MUTIARA ILMU

Selasa, 05 November 2024

METODE SETOR HAFALAN BERBASIS LAGU





Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA



Saya berkomitmen, puteri puteri dan santri santri sebelum ikut program tahfidz al-Qur'an terlebih dahulu saya kenalkan metode cepat baca kitab kuning "Amtsilati" yang kebetulan kendati belajar otodidak saya mendapat syahadah atau rekomendasi dari pengarang kitabnya KH. Taufiqul Hakim Jepara Jateng.

Bahkan, beberapa tahun yang lalu saya mengundang beliau untuk uji publik hasil didikan saya selama enam bulan lamanya. Alhamdulillah, semua santri saya bisa menjawab pertanyaan seputar gramatika arab dan seperangkat ilmu lainya mulai dari ilmu sharraf, i'rab, i'lal, dan nadzam alfiyah yang 1000 bait.

Takjubnya lagi, santri santri saya pada waktu itu masih usia sekolah dasar semua namun sudah hafal nadzam alfiyah 1000 bait. Tentu metode yang saya terapkan setoran dan menggunakan lagu yang disukai mereka sehingga selama prosesi belajar mengajar merasa happy.

Dalam kesempatan itu saya mengungkapkan, metode Belajar yang baik dan efektif menurut Umar bin Abu Bakar, guru Imam Abu Hanifah.
 
"Sebagaimana tercantum dalam kitab Ta’limul Muta’alim karya Syekh Al-Jarnuzi pada halaman dua puluh tujuh disebutkan bahwa metode menghafal menurut iman Umar bin Abu Bakar yaitu bagi penuntut ilmu awal atau santri dalam permulaan belajar sebaiknya membaca hafalan pelajaran dengan dua kali pengulangan," ujarku pada saat wisuda Amtsilati di al-Mihrab Foundation yang dihadiri dai nasional dari pulau Dewata Bali.

 Saya melanjutkan, entah mampunyai sebaris, dua baris, atau tiga baris atau lebih. Lakukanlah dua kali pengulangan. Dan lebih baiknya bagi santri permulaan belajar tidak terlalu banyak menghafal. Yang penting terakhir dibaca bersama menggunakan lagu yang diringi tepuk tangan dan musik tradisional lainnya.
 
"Jangan terlalu banyak memahami pelajaran pada setiap harinya. Dan jika dalam pengulangan yang kedua kali hafal, maka itulah kadar kemampuan seseorang," jelasku pada wali santri.
 
Dicontohkan, Seperti santri A menghafal dua baris nadzam Alfiyah Ibnu Malik, setelah dua baris dibaca sekaligus dihafal, dan ternyata mampu untuk mengingat, maka kadar kemampuan santri A tersebut menghafal adalah dua baris. Dan berlaku kelipatan, begitu juga seterusnya. 
 
"Setelah menghafal dengan sedikit demi sedikit, maka langkah selanjutnya yaitu dtambahkan satu baris berikutnya dan setiap harinya, ditambah hafalan minimal sehari sebaris sesuai kadar kemampuan otak seseorang. Maka dari itu otak akan terbiasa digunakan untuk menghafal," paparku selanjutnya.
 
Selain itu, lanjutnya, dalam kitab yang akrab dikaji di pesantren ini juga menerangkan bahwa otak jika tidak dilatih untuk menghafal, maka akan menjadi lambat dan cepat lupa. “Otak akan semakin tajam jika digunakan untuk menghafal,” ungkapku pada wisuda Amtsilati di al-Mihrab Foundation.
 
"Kemudian jika telah dihafal berulang ulang, maka setelah nanti bertambah banyak hafalan, jika ingin mengingatnya kembali cukup dengan membaca dua kali saja akan langsung hafal nadzam yang dihafalkan," imbuhku lagi.
 
Dikatakan, dalam kitab Ta’lim, sebaiknya mendahulukan menghafal kemudian memahami pelajaran tersebut. Karena hanya ada dua batasan dalam belajar yaitu menghafal dan memahami. 
 
Saya mencontohkan jika ingin mempelajari nadzam Jurumiyah, Imrithi, ataupun Alfiyah maka hafalkanlah dahulu nadzamnya lalu fahamilah dan jangan lupa untuk menuliskannya. Setiap santri saya wajibkan membawa catatan untuk menulis paparan yang saya presentasikan. Tidak hanya itu, satu persatu secara bergiliran mereka saya minta menjelaskan ulang menggunakan papan tulis didepan rekan rekannya yang lain.
 
Dalam sambutan wisuda Amtsilati itu saya bercerita tentang Imam Syafi’i dahulu ketika membuka sebuah kitab lalu memahaminya, maka kitabnya ditutupi sebagian. Dikhawatirkan takut memahami keseluruhan. “Karena Imam Syafi’i jika membaca satu kali itu langsung faham dan hafal,” kataku pada jamaah pengajian. 
 
Sehingga lanjutnya, dengan Imam Syafi’i menutup sebagian kitabnya akan semakin mendalami bagian yang sedang dibacanya. Dan akan semakin faham. “Kan kalau dibuka semuanya akan hafal semua tetapi kurang mendalaminya, kira-kira begitu,” paparku. 
 
Saya melanjutkan, hal itu berbeda dengan kalian yang membaca berulang-ulang tidak hafal-hafal dan entah faham entah tidak, kemudian ditinggal ngerumpi maka lupalah semuanya,” sontak membuat puluhan  santri tertawa. 
 
“Maka dari itu, belajarlah sedikit demi sedikit,” pungkasku

Mengapa sebelum masuk program tahfidz al-Qur'an saya gembleng ilmu alatnya terlebih dahulu.? Alasannya sederhana agar mereka paham dan mengerti apa yang diharapkannya. Terus terang, tidak sedikit para hafidz hafidzah hanya sekedar hafal belaka tetapi tidak paham isi dan kandungan al-Qur'an. Terlebih metode cepat baca kitab kuning Amtsilati contoh contohnya ayat al-Quran semua sehingga diharapkan saat ikut program tahfidz al-Quran sudah familiar dengan bacaan al-Qur'an.

Salam Qur'ani, Prajekan, 6 November 2024

Minggu, 27 Oktober 2024

Latar Belakang Munculnya Sumpah Pemuda


Pada 1817, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan sekolah dasar pertama di Batavia, yang dikhususkan bagi kalangan "pribumi" priyayi seperti bupati dan wedana. Beberapa sekolah yang pertama kali didirikan di antaranya adalah Weltevreden dan Molenvliet.

Kemudian pada 1901, melalui pidato Ratu Wilhelmina, Pemerintah Kolonial Belanda secara resmi menerapkan politik etis atau politik balas budi di Hindia Belanda, sebutan wilayah Indonesia masa dulu. Akibatnya, sekolah yang sebelumnya hanya dibuka untuk golongan priyayi atau ningrat, dapat dirasakan juga oleh masyarakat golongan "pribumi" secara menyeluruh.

Kemunculan sekolah-sekolah ini melahirkan golongan terpelajar di Hindia Belanda. Golongan terpelajar ini yang kemudian menginisiasi adanya "pergerakan nasional".

Pada 1905, kemenangan Jepang atas Rusia memicu lahirnya pergerakan nasional yang menciptakan semangat nasionalisme di beberapa wilayah Asia, termasuk Hindia Belanda.

Dengan adanya kesadaran untuk bersatu dan berjuang bersama melawan penjajah, masyarakat Indonesia saat itu mulai mendirikan organisasi kepemudaan, seperti Budi Utomo (1908), Jong Java (1915), hingga Persatuan Pelajar Indonesia (1926).

Kemunculan berbagai organisasi kepemudaan di tengah hadirnya ide akan kesadaran nasional telah mendorong para pemuda untuk bergabung. Pada akhirnya, organisasi kepemudaan diintegrasikan menjadi satu gerakan nasional melalui pertemuan yang disebut dengan Kongres Pemuda, sebagaimana dikutip dari buku berjudul "Sumpah Pemuda" yang ditulis oleh Momon Abdul Rahman, dan kawan-kawan, dan diterbitkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008.

Kongres Pemuda Pertama
Pada 15 November 1925, seorang wartawan dari Koran Hindia Baroe, Mohammad Tabrani mengadakan pertemuan di Gedung Lux Orientis, Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai organisasi kepemudaan, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Minahassische Studierenden, Sekar Roekoen, dan peminat perorangan.

Pertemuan ini menghasilkan keputusan berupa akan diadakannya "Kongres Pemuda Indonesia Pertama" atau "Eerste Indonesisch Jeugd Congres" pada 30 April hingga 2 Mei di Gedung Vrijmetselaarsloge atau gedung Bappenas, Jakarta. Dengan tujuan untuk menyamakan persepsi antar berbagai organisasi kepemudaan di Indonesia.

Kongres pemuda pertama diselenggarakan selama tiga hari dalam beberapa pidato, sebagai berikut:

1. Hari pertama: pidato tentang gagasan persatuan Indonesia yang disampaikan oleh Soemarto (Jong Java).

2. Hari kedua: pidato tentang persamaan hak antara wanita dengan pria yang disampaikan oleh Bahder Djohan (Jong Sumatranen Bond) dan Stientje Adams (Minahassische Studeerenden).

3. Hari Ketiga: pidato tentang kemungkinan masa depan bahasa-bahasa Indonesia dan kesusastraan yang disampaikan oleh Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond).

Kongres Pemuda Kedua
Dua tahun kemudian, Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia (PPPI) menginisiasi untuk diadakannya kongres pemuda kedua. Mereka merasa kongres pertama tidak terlalu membawa hasil yang nampak dan memuaskan.

Dalam pertemuan yang dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw, Jakarta, PPPI bersama dengan organisasi kepemudaan lainnya sepakat untuk mengadakan kongres pemuda kedua. Kongres ini diselenggarakan pada 27 dan 28 Oktober 1928 di tiga tempat berbeda, yakni gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw (Rumah Indekos, Kramat No. 106).

Kongres pemuda tersebut diselenggarakan selama tiga kali rapat yang diisi oleh pidato, sebagai berikut:

1. Rapat pertama, 27 Oktober 1928, pukul 07.30: pidato tentang persatuan dan kebangsaan Indonesia yang disampaikan oleh Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond).

2. Rapat kedua, 28 Oktober 1928, pukul 08.00: pidato tentang pendidikan yang disampaikan oleh Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, Djoko Sarwono, dan Ki Hadjar Dewantara.

3. Rapat ketiga, 28 Oktober 1928, pukul 20.00: pidato tentang pergerakan pemuda Indonesia terhadap pemuda internasional yang disampaikan oleh Mr. Soenario.

Putusan Kongres Pemuda
Melalui pidato dan diskusi yang disampaikan oleh berbagai tokoh, maka kongres pemuda kedua akhirnya menghasilkan putusan yang selanjutnya dikenal sebagai "Sumpah Pemuda", dengan isi sebagai berikut:

Pertama
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia

Kedua
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.


Setelah putusan ini, panitia rapat menyatakan bahwa azas ini wajib dipakai oleh tiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dengan dasar kemauan, sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kepanduan.