PKI 1948 menggunakan jargon "Pondok Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati" dalam pergerakanya karena PKI tau bahwa untuk menguasai Indonesia maka harus menghancurkan kekuatan Nahdlatul Ulama (berlaku sampai saat ini).
Tiga simbol yg disebut didalam jargon mereka adalah merupakan pilar kekuatan Nahdlatul Ulama yaitu pondok, langgar/musholla dan santri. Jika tiga pilar itu lemah maka bisa dipastikan kekuatan nahdlatul ulamapun menjadi lemah.
Setiap jargon atau propaganda bisa dipastikan mempunyai variasi pola-pola turunan gerakan untuk mencapai tujuan gerakan tersebut.
Nah dalam hal ini, saat ini muncul jargon "Belajar kepada habib bodoh lebih utama daripada belajar kepada 70 kyai yg alim".
Jargon ini terus digaungkan oleh mereka tanpa mereka tau darimana sumber jargon tersebut karena jika dikatakan jargon tersebut berasal dari ajaran agama jelas jargon tersebut justru bertentangan dengan ajaran alqur'an dan hadits bahkan kalaupun itu dianggap maqolah dari seorang ulama, ulama jenis apa yg berani mengeluarkan maqolah yg jelas-jelas bertentangan dengan alqur'an dan hadits..??
Oleh karenanya, adalah sangat patut diwaspadai bahwa jargon tersebut adalah "turunan" dari jargon "Pondok Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati" Sebagai upaya untuk melemahkan kekuatan Nahdlatul Ulama.
Perlu diwaspadai bahwa pola jargon "Belajar kepada habib bodoh lebih utama daripada belajar kepada 70 kyai yg alim" bisa mengakibatkan : 1.Orang memilih belajar kepada habib walaupun bodoh dg iming-iming syafa'at, barokah dll termasuk framing berita negatif tentang pesantren daripada belajar di pesantren. Sehingga pondok-pondok menjadi bobrok (Sudah mulai terjadi).
2. Berdirinya "majlis-majlis berkedok sholawat" yang diakuisisi milik individu/perorangan terbukti memiliki efek yg sangat luar biasa atas "bubarnya jama'ah langgar/musholla".
Orang lebih memilih mendatangi majlis sholawat dibanding mendatangi majlis ta'lim bahkan orang lebih memilih menghidupkan majlis sholawat dibanding memakmurkan musholla.
Majlis sholawat ini mayoritas pemiliknya adalah dari kalangan habib.
3. Jika kedua hal diatas tersebut sudah massive, maka tinggal menunggu kematian para kyai dan santri di pondok-pondok pesantren.
Jika santri dan kyai dipesantren sudah mati maka kehancuran Nahdlatul Ulama tinggal menunggu waktu, dan jika Nahdlatul Ulama hancur maka hancur pula Indonesia yg kita banggakan.
4. Sejarah membuktikan beberapa pemberontakan komunisme di Indonesia pemimpinya adalah seorang "oknum" Habib.
- PKI 1965 pemimpinya DN. Aidid dia seorang habib.
- PERAKU/PGRS pemberontakan PKI di Kalimantan Barat Th. 1967-1969 pemimpinya Ahmad Sofyan Baraqbah yg ditembak mati th. 1974 dia seorang habib.
Itulah sekelumit gambaran pola gerakan saat ini benang merahnya sangat jelas terlihat bagi orang-orang yang mau berfikir.
#Mari_Berfikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar