MUTIARA ILMU: 🌹 KEUTAMAAN DZIKIR ASMA'UL HUSNA 🌹

Kamis, 24 Juni 2021

🌹 KEUTAMAAN DZIKIR ASMA'UL HUSNA 🌹


::: Al Imam Abdullah bin Hasan bin Abdullah Al Atthas.

📖 Nadham Asma'ul Husna: 
Karya KH. Amdjad Alhafidz 

Sering sekali kita mendengar pembacaan Asma’ul Husna (nama-nama indah Allah) dalam doa-doa, di antaranya doa Ismul A’dham yang masyhur. 

Sebagian Asma’ul Husna pun ada yang diamalkan secara khusus, dengan diwiridkan dalam jumlah tertentu sesuai ijazah yang diberikan oleh guru. 

Pun Asma'ul Husna yang digunakan sebagai wirid berupa nadham karya dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) yakni KH. Amdjad al Hafidz. 

Beliau bertempat tinggal di Jl. Bledak Kanti II/3  Perumnas Tlogosari Semarang.

Beliau pengarang nadhom atau sya'ir atau sya'ir Asmaul Husna sehingga memudahkan setiap orang membaca dan menghafalkan. 

Asmaul Husan tidak hanya tersebar ke pelosok desa atau daerah di Indonesia , tetapi  sudah  diamalkan umat mancanegara.

Namun adanya ijazah wirid maupun tidak bukan suatu masalah untuk mengamalkannya. Karena zikir dan wirid adalah amalan yang dianjurkan Allah Swt dan Rasul-Nya. 

Asma’ul Husna sendiri sebenarnya memiliki keutamaan-keutamaan tersendiri, banyak rahasia dan manfaat yang terkandung di dalamnya. 

Apalagi jika sudah terbiasa mengimplementasikan Asma’ul Husna dalam sikap kesehariannya, seperti sifat Rahman yang artinya Maha Penyayang, maka bentuk pengimplementasiannya adalah dengan menyayangi seluruh mahluk-mahluk Allah ﷻ.

Syekh Shâlih al-Ja’fari mengatakan:

 فَالَّذِي يَدْعُو بِهَا فَقَدِ اسْتَجْلَبَ الْخَيْرَ كُلَّهُ لِنَفْسِهِ وَجَعَلَ الْوِقَايَةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الشَّرِّ كُلِّهِ، فَإِذَا قُلْتَ مَثَلًا الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ فَقَدِ اسْتَجْلَبْتَ الرَّحْمَةَ، وَإِذَا قُلْتَ: اللَّطِيْفُ فَقَدِ اسْتَجْلَبْتَ اللُّطْفَ... الخ

 “Orang yang berdoa dengan Asma’ul Husna maka telah meminta kebaikan seluruhnya, dan membuat pencegahan di antara dirinya dan keburukan seluruhnya. 

Jadi apabila engkau menyebut ar-Rahmân ar-Rahîm, maka kamu telah meminta rahmat, dan jika kamu menyebut al-Lathîf maka kamu telah meminta kelembutan, dan seterusnya.” 

(Muhammad bin Alwi al-Aidarus, Khawwâsh Asmâ` ul-Husnâ Littadâwi wa Qadhâ il-Hâjât, Dar el-Kutub, Shan’a, Cet. Ke-3 2011, Hal. 16)

Kesimpulannya, 
Manfaat yang kita dapatkan dari membaca Asma’ul Husna, seperti dijelaskan Syekh Shâlih al-Ja’fari, adalah sebagaimana Asma’ yang disebut. 

Disebutkan dalam kitab Khawwâsh Asmâ’ul-Husnâ Littadâwi wa Qadhâ il-Hâjât:

 فَذِكْرُهَا نَافِعٌ لِلدُّنْيَا وَالدِّيْنِ وَالآخِرَةِ، وَذِكْرُهَا يُسَمَّى مَجْمَعَ الْخَيْرَاتِ وَمَفَاتِحَ الْبَرَكَاتِ وَمَجَلَّى التَّجَلِّيَاتِ، مَاوَاظَبَ عَلَيْهَا مَكْرُوْبٌ إِلَّا فَرَّجَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ كُرْبَةً، وَلَا مَدْيُوْنٌ إِلَّا قَضَى اللهُ تَعَالَى دِيْنَهُ، وَلَا مَغْلُوْبٌ إِلَّا نَصَرَهُ اللهُ تَعَالَى، وَلَامَظْلُوْمٌ إِلَّا رَدَّ اللهُ تَعَالَى مَظْلَمَتَهُ، وَلَا ضَالٌّ إِلَّا هَدَاهُ اللهُ، وَلَامَرِيْضٌ إِلَّا شَفَاهُ اللهُ تَعَالَى، وَلَا مُظْلِمُ الْقَلْبِ إِلَّاَ نَوَّرَ اللهُ تَعَالَى بِهَا قَلْبَهُ

“Menyebut Asma’ul Husna bermanfaat bagi (urusan) dunia, agama, dan akhirat, dan zikirnya dinamakan kumpulan kebaikan-kebaikan, kunci-kunci keberkahan, dan singkapan kejelasan. 

Tidaklah kesulitan yang ditekuni dengan Asma’ul Husna melainkan Allah lapangkan kesulitannya, tidaklah hutang melainkan Allah tunaikan hutangnya, tidaklah kekalahan melainkan Allah akan menolongnya, tidak orang yang dizalimi melainkan Allah kembalikan kezalimannya, tidaklah orang yang sesat melainkan Allah beri petunjuk, tidaklah orang yag sakit melainkan Allah sembuhkan penyakitnya, tidaklah kegelapan hati melainkan Allah terangi hatinya dengan Asma’ul Husna. 

(Muhammad bin Alwi al-Aidarus, Khawwâsh Asmâ` ul-Husnâ Littadâwi wa Qadhâ il-Hâjât, Dar el-Kutub, Shan’a, Cet. Ke-3 2011, Hal. 17)

Demikian keutamaan-keutamaan dari membaca Asmaul Husna.

Lalu, bagaimana ketika muncul pertanyaan, mengapa setelah mengamalkan muncul pertanyaan mengapa faedah tersebut belum datang juga, misalkan???

Perlu kita ketahui bahwa tujuan utama dari zikir sebenarnya bukan keutamaan itu sendiri, melainkan Allah ﷻ, sedangkan keutamaan adalah bonus saja. 

Dzikir merupakan pertanda hidupnya hati. Kualitas dzikir juga berkaitan dengan kebiasaan Si Pelaku dzikir.

Dzikirnya orang yang sudah memiliki derajat di sisi Allah tentu berbeda dengan orang yang sehari-harinya jarang menyebut Asma’-Nya.

Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.
🌹🌹☕

Tidak ada komentar:

Posting Komentar