Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA
Saya berkomitmen, puteri puteri dan santri santri sebelum ikut program tahfidz al-Qur'an terlebih dahulu saya kenalkan metode cepat baca kitab kuning "Amtsilati" yang kebetulan kendati belajar otodidak saya mendapat syahadah atau rekomendasi dari pengarang kitabnya KH. Taufiqul Hakim Jepara Jateng.
Bahkan, beberapa tahun yang lalu saya mengundang beliau untuk uji publik hasil didikan saya selama enam bulan lamanya. Alhamdulillah, semua santri saya bisa menjawab pertanyaan seputar gramatika arab dan seperangkat ilmu lainya mulai dari ilmu sharraf, i'rab, i'lal, dan nadzam alfiyah yang 1000 bait.
Takjubnya lagi, santri santri saya pada waktu itu masih usia sekolah dasar semua namun sudah hafal nadzam alfiyah 1000 bait. Tentu metode yang saya terapkan setoran dan menggunakan lagu yang disukai mereka sehingga selama prosesi belajar mengajar merasa happy.
Dalam kesempatan itu saya mengungkapkan, metode Belajar yang baik dan efektif menurut Umar bin Abu Bakar, guru Imam Abu Hanifah.
"Sebagaimana tercantum dalam kitab Ta’limul Muta’alim karya Syekh Al-Jarnuzi pada halaman dua puluh tujuh disebutkan bahwa metode menghafal menurut iman Umar bin Abu Bakar yaitu bagi penuntut ilmu awal atau santri dalam permulaan belajar sebaiknya membaca hafalan pelajaran dengan dua kali pengulangan," ujarku pada saat wisuda Amtsilati di al-Mihrab Foundation yang dihadiri dai nasional dari pulau Dewata Bali.
Saya melanjutkan, entah mampunyai sebaris, dua baris, atau tiga baris atau lebih. Lakukanlah dua kali pengulangan. Dan lebih baiknya bagi santri permulaan belajar tidak terlalu banyak menghafal. Yang penting terakhir dibaca bersama menggunakan lagu yang diringi tepuk tangan dan musik tradisional lainnya.
"Jangan terlalu banyak memahami pelajaran pada setiap harinya. Dan jika dalam pengulangan yang kedua kali hafal, maka itulah kadar kemampuan seseorang," jelasku pada wali santri.
Dicontohkan, Seperti santri A menghafal dua baris nadzam Alfiyah Ibnu Malik, setelah dua baris dibaca sekaligus dihafal, dan ternyata mampu untuk mengingat, maka kadar kemampuan santri A tersebut menghafal adalah dua baris. Dan berlaku kelipatan, begitu juga seterusnya.
"Setelah menghafal dengan sedikit demi sedikit, maka langkah selanjutnya yaitu dtambahkan satu baris berikutnya dan setiap harinya, ditambah hafalan minimal sehari sebaris sesuai kadar kemampuan otak seseorang. Maka dari itu otak akan terbiasa digunakan untuk menghafal," paparku selanjutnya.
Selain itu, lanjutnya, dalam kitab yang akrab dikaji di pesantren ini juga menerangkan bahwa otak jika tidak dilatih untuk menghafal, maka akan menjadi lambat dan cepat lupa. “Otak akan semakin tajam jika digunakan untuk menghafal,” ungkapku pada wisuda Amtsilati di al-Mihrab Foundation.
"Kemudian jika telah dihafal berulang ulang, maka setelah nanti bertambah banyak hafalan, jika ingin mengingatnya kembali cukup dengan membaca dua kali saja akan langsung hafal nadzam yang dihafalkan," imbuhku lagi.
Dikatakan, dalam kitab Ta’lim, sebaiknya mendahulukan menghafal kemudian memahami pelajaran tersebut. Karena hanya ada dua batasan dalam belajar yaitu menghafal dan memahami.
Saya mencontohkan jika ingin mempelajari nadzam Jurumiyah, Imrithi, ataupun Alfiyah maka hafalkanlah dahulu nadzamnya lalu fahamilah dan jangan lupa untuk menuliskannya. Setiap santri saya wajibkan membawa catatan untuk menulis paparan yang saya presentasikan. Tidak hanya itu, satu persatu secara bergiliran mereka saya minta menjelaskan ulang menggunakan papan tulis didepan rekan rekannya yang lain.
Dalam sambutan wisuda Amtsilati itu saya bercerita tentang Imam Syafi’i dahulu ketika membuka sebuah kitab lalu memahaminya, maka kitabnya ditutupi sebagian. Dikhawatirkan takut memahami keseluruhan. “Karena Imam Syafi’i jika membaca satu kali itu langsung faham dan hafal,” kataku pada jamaah pengajian.
Sehingga lanjutnya, dengan Imam Syafi’i menutup sebagian kitabnya akan semakin mendalami bagian yang sedang dibacanya. Dan akan semakin faham. “Kan kalau dibuka semuanya akan hafal semua tetapi kurang mendalaminya, kira-kira begitu,” paparku.
Saya melanjutkan, hal itu berbeda dengan kalian yang membaca berulang-ulang tidak hafal-hafal dan entah faham entah tidak, kemudian ditinggal ngerumpi maka lupalah semuanya,” sontak membuat puluhan santri tertawa.
“Maka dari itu, belajarlah sedikit demi sedikit,” pungkasku
Mengapa sebelum masuk program tahfidz al-Qur'an saya gembleng ilmu alatnya terlebih dahulu.? Alasannya sederhana agar mereka paham dan mengerti apa yang diharapkannya. Terus terang, tidak sedikit para hafidz hafidzah hanya sekedar hafal belaka tetapi tidak paham isi dan kandungan al-Qur'an. Terlebih metode cepat baca kitab kuning Amtsilati contoh contohnya ayat al-Quran semua sehingga diharapkan saat ikut program tahfidz al-Quran sudah familiar dengan bacaan al-Qur'an.
Salam Qur'ani, Prajekan, 6 November 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar