyabandiyah-Mujaddidiyah, dan banyak di antara mereka menjadi fondasi pemikiran keislaman yang reformis dan religius sekaligus. 

Berturut-turut dari bahasa Arab, India dan Indonesia.

1. Tentang Pentingnya Syariat: 
إذا لم تُبنَ الطَّريقة والحقيقة على أساس الشريعة، فكلُّ ذلك فاسد

"Shari‘at ke binaa par agar ṭarīqat aur ḥaqīqat taāmīr na ho, to woh sab faasīd hai."

"Jika jalan ruhani (ṭarīqat) dan hakikat tidak dibangun di atas syariat, maka semuanya rusak." (Maktubat, Jilid 1, Surat 260)

2. Tentang Tarekat yang Sejati: 
حفظ الصورة الظاهرة للأعمال وتصديقها واجب على الصوفي

"Āmāl ke bāhirī ṣūrat ki ḥifāzat aur is kā taṣdīq karnā ṣūfī ke lie lāzim hai."

"Menjaga bentuk lahiriah amal dan mengakui kebenarannya adalah kewajiban bagi para sufi." (Maktubat, Jilid 1, Surat 22)

3. Tentang Reformasi Spiritual: 
أعظمُ جهادٍ في هذا الزمان هو أن يُوَجَّهَ الناسُ إلى السُّنَّة

"Is zamānē meṅ sab sē baṛā jihād yē hai kih logōṅ kā rukh sunnat kī taraf pher diyā jāy."

"Pada zaman ini, jihad terbesar adalah mengarahkan manusia kembali kepada sunnah." (Maktubat, Jilid 1, Surat 193)

4. Tentang Zikir dan Kehadiran Ilahi: 
حقيقة الذِّكر الأصلية هي أن يكون العبدُ في حضرة الحق

"Zikr kī asl ḥaqīqat yē hai kih banda ḥaḍrat-i-Ḥaqq kī ḥuzūrī meṅ rāhe."

"Hakikat zikir adalah hadirnya hamba di hadirat Tuhan Yang Maha Hakiki." (Maktubat, Jilid 2, Surat 36)

5. Tentang Tarekat dan Politik: 
ما لم يكن قلبُ السلطانِ مُطيعًا للحق، فإنَّ حكمَه يُصبِحُ بلاءً على المسلمين

"Jab tak sulṭān kā qalb ḥaqq kā mutī‘ na ho, us kā ḥukm musalmānōn par afat ban jāta hai."

"Jika hati seorang sultan tidak tunduk kepada kebenaran, maka perintahnya menjadi bencana bagi kaum Muslimin." (Maktubat, Jilid 3, Surat 9)

6. Tentang Wali dan Perubahan Zaman: 
جَدِّدُ اللهُ تعالى الدينَ في كلِّ زمانٍ بواسطةِ أوليائِه

"Allāh Ta‘ālā har zamānē mein apnē awliyā ke zaryē din kī tajdīd kartā hai."

"Allah Ta‘ālā membarui agama-Nya di setiap zaman melalui para wali-Nya." (Maktubat, Jilid 1, Surat 251)

7. Tentang Tawadhu dan Kehadiran Batin: 
ألا يفتخرَ المرءُ بعلوِّ مرتبته، ولا يعترفَ بحالة قربه، فذلك هو الإخلاص الحقيقي

"Manṣab kī bulandī ka mān na honā aur qurb kī ḥālat kā itirāf na karnā, yē hi asl khulūṣ hai."

 "Tidak merasa bangga dengan ketinggian maqam, dan tidak mengakui kedekatan spiritual, itulah ketulusan sejati." (Maktubat, Jilid 2, Surat 57)

8. Tentang Keikhlasan:
أصلُ قَبولِ الأعمالِ هو الإخلاص. فلو كان العملُ في ظاهره بالغَ الكمال، لكنه خالٍ من الإخلاص، فلن يكون مقبولًا عند الله تعالى.

“Amal ke qābul ḥonē kī asliyat ikhlāṣ hai. Jo amal ẓāhirī rūp sē nihāyat ālā ho, lekin us mēn ikhlāṣ na ho, woh Allāh Ta‘ālā ke nazdīk māqbul nahīn hotā.”

“Yang membuat amal diterima adalah keikhlasan. Suatu amal bisa tampak sangat sempurna dari luar, tetapi jika tidak disertai ikhlas, ia tidak akan diterima di sisi Allah Ta‘ālā.” (Maktūbāt, Jilid 1, Surat 16)

9. Kepemimpinan & Tanggung Jawab Penguasa. 

إذا كان السلطانُ مُطيعًا لله تعالى، فإنّ حُكمَه يصبحُ رمزًا للعدل والإنصاف. وإذا اتّبع هواه، فإنّ ظلمَه يُصيبُ الجميع

“Sulṭān agar Allāh Ta‘ālā kā mutī‘ ho, to us kī hukūmat ʿadl-o-insāf kī nishānī ban jātī hai. Agar woh apnē hawā ke pīchē chaltā hai, to un kā zulm sab par musallat ho jātā hai.”

“Jika seorang sultan tunduk pada perintah Allah, maka pemerintahannya akan menjadi lambang keadilan. Tapi jika ia mengikuti hawa nafsunya, maka kezaliman akan menimpa semua orang.” (Maktūbāt, Jilid 3, Surat 9)

[Bersambung ke Bab 4 (Lanjutan)]

Minggu, 20 April 2025

PEREMPUAN, RAHMAT BAGI NEGERI

_(Hari Kartini 2025; Habis Gelap Terbitlah Terang. Puisi untuk Kemuliaan Perempuan dan Keberkahan Bangsa)_

Oleh: *Abdur Rahman El Syarif*

Dalam sunyi malam, di antara sajadah doa,
terdengar bisik cahaya:
“Perempuan adalah pelita yang tak padam,
jika disiram cinta, dihormati zaman.”

Wahai engkau yang berselendang ilmu,
yang tangannya melahirkan bangsa,
dalam sujudmu tersembunyi rahasia,
kemerdekaan tak lahir tanpa rahim yang mulia.

Kartini, bukan hanya nama,
tapi maqam sufi dalam jiwa yang membara.
Dari gelapnya penjara budaya,
ia tembus langit, menulis terang bagi nusantara.

Perempuan bukan sekadar madrasah pertama,
ia adalah tasbih yang berdzikirkan kasih,
adalah mi’raj cinta menuju Tuhan,
adalah penjaga adab dan penjaga iman.

Wahai negeri, muliakan ia bukan karena lemah,
tapi karena dari hatinya mengalir barakah.
Dari matanya mengalir sungai damai,
dari sabarnya dibangun rumah-rumah langit yang teduh.

Tiada bangsa besar tanpa perempuan yang dimuliakan,
tiada negara kuat tanpa ibu yang didoakan.
Habis gelap, terbitlah terang
sebab perempuan adalah fajar yang tak henti menyinari jalan yang panjang.

Selamat Hari Kartini 2025
Untuk seluruh perempuan tangguh, perempuan pejuang, perempuan pembawa terang, engkau adalah rahmat bagi negeri.

#HabisGelapTerbitlahTerang
#Kartini2025
#SatuSehatSemuaSehat


https://www.facebook.com/share/p/18ZyfYLkFZ/

Jumat, 18 April 2025

Rahasia Angka 6 7 8 9 yang Disebutkan Dalam Al Qur'an

Penciptaan alam semesta di Qur'an maupun Taurat selalu _fii sittati ayami, sumas tawaa alal Arsyi_...ada rahasia apa dengan enam masa itu?
Fondasi atau rukun apa yg 6? Nah...
Bagaimana penciptaan semesta yg luar biasa itu bukan sebagai bukti sang Pembuat Fondasi yg 6 itu memang Tuhan kita.
mengembang hingga saat/masa yang ditentukan... itu yang ke 7. The end of the Universe (Al Ghalib).  Maha Berkuasa Secara Mutlak... Maha Absolut... Tiada yg absolut kecuali Allah. In mathematics, the absolute value of a number is its distance from zero on the number line, and is always a non-negative value. The absolute value of 7 is 7, and the absolute value of -7 is also 7. We can write this as |7| = 7 and |-7| = 7. Seven is the only number below ten that you cannot be multiplied or divided and still be a whole number under 10.
 The number 7 is special in math because it's both an odd number and a prime number... Unik di Matematika karena hanya 7 yg adalah bilangan ganjil dan prima. Mutlak!
Ini jg fondasi utk ALGORITMA yg melahirkan KOMPUTER... siapa bapak Algoritma? Muḥammad ibn Mūsā al-Khwārizmī... Kohanim.
Kata Algoritma sendiri berasal dari kata Algorismi, terjemahan Latin dari nama Al Khwarizmi... Thus spoke Al-Khwarizmi.
Berarti setiap urutan jumlah ayat² Quran merupakan MatematikaNya Allah SWT...hanya Allah yang memiliki maksudNya. Allah "berbicara" dengan kita lewat bahasa universal... "Matematika".
Fondasi Matematika adalah Aljabar... Siapa "bapaknya" Aljabar? Beliau... "Al Khawarizmi". kitāb al-ḥisāb al-hindī ("Book of Indian computation") and kitab al-jam' wa'l-tafriq al-ḥisāb al-hindī ("Addition and subtraction in Indian arithmetic") Adalah Fondasi Komputer.
Alloh ciptakan 7 langit, 7 hari, 7 golongan yang dinaungi di hari kiamat. 
Angka tujuh memiliki makna yang dalam dan kompleks, dan dapat diinterpretasikan dalam banyak hal. angka 7 sering dikaitkan dengan kesempurnaan, mumtaz. Tetapi untuk taraf penjabaran pengamalan dan penjiwaan ilmu Tauhid , 7 puncak kelengkapan ilmu tapi harus bisa ke level 9...(ongko Wijoyo/angka Wijaya). Tapi sebelum 9 ada 8 dua bulatan yang di tumpuk. Ini  yg terkadang ahli Tauhid sering blunder. Gagal paham da bahkan mengsle.
Ini penjelasan matematika nya.
9 itu As-Samad (Maha Sempurna). 9 itu "Maha Mendengar" adalah salah satu nama baik Allah dalam Asmaul Husna, yaitu As-Sami' (السَّمِيعُ). As-Sami' berarti Allah dapat mendengar segala sesuatu, termasuk suara yang paling halus sekalipun. 9 itu As Sami yang menghantarkan ke As Samad "Dengarlah baik-baik dan engkau akan sampai pada kesempurnaan" .

Kesempurnaan Allah bahkan pada hukuman Nya... Al Haqqah ayat 7.
9 pemberian sifat Rahmatnya Allah (qadha, Qadar, Ars) Sedangkan 8 Tali penyendalnya (Antara Wayang dan Dalangya).
Waktu / Periode adalah *Matematika* yang menempati Massa dan Ruang. Semua berhenti di Singularity. Allah lah yang menciptakan dan menguasai Singularity.
The concept of singularity, particularly technological singularity, suggests a future point where artificial intelligence surpasses human intelligence, potentially redefining our understanding of time and space.

Some perspectives imply that:
- Time might become less linear, with AI operating on different scales or dimensions.
- Space could be redefined, with advancements in virtual or augmented reality, or even quantum computing manipulating spatial relationships.

However, others argue that:
- Time and space are fundamental aspects of our universe, governed by physical laws, and singularity wouldn't necessarily "end" them.
- Instead, singularity might lead to new ways of interacting with or perceiving time and space, rather than eliminating them.

The relationship between singularity and time/space is still largely speculative, with various interpretations and theories.
WALLAHU A'LAM


Thoriqoh syathoriyah, Pilar Utama Pergerakan penyebaran Islam di Nusantara


=================
Nusantara  Adalah fakta, 
thoriqoh syathoriyah telah terbukti dalam sejarah bangsa yang sangat berhasil mendidik umat memiliki jiwa-jiwa merdeka dan sikap berani , hingga dalam perjuangan melawan kebatilan (penjajah)

Pendidikan di Zawiyah Thoriqoh sangat menekankan ketulusan, keikhlasan, silaturrahim dan penghormatan kepada Guru Sebagai Mursyid yang membimbing dalam perjalanan menuju Alloh SWT.

Dalam thoriqoh syathoriyah selalu diwejangkan oleh Mursyid agar para murid selalu menjaga hati dari sifat hasud, dengki, sombong, syirik tersembunyi, dan sifat madzmumah lainnya.

Sebab — menurut Guru Mursyid Yang Mulia— hanya dengan hati yang bersih saja kita bisa menjadi manusia yang seutuhnya. Yaitu manusia yang merdeka dan berdaulat hanya bersandar kepada Alloh SWT sebagai Tuhan Yang Maha SegalaNya.

Menjadi manusia seutuhnya hanya menjadi Hamba Tuhan adalah tujuan utama pendidikan di Zawiyah Thoriqoh syathoriyah.

Berkat didikan Guru Mursyid yang mulia dengan curahan kasih sayang, para murid thoriqoh biasanya memiliki karakter pandangan dan sikap hidup yang sangat mengesankan.

Sikap Tawadhu, penuh cinta kasih, peduli sesama, memandang manusia dan makhluk lainnya dengan cinta merupakan sebagian kecil dari karakter manusia-manusia gemblengan Zawiyah Thoriqoh syathoriyah, 

Namun bukan berarti para murid dari Zawiyah Thoriqoh tidak peka terhadap situasi dan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Para Guru Mursyid Thoriqoh syathoriyah memiliki Pandangan Dunia yang melebihi zamannya. Seperti yang kita baca dalam sejarah bangsa kita.

Perlawanan dan perjuangan para murid Zawiyah Thoriqoh syathoriyah dan Para santri Pesantren telah membuktikan kepada dunia bahwa mengusir penjajah yang sudah bangkotan “cukup dengan Bambu Runcing saja”.

Kekuatan mental spiritual para santri dalam berjuang lebih hebat daripada persenjataan yang dimiliki oleh para tentara sekutu, Jepang dan Belanda yang sudah modern pada zamannya.

Keyakinan Iman yang ditanam, dipupuk dan di kokohkan oleh Guru Mursyid Thoriqoh syathoriyah kekuatannya dapat mengubah dunia.

Bangsa Indonesia menjadi negara Merdeka adalah fakta daripada kekuatan Keyakinan Iman. Bangsa Indonesia kuat menghadapi berbagai macam onak duri tantangan dan hambatan serta rintangan yang menjebak menuju kehancuran bangsa adalah fakta daripada kekuatan Keyakinan Iman.

Kekuatan keyakinan Iman inilah yang menjadi benteng semesta daripada bangsa Indonesia.

Kita bisa bayangkan seandainya mental spiritual bangsa Indonesia lemah dan rapuh pastilah bangsa Indonesia sudah hancur berkeping. Karena banyak peristiwa sosial yang sangat mudah memicu pertengkaran Hingga berujung pada kehancuran bangsa kita.

Dititik inilah kita dan para pemangku negara harus berterimakasih kepada Guru Mursyid Thoriqoh atas peran dan keikhlasan beliau dalam mendidik Putera-putera bangsa agar Memiliki Keyakinan Iman yang kokoh tanpa mengenal waktu.

Belajar dari sejarah tersebut, TASAWUF & THORIQOH SYATHORIYAH sebagai organisasi Umat islam berTasawuf , meletakkan Thoriqoh sebagai pilar utama pergerakan Organisasi TASAWUF.

Agar pergerakan organisasi TASAWUF &THORIQOH SYATHORIYAH INDONESIA benar-benar berlandasan Iman dan Taqwa hanya kepada Tuhan Yang Maha SegalaNya yaitu Alloh SWT.

Bagi siapa saja yang ingin bergabung di TASAWUF & THORIQOH SYATHORIYAH INDONESIA silahkan Berthoriqoh atau cinta Tasawuf 

Mari Berthoriqoh Tanpa Berthoriqoh jiwa kita belum sempurna dalam berjalan menuju ridlo Allah. 

Silahkan gabung bisa lewat +6285225524457

Kamis, 17 April 2025

PUNCAK PENDIDIKAN ITU ETIKA TINGGI





Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA



Beberapa tahun silam saya melakukan rihlah ilmiah disejumlah perguruan tinggi diluar negeri diantaranya Singapura, Malaysia dan Thailand. Iklim pendidikan disana sangat kondusif terlihat dari etika mahasiswanya yang menjunjung tinggi etika tinggi terhadap tamu yang berkunjung kesana. Tidak hanya itu, kami disambut dengan baik dan disuguhi makanan yang sangat menggoda selera.

Hal itu, tidak berbanding lurus dengan pendidikan dinegeri ini. Pasalnya, saudara saya di Yogyakarta ustadz Nanda, SH., MH., al-Hafidz bercerita pada saya bahwa institusi pendidikan yang beliau kelola puluhan kaki kirim permohonan stadi banding kesalah satu perguruan tinggi Jakarta yang berafiliasi dengan perguruan Islam timur tengah namun tidak pernah digubris paling tidak ada konfirmasi alasan yang rasional. Ini tidak ada. Sungguh ironis sekali, padahal perguruan tinggi Islam.

Well, karena merasa tidak digubris, akhirnya dialihkan pada perguruan tinggi negeri Islam di Jakarta. Memang permohonan studi bandingnya dikabulkan, namun konsumsi mulai dari makanan ringan dan makanan berarti disuruh menyediakan sendiri. Ini perguruan tinggi negeri Islam yang sangat mengerti hadits tentang anjuran menghormati dan menyuguhi tamu. Ternyata pendidikan tinggi tidak berbanding lurus dengan etika tinggi .

Tidak hanya itu, ada salah satu doktor diperguruan tinggi negeri Islam sharing kepada saya bahwa dirinya didzolimi oleh rektornya sendiri dengan dihambat menjadi guru besar atau profesor. Padahal, penilaian orang awam seorang rektor yang bergelar profesor sudah mempunyai etika tinggi. Ternyata tidak. Sekali lagi tidak. Justru mentalitasnya bukan bijak tapi bejat.

Syahdan, tidak berhenti disitu, seorang rektor yang bergelar profesor pernah curhat pada saya bahwa dirinya pernah dilaporkan mahasiswanya sendiri yang berlatar belakang santri pada polisi karena intrik politik kampus namun akhirnya kasus hukumnya dihentikan. Tahu tidak, mahasiswa yang melaporkan rektornya itu adalah anak asuhnya sendiri yang tiap hari tinggal dan makan dirumahnya. Sungguh bejat moralitasnya bukan?

Pendidikan sering dipahami sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Namun, di balik tujuan-tujuan ini, terdapat esensi yang lebih dalam dan fundamental: menjadikan manusia beretika. Dari sudut pandang psikologi, filsafat, dan agama, puncak pendidikan adalah pengembangan karakter yang baik dan etika yang kokoh. 

Dalam perspektif psikologi, pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek kognitif tetapi juga pada pengembangan emosional dan sosial. Teori-teori seperti psikologi perkembangan oleh Jean Piaget dan psikologi humanistik oleh Carl Rogers menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk individu yang seimbang secara emosional dan moral. 

Pendidikan yang baik membantu individu untuk memahami dan mengelola emosi mereka, berempati dengan orang lain, serta membuat keputusan yang etis. Pengembangan aspek-aspek ini adalah kunci untuk membangun manusia yang beretika, yang mampu hidup harmonis dalam masyarakat.

Filsafat pendidikan, dari Aristoteles hingga John Dewey, selalu menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk karakter dan moralitas. Aristoteles, misalnya, berpendapat bahwa tujuan akhir dari pendidikan adalah mencapai eudaimonia, atau kebahagiaan sejati, yang hanya dapat dicapai melalui kehidupan yang berbudi pekerti. 

John Dewey, seorang filsuf modern, melihat pendidikan sebagai proses sosial yang harus mendorong individu untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan memperjuangkan nilai-nilai moral. Melalui filsafat, kita memahami bahwa pendidikan yang beretika adalah pendidikan yang membekali individu dengan kemampuan untuk berfikir kritis, membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai moral, dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika.

Dalam berbagai tradisi agama, pendidikan selalu dikaitkan dengan pembentukan moral dan etika. Islam, misalnya, menekankan pentingnya adab dan akhlak dalam pendidikan. Al-Quran dan Hadis mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang sebagai bagian integral dari proses pendidikan. 

Kristen juga menekankan pentingnya nilai-nilai moral seperti cinta kasih, pengampunan, dan integritas sebagai tujuan utama pendidikan. Hindu dan Budha juga mengajarkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencapai pencerahan dan kebajikan, yang hanya dapat dicapai melalui pengembangan moral dan etika.

Dari sudut pandang psikologi, filsafat, dan agama, puncak pendidikan adalah menjadikan manusia beretika. Pendidikan yang sejati bukan hanya tentang mengisi kepala dengan pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk hati dan karakter. Dengan memadukan aspek-aspek emosional, moral, dan spiritual, pendidikan dapat menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas tetapi juga bijaksana dan beretika, siap untuk menghadapi tantangan hidup dengan integritas dan kemanusiaan.


Salam akal sehat, Bondowoso, 18 April 2025

7 Makam Wali di Wonosobo yang Menuai Kontroversi

Asmo" ingkang ikang lenggah Sumare ing Makam" kasebat sa' jatosipun mboten wonten ingkang saking Yaman nopo malih bin yahya . kados dene Sayid Khanafi Pagude Asmo leres tapi sanes bin yahya , selajenge Mbah Walik inggih mboten berasal saking Yaman ugi sanes bin yahya ,  lajeng Sayid Hasyim sa'keluargi  ketinggring asmo leres nanging menurut keterangan Masyarakat setempat mboten wonten marga idrus/ba'bud nopo Malih bin yahya . Selajenge Mbah Kyai Tumenggung Kolo dete ingkang Palenggahan ing Puncak Gunung Kendil lan Batu Ratapan Dieng , Syeh Abdulloh Selomanik Kalilembu , Mbah Kyai Karim , Mbah KH Muntaha Dero Duwur sedoyo sa' jatosipun mboten wonten ingkang bin yahya . namung di antawisipun Asmo" kasebat wonten ingkang dados korban dipun bin yahyaaken .
ingkang dados kurban dipun bin yahyaaken inggih puniko Sayid Khanafi Pagude . asal usul di bin yahyakan naliko awal pinanggih inggih puniko ; naliko warga masyarakat sawek nduduk makam kagem nyareaken warga ingkang meninggal ndilalah ingkang dipun duduk kaleres ing lebet wonten jenazah ingkang tasih wutuh lan masyarakat mboten wonten ingkang mangertos asal lan Asmonipun , lajeng dipun istikhorohi/di tirakati lan tukul asmo kasebat ......
selajengipun saking kersane warga dipun sowanaken wonten habib lutfi Pekalongan mungkin kersane mantep sebab wekdal semanten habib lutfi tasih di anggep dados rujukan leres mbotenipun kagem hal pemakaman , sekaligus mungkin mengharap nderek pikantuk terkenal/gendera ombo , lajeng asmo kasebat di bin yahyakan deneng Pekalongan . 
kesimpulan ; Asmo leres nanging sanes saking yaman ugi sanes bin yahya , Panjenenganipun sebagian Ulama berasal saking tanah arab utusan usmaniyah ing zamanipun .
kalebet ugi dados kurban di asal usulkan saking Yaman lan di bin yahyakan inggih puniko Mbah Kyai Walik  Kauman wingking Masjid Al mansur .
asal usul di anggep saking Yaman lan di bin yahyakan inggih puniko ; awal" lipun ing mriko kaserat Petilasan Pekaringan Mbah Kyai Walik . nanging ing setunggal wekdal wonten salah setunggal Piyantun  Gus ....( pangapunten mboten kulo sebat Asmonipun ) matur dumateng habib umar muthohar Semarang ugi habib lutfi supados ninda'i ing lokasi petilasan Pekaringan Mbah Kyai Walik , sa'sampunipun dipun tinda'i nikulah ingkang dados asal mulanipun lajeng di tulis berasal saking Yaman soho di bin yahyakan . ingkang sejatidipun Mbah Walik puniko Ulama' utusan saking Mataram Islam ing zaman Ki Ageng Wonosobo/Zaman Walisongo Demak bintoro lan Panjenenganipun salah setunggal Gurunipun R Dukuh ( Kyai Ageng Wonosobo Plobangan ) kapurih nyebaraken Agomo Islam ugi noto ruwang , sebab Panjenenganipun Ahli tata ruwang . R Dukuh ( Kyai Ageng Wonosobo puniko murid ipun Kanjeng Sunan Kalijogo lan Kanjeng Sunan Gunung Jati ...lan sejatine Mbah Walik inggih puniko
Kanjeng Sunan Kalijogo ingkang wekdal semanten mboten wonten ingkang mangertos Asmonipun sahinggo sami nyeluk Mbah Wali ingkang dangu" sebab ilat jowo dados manjing Asmo Mbah Walik . lan di antawisipun Walisongo ingkang Ahli ing tata ruwang inggih puniko Kanjeng Sunan Kalijogo.
Kesimpulan Asmo" Kasebat mboten wonten ingkang bin yahya .

Jumat, 11 April 2025

KIAT LULUS PROGRAM DOKTOR ON TIME




Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA



Beberapa bulan yang lalu tepatnya sebelum bulan suci ramadhan, salah satu rekan kuliah sekalian pengurus takmir masjid Jamik Prof. Dr. Syaikh Ali as-Shabuni, MA pasca sarjana UIN Maliki Malang mas Muhammad Fahmi Arufin, M. Pd menghubungi saya via telfon merasa kebingungan untuk kuliah program doktoral karena ada beberapa kendala baik internal maupun eksternal yang mencoba untuk menghalang halangi. Mendapati itu, dengan tegas saya katakan ikuti prinsip sendiri abaikan celotehan orang lain.

Alhamdulillah, beliaupun mengikuti arahan saya dan kemarin telfon lagi bahwa dirinya sudah kuliah program doktoral jurusan pendidikan dasar di Pascasarjana universitas negeri Yogyakarta (UNY) mau bertemu 

Senyampang posisi di DIY kita janjian di destinasi wisata taman pintar. Tidak berapa lama kemudian, ia dan anak isterinya menemui kami setelah minta alamat share lokasi sebelumnya. Kitapun melampiaskan setelah sekian tahun tidak pernah bertemu. Sambil menikmati hidangan seadanya kita ramah tamah dan ia diskusi dan menanyakan kiat cepat lulus program doktoral on time.

Well, mendapati pertanyaan itu, saya menceritakan pengalaman pribadi saat menyelesaikan program doktoral di Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang ditempuh selama empat tahun lamanya yaitu waktu yang sesuai standarisasi pihak kampus 

Biaunillah, dalam kesempatan itu saya menjawab pertanyaan bagaimana kiat menyelesaikan program doktoral secara ontime salah satunya, himmatu al-'aliyah, obsesi diri, ekspektasi tinggi, komintenen diri dan hal hal lain yang berkaitan percepatan penyelesaian disertasi. 

Alhamdulillah, dengan Maunah dan Inayah Allah SWT saya termasuk mahasiswa program doktoral yang lulus pertama dalam satu angkatan jurusan manajemen pendidikan Islam 

Syahdan, dalam perjalanan mencapai gelar doktoral, tidak sedikit juga teman mahasiswa yang mengalami kesulitan, bahkan gagal. Tujuan kuliah program S3 adalah untuk mendalami proses ilmiah yang benar. Itu sebabnya mahasiswa/i yang lulus S3 harus memiliki framework dan mampu melakukan problem solving yang tepat sasaran.

Alaa kulli hal, tahaddus binni'mah saya menceritakan pengalaman diri saya saat menyelesaikan program doktoral dengan predikat cumlaude pada beliau dengan bebera kiat yang harus dilakukan terutama mereka yang baru semester satu dan dua sekaligus tantanganya 

Pertama persistence. Salah satu tantangan terbesar dalam berkuliah S3 adalah hilangnya motivasi di tengah perkuliahan. Umumnya masalah ini muncul ketika mahasiswa program S3 sudah memasuki tahap pengajuan proposal disertasi. Mengapa demikian? Ini dikarenakan mahasiswa sudah sepenuhnya “berjalan” sendiri tanpa teman kuliah lainnya.

Ketika mahasiswa sudah melewati tahap kuliah teori, maka sudah menjadi tugas mahasiswa untuk mampu mengaplikasikan teori serta pengetahuan yang didapat ke dalam sebuah disertasi mandiri. Bila diibaratkan sebagai olahraga lari marathon, kuliah S3 ini pun membutuhkan stamina dan strategi yang tepat untuk bisa mencapai garis akhir, bukan hanya sekadar mengandalkan kekuatan dan kecepatan.

Selain motivasi, para mahasiswa juga perlu memiliki manajemen waktu yang baik, terlebih mayoritas mahasiswa S3 merupakan individu profesional yang disibukkan dengan pekerjaan serta perkuliahan. Oleh karena itu, harus ada kemauan untuk menyeimbangkan jadwal sehari-hari agar pekerjaan serta disertasi tuntas ditangani.

Satu tips yang begitu penting untuk dilakukan oleh para mahasiswa adalah kebiasaan membaca minimal 1 jurnal ilmiah setiap harinya. Dalam 1 jurnal ilmiah, terkumpul beberapa artikel ilmiah. Tentu akan memakan waktu lama bila harus membaca setiap halaman. Namun, Pak Leonardus mengungkap trik untuk hanya membaca bagian abstrak, latar belakang penelitian, analisis, dan kesimpulan. Tips ini sangat berguna agar para mahasiswa bisa lebih mudah mengumpulkan landasan teori, bahkan mendapatkan ide topik disertasi.

Kedua Perspective. Kesulitan dalam menulis disertasi menjadi batu sandungan utama yang tentunya dialami oleh setiap mahasiswa program S3. Akan tetapi, hal utama yang harus dilakukan adalah menemukan permasalahan di bidang yang Anda geluti. Jangan sampai Anda malah memilih topik disertasi berdasarkan masalah yang kurang Anda pahami atau tidak sesuai dengan bidang yang Anda tekuni. Ini pun menjadi salah satu penyebab mengapa ada mahasiswa program S3 yang gagal lulus.

Kemudian, perspective juga tidak luput dari perlengkapan serta pembekalan yang Anda miliki. Ini meliputi kemampuan IT, statistik, dan bahasa Inggris. Ketika Anda memasuki perkuliahan program S3, Anda berada di tengah circle kaum profesional yang sudah memiliki pengetahuan dan jam terbang yang tinggi. Maka dari itu, solusi yang Anda hadirkan dalam disertasi harus disertai juga dengan hasil analisis yang tidak luput dari IT dan statistik. Bahasa Inggris akan menjadi bahasa pengantar yang sering Anda temui, baik saat mengikuti konferensi internasional atau saat mencari landasan teori.

Terakhir dan sama pentingnya adalah networking. Penting sekali bagi Anda untuk tidak melupakan teman selama mengikuti perkuliahan program S3. Bentuk sinergi dengan teman kuliah Anda, bukan kompetisi sengit. Networking ini berfungsi untuk mempercepat proses pengumpulan data yang dibutuhkan saat menyusun disertasi, seperti misalnya data survei, user group, expert group, atau interview.

Ketiga Practice. Teknik penulisan juga akan menentukan keberhasilan Anda selama kuliah program S3. Meskipun Anda berhasil merumuskan masalah utama yang menarik dan menemukan solusi terbaik untuk masalah ini, disertasi Anda akan dianggap kurang baik apabila informasi-informasi yang terangkum tidak tertulis dengan tata bahasa yang baik.

Selain itu, Anda juga memerlukan kemampuan administrasi yang mumpuni. Administrasi ini meliputi kemampuan Anda dalam membentuk jadwal interview, berkomunikasi dengan pihak sekretariat, dan lain sebagainya. Kembali lagi, penulisan disertasi ini juga melibatkan orang-orang lain, tidak hanya mahasiswa itu sendiri.

Keempat Promotor. Perbedaan mendasar dari disertasi S3 dengan adalah aspek kemandirian penulis. Bagi mahasiswa program S3, promotor dan co-promotor akan lebih “lepas tangan” dalam tahapan penulisan disertasi. Meski demikian, bukan berarti Anda bisa meninggalkan atau mengacuhkan bantuan dari promotor dan co-promotor. Mereka yang akan menilai apakah isu serta topik yang diangkat ke dalam disertasi ini layak atau cukup.

Tips dan trik yang harus dilakukan para mahasiswa program S3 adalah untuk rajin berkomunikasi dengan promotor dan co-promotor. Apabila ada hambatan selama penulisan, ungkapkan kepada pihak promotor untuk mencari jalan keluarnya. Pihak promotor ini juga akan memberikan sudut pandang luar yang sangat dibutuhkan dalam menulis disertasi yang baik.


Salam akal sehat, DIY. 12 April 2025

Kamis, 10 April 2025

JANGAN LUPAKAN SEJARAH

**

1. Pada tahun 1825 Habib ibrahim Ba'bud membujuk Pangeran Diponegoro untuk hadiri Undangan Jendral De Kock dan akhirnya Pangeran Diponegoro ditangkap.

2. Pada tahun 1888 Habib Utsman Bin Yahya setelah berdiskusi dgn Van Den Berg dan Snock Hurgrounje mengeluarkan fatwa BUGHOT untuk para Kiai dan Santri di Banten yg berakibat ribuan Ulama dan Santri Banten dibantai. 

3. Pada tahun 1928 Belanda membentuk RABITHAH ALAWIYAH untuk menandingi berdirinya NU 1926. Dan Belanda memerintahkan para Habib untuk masuk ke masyarakat, ke pesantren2 untuk membendung pengaruh para Kiai Nusantara. 

4. Pada tahun 1948 Habib Musa Al Munawar/ Muso memberontak dengan mendirikan Negara Indonesia  Soviet di Madiun. Membantai ratusan ribu Kiai dan Santri.

5. Habib Hamid Al Qodri / Sultan Boneka Pontianak menerima medali kehormatan dari Belanda dan diangkat sebagai ajudan resmi ratu Wilhelmina untuk kawasan Hindia Belanda. Di saat yg sama para pejuang sedang berperang melawan Belanda dalam Agresi militer belanda ke 2. 

6. Pada tahun 1965 Habib Muhammad Al Aidid/ Dipa Nusantara Aidid Pimpinan PKI memberontak, terkenal dg TRAGEDI G30SPKI. 

7. Pada tahun 1965 Habib Sofyan Baraqbah dan Habib Fahrul Baraqbah membantai ribuan Ulama dan Santri di Kalimantan.

8. Pada tahun 1985 Habib Husein Ali Al Habsy dan Habib Abdul Qodir Al Habsy mengebom Candi Borobudur di bantu oleh Habib Muhammad Al Jawad dan Habib Ahmad Muladawila.

9. Pada tahun 1998 Habib Riziq Syihab ditunjuk oleh Jendral Wiranto atas perintah Presien Soeharto sebagai Ketua PAM SWAKARSA untuk menghadapi Demo Mahasiswa. Pelantikan PAM SWAKARSA dilakukan di Masjid Istiqlal Jakarta. Kemudian berubah jadi FPI. 

Dari fakta sejarah yg ada, jelas kalau kehadiran Imigran Yaman adalah untuk menghancurkan NKRI.

SALAM WARAS !!!

Rabu, 09 April 2025

SANG SUFI PERSPEKTIF IMAM SYAFI'IE




Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA



Beberapa bulan yang lalu, saya diundang ngisi seminar nasional di pondok pesantren asy-Syafi'iyah Brebes Jawa Tengah dalam acara itu turut hadir kepala sekolah dan ketua yayasan yang kebetulan juga memberi kata sambutan kepada para audien.

Well, usai acara ngisi seminar nasional, pihak ketua yayasan mengundang saya secara pribadi dengan undangan VIP gelaran hajat Thariqah Tijani internasional yang dihadiri Mursyid thoriqah  Tijani internasional mulai dari negara Maroko, al-Jazair dan negara timur tengah lainya. 

Biaunillah, alfaqir bisa satu panggung dengan para masyaikh Mursyid thoriqah Tijani dunia dan mengambil intifa' dari mereka. Pelajaran yang bisa saya petik dari mereka, disiplin waktu dimana mereka sangat memperhatikan manajemen waktu sesuai anjuran Rasulullah Saw.

Syahdan, ini tidak berbanding lurus dengan malam ketiga acara puncak yang sedianya akan dihadiri oleh tokoh Mursyid thoriqah al-Mu'tabarah Nusantara. Undangan yang tertulis pukul 19.00 WIB tapi Mursyid thoriqah Nusantara itu hadir pada pukul 24.00 WIB dini hari. Sehingga tidak sedikit para undangan yang pulang duluan karena kelamaan menunggu. Hadir memang. Tapi, kehadirannya hanya sepuluh menit dan doa setelah itu pulang tanpa minta maaf dan tabayun atas keterlambatan itu. Padahal, manajemen waktu sangat dianjurkan dalam Islam termasuk dalam ilmu manajemen yang kebetulan saya memiliki kepakaran manajemen waktu karena disertasi saya tentang urgensi manajemen waktu dalam pendidikan.


Manajemen Waktu – Untuk memenuhi setiap rencana atau tugas, keputusan untuk manajemen waktu sangat dibutuhkan, dari beberapa menit, hingga beberapa tahun. Maka dari itu, hal khusus dalam sebuah perencanaan adalah manajemen waktu. Waktu adalah salah satu sumber daya yang tidak bisa direproduksi dan tidak dapat diambil alih. Manajemen waktu di dalam sebuah perencanaan kegiatan merupakan suatu teknik untuk mengatur dan meningkatkan penggunaan waktu secara efektif. Untuk lebih jelasnya, simak hal-hal dasar mengenai manajemen waktu di bawah ini.

Kemampuan untuk fokus dan memprioritaskan sebuah tugas adalah kunci bagi siapapun yang ingin mempertahankan produktivitas di manapun. Masing-masing dari kita tentunya memiliki tugas-tugas yang ingin dan harus dikerjakan dalam beraktivitas sehari-hari. Untuk mencapai target dari tugas-tugas yang dikerjakan, kita harus paham mengenai manajemen waktu. Manajemen waktu adalah suatu proses untuk melakukan kontrol atas waktu dengan batas tertentu untuk melakukan tugas tertentu. Manajemen waktu adalah kemampuan untuk merencanakan dan menggunakan waktu semaksimal mungkin.

Menurut hukum Pareto 20/80, 20% adalah waktu yang digunakan untuk bekerja secara efisien, sedangkan 80% nya tidak. Lalu kenapa hanya 20% saja yang efektif? Dan bagaimana cara meningkatkan efektifitas waktu yang digunakan? Berdasarkan hukum Pareto, jika semakin banyak waktu kerja yang efektif, maka semakin banyak pula pekerjaannya. Namun hal ini dinilai tidak benar, banyaknya dan kualitas tugas yang dikerjakan dipengaruhi oleh profesionalisme, kualifikasi, dan pengalaman. Untuk mencapai efisiensi yang baik, perlu landasan yang kokoh seperti, motivasi yang tinggi dan juga minat.

Managemen Waktu sendiri juga dapat diartikan sebagai ilmu dimana manusia dapat menggunakan waktu secara berdaya guna dan berhasil guna yang dapat Grameds pelajari pada buku Manajemen Waktu:

Menurut Atkinson, manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan berbagai bentuk upaya dan tindakan individu yang dilakukan dengan terencana agar seseorang mampu memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
 
Menurut Forsyth, manajemen waktu adalah sebuah cara untuk membuat waktu terkendali sehingga dapat menciptakan efektivitas dan produktivitas.
 
Menurut Akram, manajemen waktu adalah kemampuan menggunakan waktu dengan efektif dan efisien untuk memperoleh manfaat yang maksimal.
 
Menurut Orr, manajemen waktu adalah pemanfaatan waktu untuk melakukan hal-hal yang dianggap penting dan sudah certat di tabel kerja.
 
Menurut Leman, manajemen waktu adalah penggunaan dan pemanfaatan waktu sebaik mungkin dengan membuat rencana aktivitas yang tersusun.

Menurut Davidson, manajemen waktu adalah sebuah cara untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin dimana seseorang bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan cerdas.
 
Menurut Frederick Winslow Taylor, manajemen waktu adalah sebuah proses pencapaian tujuan utama kehidupan sebagai hasil dari mengenyampingkan kegiatan yang kurang bermanfaat dan memakan banyak waktu.


Kembali pada topik keterlambatan mursyid thoriqah dalam ajang internasional yang membuat malu Mursyid thoriqah dunia yang menunggu lama diatas panggung lalu kemudian saya tertegun sejenak dan ingat statemen imam Syafi'i.

Ada sebuah fenomena dua pelajaran berharga dari Kaum Sufi untuk Imam As-Syafi’i.
Sebagian ulama bahkan mengatakan, seorang sufi adalah anak zamannya.

Kaum sufi harus diakui bukan kaum pemalas yang menunda-nunda pekerjaan dan kewajiban. Kaum sufi adalah mereka yang pandai menggunakan waktu sesuai tuntutan zamannya. Tentu saja hal ini berkaitan dengan hubungan kehambaan mereka dalam berbagai bentuk ibadah maupun kewajiban dengan ikhlas.

Imam As-Sya’rani menceritakan betapa besarnya perhatian kaum sufi terhadap waktu. Kaum sufi sangat disiplin dan tertib dalam memanfaatkan waktu. Sebagian ulama bahkan mengatakan, seorang sufi adalah anak zamannya.

Imam As-Sya’rani meriwayatkan betapa tingginya kedisiplinan kaum sufi terkait waktu. Imam As-Sya’rani menceritakan kerendahan hati Imam As-Syafi’i yang senang berkumpul dengan kaum sufi. Padahal Imam As-Syafi’i merupakan ulama besar di zamannya dan juga diakui hingga kini.

Ketika ditanya, “Apa yang Anda dapat dari halaqah kaum sufi?” Imam As-Syafi’i menjawab sebagai berikut:

قال الإمام الشافعي رضي الله عنه: استفدت منهم شيئين: قولهم الوقت سيف إن لم تقطعه قطعك وقولهم إن لم تشغل نفسك بالخير شغلتك بالشر

Artinya, “Imam As-Syafi’i RA berkata, ‘Aku dapat dua pelajaran dari mereka: pertama, ucapan mereka bahwa waktu itu bagaikan pedang. Jika tidak cakap menggunakannya, ia akan mencelakaimu;  kedua, ucapan mereka bahwa jika tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, maka kau akan terjatuh pada keburukan,’” (Imam As-Sya’rani, Al-Anwarul Qudsiyyah fi Bayani Qawa’idis Shufiyyah, [Beirut, Daru Shadir: 2010 M], halaman 141).

Imam Abul Qasim Al-Qusyairi dalam karyanya yang terkenal juga menceritakan besarnya perhatian kaum sufi terhadap waktu. Ia mendengar Abu Ali Ad-Daqaq mengatakan, waktu itu adalah apa yang Anda jalani saat ini. Jika kini kamu sangat duniawi, maka waktumu adalah dunia. Jika kamu bersama akhirat, maka waktumu adalah akhirat. Jika kamu bahagia, maka waktumu adalah kebahagiaan. Tetapi jika kamu bersedih, maka waktumu adalah kesedihan.

Mengutip tulisan al-Hafidz Kurniawan yang mengatakan bahwa waktu yang dimaksud oleh Ad-Daqaq adalah kondisi dominan yang dilalui manusia dalam hidupnya. Yang jelas, kaum sufi menaruh perhatian besar pada waktu. Yang mereka maksud dengan waktu adalah sepenggal fase dalam perjalanan panjang waktu. Oleh karenanya, sekelompok sufi mengatakan, (satu fase) waktu (aau masa kini tepatnya) terapit oleh dua masa, yaitu masa lalu dan masa depan.

Wawasan akan waktu dan keterbatasan manusia ini digunakan oleh kaum sufi dalam kaitannya dengan kehambaan mereka terhadap Allah. Oleh karenanya, mereka memilih kegiatan prioritas untuk mengisi waktu yang dianugerahkan kepada mereka.

Sepenggal waktu itu mereka isi dengan kebaikan sebagaimana disinggung Imam As-Syafi’i di awal tulisan. Dengan demikian, setiap waktu yang dilalui kaum sufi hampir selalu diisi dengan kebaikan, baik itu ibadah mahdhah (hablum minallah) maupun kesalehan sosial (hablum minan nas/mu’asyarah bil ma’ruf).

ويقولون: الصوفي ابن وقته، يريدون بذلك: أنه مشتغل بما هو أولى به من العبادات في الحال، قائم بما هو مطلوب به في الحين. وقيل: الفقير لا يهمه ماضي وقته وآتيه، بل يهمه وقته الذي هو فيه

Artinya, “Kaum sufi berkata, seorang sufi adalah anak zamannya. Yang mereka maksud adalah bahwa seorang sufi menyibukkan diri dengan ibadah-ibadah yang lebih prioritas baginya pada waktu tersebut dan menunaikan kewajiban yang dituntut kepadanya ketika itu. Ada juga ulama yang mengatakan, sufi adalah seorang yang tidak bimbang pada masa lalu dan masa depan. Sufi terfokus pada masa kini yang sedang dijalaninya,” (Imam Al-Qusyayri, Ar-Risalatul Qusyayriyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 38).

Demikian pelajaran penting yang ditangkap oleh Imam As-Syafi’i dari perkumpulan kaum sufi. Pelajaran penting dipegang betul oleh ulama besar sekaliber Imam As-Syafi’i. 

Rupanya, Mursyid thoriqah -mohon maaf- oknum Mursyid thoriqah yang terlalu banyak drama sepertinya hanya di negeri konoha ini yang merusak integritas dan kapasitas dunia tashawwuf. Seharusnya mereka tidak hanya pandai berdzikir saja tetapi juga pandai berfikir bagaimana memenej waktu dengan baik agar tidak merugikan orang lain.

Ada sebuah fakta menarik di sebuah kecamatan Pujer dimana salah satu masyarakat menggelar pengajian umum dengan mengundang muballigh tunggal dari kota Jember. Rupanya muballigh itu, hadir pukul satu dini hari saat undangan pulang semua padahal konon muballigh itu salah satu Mursid thoriqah ternama di kotanya. Saat tiba dilokasi, ia diteriaki oleh panitia:

"Tekat kyai. Jika tidak malu silahkan turun dari kendaraan. Anda sudah merusak acara kami. Jika tidak berkenan hadir, kenapa tidak terus terang tentu kami akan mengundang muballigh lain. "Teriaknya sambil mengusir muballigh itu.
 Wallahu a’lam.


Salam akal sehat, Prajekan Kidul 9 April 2025