MUTIARA ILMU: *Mengapa Klaim Terima Kasih ke Penjajah Belanda Harus Dipikirkan Ulang?*

Kamis, 07 November 2024

*Mengapa Klaim Terima Kasih ke Penjajah Belanda Harus Dipikirkan Ulang?*

*""Terima Kasih ke Penjajah Belanda dan Pribumi Jadi Antek? Eits, Jangan Lupa Sejarah Kelam dan Konteksnya Gan!!"*
________________________________________


Mukibin kabib gak ada otak, dia bilang kita harus berterima kasih ke Belanda karena "membangun Indonesia," itu pemikiran yang perlu diluruskan, deh. Faktanya, Belanda memang membangun infrastruktur, namun mereka melakukannya bukan untuk kesejahteraan pribumi , melainkan untuk kepentingan kolonial mereka sendiri. Sebagian besar pembangunan itu bertujuan untuk memaksimalkan eksploitasi sumber daya alam dan mengirimkan hasil bumi ke Eropa.

*Jejak Kemajuan Pribumi Sebelum Kolonial*

Sebelum Belanda datang, pribumi sudah mempunyai teknologi dan peradaban yang maju. Contoh?
1. *Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak* sudah dikenal sebagai peradaban kuat yang memiliki persenjataan teknologi seperti bedil dan meriam . Menurut Dr. Sri Margana , ceramah dari Universitas Gadjah Mada, teknologi senjata seperti itu sudah ada jauh sebelum Belanda datang. Kerajaan-kerajaan Nusantara tidak butuh "bantuan" Belanda untuk berkembang.
2. *Candi Borobudur dan Candi Prambanan* adalah bukti bahwa nenek moyang kita memiliki keahlian arsitektur dan teknologi yang luar biasa. Prof. Dr. Agus Aris Munandar , pakar sejarah dan arkeologi, menyatakan bahwa pembangunan candi-candi tersebut membuktikan tingkat kecerdasan dan teknologi bangsa kita, jauh sebelum kolonialisme.

*Apa yang Sebenarnya Dilakukan Belanda?*
1. *Eksploitasi Ekonomi* : Kebijakan tanam paksa atau Cultuurstelsel di abad ke-19 menyebabkan penderitaan luar biasa. Rakyat menanam tanaman ekspor seperti kopi, teh, dan tebu, dan hasilnya diekspor ke Eropa untuk keuntungan Belanda. Prof.Dr.Anhar Gonggong , sejarawan Indonesia, menjelaskan bahwa sistem ini mengakibatkan kelaparan besar di berbagai daerah.
2. *Penghancuran Budaya* : Belanda meminggirkan bahasa dan budaya lokal, menggantinya dengan sistem pendidikan yang hanya menguntungkan segelintir elit kolonial. Dr. Ratna Surya , pakar antropologi budaya, mencatat bahwa kolonialisme Belanda secara sistematis merusak tatanan sosial dan kearifan lokal.
3. *Merampas Kekayaan Alam* : Hutan-hutan ditebang, tambang-tambang dieksploitasi, dan kekayaan alam Nusantara dikuras habis-habisan membuat memperkaya negeri Belanda.

*Jadi, Kenapa Nggak Perlu Berterima Kasih?*
Kalau ada infrastruktur yang terbangun, seperti rel kereta api atau pelabuhan, itu semua dirancang untuk memudahkan transportasi hasil bumi ke Eropa , bukan untuk memakmurkan pribumi. Dan selama masa kolonial, Indonesia menjadi negara yang penuh penderitaan, bukan kemakmuran.
Jadi gan, jangan sampai kita terjebak pemikiran sempit yang "berterima kasih" kepada penjajah. Yang perlu kita kenang adalah bagaimana leluhur kita berjuang melawan penjajahan , bukan memuji mereka yang menyengsarakan nenek moyang kita.

*Referensi Pakar*
• Prof. Dr. Anhar Gonggong , sejarawan Indonesia, menulis tentang dampak eksploitasi ekonomi oleh Belanda yang memperparah kemiskinan rakyat.
• Sri Margana , Universitas Gadjah Mada, menjelaskan teknologi persenjataan maju yang dimiliki kerajaan-kerajaan Nusantara sebelum Belanda datang.
• Prof. Dr. Agus Aris Munandar , pakar arkeologi, mengulas kehebatan nenek moyang kita dalam membangun candi megah tanpa bantuan kolonial.

*"Pribumi Jadi Antek Belanda? Jangan Lupa Konteks Sejarahnya Bro!"*
________________________________________
*Fakta Sejarah Soal 'Pribumi Jadi Antek Belanda'*
Mukibin Kabib gak ada Otak, memang benar ada pribumi yang jadi pegawai Belanda atau bupati yang bekerja di bawah kolonial. Tapi, kita harus paham konteksnya, nih. Kondisi saat itu bukan soal pilihan bebas atau kesetiaan tulus, tapi lebih ke tekanan dan manipulasi sistem kolonial .
1. *Sistem Kolonial yang Memaksa*
o Belanda menerapkan strategi devide et impera (politik pecah belah) yang membuat pribumi terpecah dan saling berhadapan. Bupati atau pejabat lokal sering dipaksa ikut aturan Belanda, atau mereka dan keluarganya bisa kena ancaman serius.
o Prof. Dr. Anhar Gonggong , sejarawan Indonesia, menegaskan bahwa banyak pejabat pribumi yang bekerja di bawah Belanda bukan karena pengkhianatan, tapi karena keterpaksaan dalam sistem yang dibuat untuk mengendalikan dan memerintahkan rakyat. Mereka juga sering tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup.
2. *Perlawanan dari Dalam*
o Meskipun ada pribumi yang bekerja untuk Belanda, banyak juga yang berjuang melawan dari dalam . Contohnya, mereka secara diam-diam membantu perlawanan rakyat atau menyebarkan informasi penting kepada para pejuang. Nggak semua yang terkesan 'bekerja sama' berarti mendukung penjajah.
o Dr. Ratna Surya , pakar sejarah sosial, mencatat bahwa dalam banyak kasus, kerja sama dengan Belanda adalah bentuk adaptasi sambil tetap menjaga perlawanan. Misalnya, banyak bupati dan pegawai yang mencari cara untuk membantu perlawanan atau meringankan penderitaan rakyat di bawah kekuasaan kolonial.
*Perlu Diingat: Penjajahan Adalah Sistem Penindasan*
Bro, jangan lupa bahwa penjajahan adalah sistem yang melibatkan berbagai bentuk kontrol dan pemaksaan. Kalau ada yang menjadi pegawai Belanda, itu lebih penting karena bertahan hidup di tengah kekejaman sistem kolonial daripada dukungan yang tulus terhadap penjajah. Banyak pribumi yang, meskipun terlihat bekerja sama, tetap memendam rasa tidak suka dan menunggu saat untuk melawan.
*Contoh Perlawanan Pribumi*
• Pangeran Diponegoro adalah contoh nyata perlawanan besar-besaran yang melibatkan rakyat pribumi. Beliau memimpin Perang Jawa (1825-1830) , salah satu perlawanan terbesar melawan Belanda. Itu bukti bahwa semangat perlawanan tidak pernah mati, meskipun banyak yang terpaksa tunduk di permukaan.
• Imam Bonjol dan Perang Padri juga menggambarkan betapa gigihnya perlawanan pribumi melawan Belanda, meski Belanda berusaha menundukkan wilayah Nusantara dengan cara licik.
*Jadi, Jangan Terkecoh*
Jadi bro, kalau kamu melihat ada bupati atau pegawai pribumi di bawah Belanda, ingatlah bahwa itu bagian dari permainan licik Belanda untuk mempertahankan kontrol, bukan karena pribumi setuju sama penjajah. Dan banyak dari mereka yang tetap memiliki jiwa perjuangan, hanya saja caranya yang terpaksa menyesuaikan keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar