MUTIARA ILMU: November 2024

Kamis, 28 November 2024

“Mengapa Kehadiran KH Imaduddin Utsman Al Bantani Tidak Diperlukan dalam Diskusi Nasab Ba’alwi: Fokus pada Bukti dan Fakta Ilmiah : Buku Setebal 500 Halaman Tak Cukup Bukti Valid “

**

 https://www.walisongobangkit.com/mengapa-kehadiran-kh-imaduddin-utsman-al-bantani-tidak-diperlukan-dalam-diskusi-nasab-baalwi-fokus-pada-bukti-dan-fakta-ilmiah-buku-setebal-500-halaman-tak-cukup-bukti-valid/

*1. “Tidak Perlu Kehadiran Kyai Imaduddin dalam diskusi”*

Pembahasan yang sehat dan ilmiah seharusnya selalu fokus pada esensi tema yang dibahas, bukan pada siapa yang berbicara. Dalam konteks polemik nasab Klan Ba’alwi, penting untuk mengutamakan fakta-fakta dan bukti ilmiah yang ada, bukan semata-mata memperdebatkan individu atau kelompok tertentu.

Pembahasan terkait nasab Klan Ba’alwi telah mencapai kesimpulan akhir berdasarkan analisis sejarah dan bukti genetik, bahwa Klan Ba’alwi bukanlah dzuriyat Nabi Muhammad SAW. Kesimpulan ini belum terbantahkan secara ilmiah, baik melalui bukti sejarah yang sezaman maupun melalui data genetika seperti haplogroup yang telah dikaji. Dalam diskusi ini, penting untuk tetap mengedepankan kebenaran dan bukti ilmiah, tanpa dipengaruhi oleh sentimen terhadap pihak tertentu.

Mengalihkan fokus dari esensi pembahasan kepada orang yang berbicara hanya akan mencakup diskusi dan tidak menyelesaikan permasalahan yang ada. Seharusnya yang menjadi perhatian utama adalah validitas dan kekuatan argumen, bukan siapa yang mengutarakannya.

 

*Yang Penting Adalah Data dan Fakta yang Valid*

Dalam pembahasan mengenai klaim nasab, yang paling penting adalah data dan fakta yang valid, bukan sekedar memuat atau siapa yang berbicara. Kita harus fokus pada bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Salah satu hal yang perlu dicermati adalah ketiadaan dokumen sejarah yang mencatat nama Ubaidillah yang bisa membuktikan klaim nasab Ba’alwi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, dari abad ke-4 hingga abad ke-8 Hijriah. Selama rentang waktu tersebut, tidak terdapat bukti dokumen sejarah yang dapat menunjukkan keberadaan nama tersebut dalam konteks yang sah secara ilmiah. Ini adalah fakta penting yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Jika ada klaim tentang nasab atau garis keturunan yang tidak didukung dengan bukti sejarah yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan, maka klaim tersebut seharusnya diragukan. Tanpa adanya dokumen yang sah dan valid yang dapat mengkonfirmasi nasab tersebut, maka klaim tersebut tidak dapat diterima sebagai kebenaran ilmiah.

 

*2. “Tinjauan Terhadap Klaim Kepemilikan Manuskrip Asli oleh Rabithah Alawiyah”

Dalam diskusi ilmiah terkait klaim kepemilikan manuskrip asli, khususnya yang diklaim dimiliki oleh Rabithah Alawiyah, penting untuk mengutamakan transparansi dan verifikasi ilmiah. Jika memang benar bahwa Rabithah Alawiyah memiliki manuskrip asli yang dapat membuktikan klaim tertentu, maka langkah pertama yang harus diambil adalah mempublikasikan dokumen tersebut kepada masyarakat luas. Proses ini harus melibatkan ahli dari berbagai bidang, seperti filologi, sejarah, dan konservasi naskah, untuk melakukan analisis mendalam terhadap keaslian dan relevansi naskah tersebut.

Penting untuk diingat bahwa dalam ilmu pengetahuan, klaim tanpa bukti konkret tidak dapat diterima begitu saja. Ketika sebuah organisasi atau individu mengklaim memiliki suatu dokumen bersejarah yang bernilai tinggi, seperti manuskrip yang dimaksudkan, maka langkah selanjutnya adalah membuka akses bagi para ahli untuk melakukan verifikasi. Hal ini adalah bagian dari metodologi ilmiah yang mengedepankan keterbukaan dan keterpercayaan terhadap bukti yang ada.

Apabila manuskrip asli tersebut memang ada dan relevansi historisnya terbukti, maka publikasi dan verifikasi melalui proses ilmiah akan memberikan kontribusi besar dalam memperkaya pengetahuan sejarah dan keturunan. Namun apabila klaim tersebut tidak dibarengi dengan bukti yang dapat valid, maka klaim tersebut tetap bersifat spekulatif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, manuskrip verifikasi tersebut adalah langkah yang sangat penting untuk memastikan keabsahan klaim yang ada.

 

*Fakta Terkait Klaim Manuskrip Asli oleh Rabithah Alawiyah:*

Fakta yang harus diakui adalah bahwa hingga saat ini, Rabithah Alawiyah tidak mampu menghadirkan manuskrip asli yang telah divalidasi keasliannya oleh pakar atau ahli independen. Dalam dunia ilmiah, klaim kepemilikan dokumen bersejarah yang signifikan harus dibarengi dengan bukti yang dapat dibenarkan oleh pihak yang kompeten dan independen, seperti ahli filologi, sejarah, dan konservasi naskah.

Proses verifikasi keaslian suatu manuskrip melibatkan analisis menyeluruh terhadap berbagai aspek, seperti bahan naskah, teknik penulisan, dan konteks historis. Tanpa adanya proses verifikasi yang melibatkan pakar yang diakui dan independen, klaim kepemilikan manuskrip asli tersebut menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu, penelitian tentang naskah-naskah kuno memerlukan metode yang ketat, seperti uji karbon untuk menentukan usia bahan naskah, serta analisis filologi untuk memverifikasi gaya penulisan dan keaslian bahasa yang digunakan. Tanpa bukti yang obyektif ini, klaim tentang keberadaan manuskrip asli tetap menjadi tuduhan tanpa dasar.

 

*Data Fakta yang Ditemukan:*

Dari buku yang diterbitkan oleh Klan Ba’alwi berjudul “Keabsahan Nasab Ba’alwi” , yang memuat lebih dari 500 halaman, ada klaim tentang adanya manuskrip abad ke-5 Hijriyah yang tercatat pada halaman 27. Dalam buku tersebut, dipamerkan screenshot yang katanya berasal dari manuskrip kuno tersebut. Namun, ketika diperhatikan lebih teliti, terdapat ketidaksesuaian yang mencolok.

Screenshot yang diperlihatkan menunjukkan aksara Arab gundul dengan model tulisan nyambung yang sangat mirip dengan gaya tulisan yang lazim digunakan pada akhir abad ke-19 atau abad ke-14 Hijriyah, jauh setelah periode yang dianggap sebagai waktu penulisan manuskrip tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana mungkin sebuah manuskrip yang diklaim berasal dari abad ke-5 Hijriyah, ternyata menggunakan gaya tulisan yang baru muncul hampir 600 tahun kemudian?

Dengan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa klaim Rabithah Alawiyah tentang manuskrip abad ke-5 Hijriyah tidak dapat dibenarkan, karena bukti yang ditampilkan justru menunjukkan adanya manipulasi atau kesalahan dalam pengidentifikasian naskah tersebut. Bahkan temuan ini memperkuat dugaan bahwa klaim tersebut merupakan upaya untuk menipu umat dengan menyebarkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pada akhirnya, untuk memastikan integritas klaim ini, langkah yang paling tepat adalah memperkenalkan manuskrip tersebut kepada publik dan ahli yang kompeten untuk proses verifikasi yang objektif dan ilmiah. Hanya dengan cara ini klaim tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan diterima dalam kerangka ilmiah yang valid. Namun, tanpa adanya verifikasi yang jelas dan transparan, klaim tersebut tetap tidak dapat dipercaya.

 

Jika manuskrip yang diklaim tidak bisa divalidasi oleh pihak yang kompeten dan independen, serta jika bukti yang ditampilkan ternyata mengandung kejanggalan seperti yang ditemukan dalam buku tersebut, maka klaim tersebut harus diselidiki. Tanpa adanya bukti konkret yang dapat diuji secara ilmiah, klaim mengenai keberadaan manuskrip asli tersebut tidak lebih dari sekedar pernyataan yang tidak memiliki dasar yang kuat. Oleh karena itu, kita harus tetap berhati-hati dalam menerima klaim-klaim yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang jelas.

 

*3. “Analisis Kritis terhadap Buku ‘Keabsahan Nasab Ba’alwi’ 500 halaman: Ketebalan Tidak Menjamin Validitas, Tanpa Bukti yang Kuat”*

Jumlah halaman dalam sebuah karya ilmiah atau penelitian tidak dapat dijadikan tolok ukur utama untuk menilai validitas suatu argumen atau bukti yang disampaikan. Banyaknya halaman dalam suatu dokumen, meskipun mencerminkan luasnya pembahasan, tetap tidak menjamin kekuatan dan keabsahan dari argumen yang disampaikan. Dalam konteks klaim yang berkaitan dengan genealogis atau nasab, seperti yang disinggung dalam polemik mengenai Klan Ba’alwi, penting untuk mengedepankan bukti yang dapat diuji dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik melalui data sejarah yang sezaman maupun bukti genetik yang terverifikasi.

 

*A. Pertanyaan Dasar yang Belum Terjawab*

Jika klaim dalam sebuah karya, seperti buku atau penelitian, tidak dapat menjawab pertanyaan dasar yang sangat penting, maka klaim tersebut harus diselidiki. Dalam konteks genealogis, pertanyaan dasar yang perlu dijawab adalah bukti sejarah sezaman yang mendukung klaim keturunan Nabi Muhammad SAW. Selain itu, bukti analisis genetik , seperti yang telah diterapkan oleh sejumlah peneliti dalam studi haplogroup, juga menjadi aspek penting dalam menilai kebenaran klaim tersebut. Tanpa adanya jawaban yang memadai terhadap pertanyaan-pertanyaan dasar ini, karya atau klaim tersebut tidak dapat dianggap valid atau lengkap secara ilmiah.

 

*B. Bukti Sejarah Kehidupan*

Bukti sejarah sezaman adalah elemen yang sangat penting dalam menilai suatu klaim genealogis. Dalam ilmu sejarah, klaim yang tidak didukung oleh sumber sejarah yang sebanding dengan waktu yang dibicarakan akan tetap lemah. Misalnya, untuk membuktikan bahwa seseorang berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW, harus ada bukti dokumentasi atau referensi sejarah yang dapat menunjukkan keturunan keturunan tersebut pada periode-periode yang relevan. Tanpa adanya dokumen atau naskah yang secara jelas mencatat garis keturunan tersebut, silsilah klaim akan tetap diragukan.

Dalam kasus ini, tidak adanya dokumen sejarah sezaman yang mencatat nama Ubaidillah atau leluhur langsung dari Klan Ba’alwi pada periode yang diakui secara ilmiah, dari abad ke-4 hingga abad ke-8 Hijriyah, menjadi sebuah masalah besar. Tanpa bukti sejarah yang jelas, klaim yang disampaikan hanya dapat dianggap sebagai teori atau spekulasi yang tidak terverifikasi.

 

*C. Bukti Genetik dan Analisis Haplogroup*

Salah satu metode yang saat ini banyak digunakan untuk memverifikasi klaim keturunan adalah analisis genetik . Dalam hal ini, haplogroup menjadi alat penting dalam menentukan asal-usul leluhur berdasarkan penanda genetika yang diwariskan dari generasi ke generasi. Beberapa penelitian, termasuk yang dilakukan oleh Dr. Sugeng Sugiarto dan Dr. Michael Hammer, menunjukkan bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW memiliki haplogroup haplogroup J1. Sebaliknya, hasil analisis terhadap Klan Ba’alwi menunjukkan keberadaan haplogroup yang berbeda (Happlogroup G), yang lebih terkait dengan keturunan dari wilayah atau kelompok yang berbeda secara genetik.

Jika sebuah karya atau penelitian tidak dapat menjawab permasalahan ini dengan data genetik yang valid, maka klaim tersebut akan tetap terjebak dalam ranah cakrawala belaka. Argumentasi ilmiah yang kuat harus didasarkan pada bukti yang bisa diuji dan diterima secara global oleh komunitas ilmiah, bukan hanya mengandalkan jumlah halaman atau opini pribadi tanpa dukungan data yang kuat.

 

*D. Pentingnya Argumen dan Data Valid, Bukan Jumlah Halaman*

Seperti yang disebutkan sebelumnya, jumlah halaman dalam sebuah karya ilmiah bukanlah indikator utama dari kualitas atau kebenaran argumennya. Dalam dunia akademis, yang lebih penting adalah kekuatan *argumen dan data valid* yang digunakan untuk mendukung klaim yang diajukan. Sebuah karya yang tebal sekalipun, jika tidak dapat menjawab pertanyaan dasar atau memberikan bukti yang sahih dan dapat divalidasi, maka karya tersebut tidak dapat dianggap sebagai bukti yang sah.

Sebaliknya, karya yang lebih singkat namun padat dengan argumen dan bukti yang valid serta dapat diuji secara ilmiah, jauh lebih berharga dalam konteks diskusi ilmiah. Oleh karena itu, dalam konteks mengenai Klan Ba’alwi dan klaim nasab mereka, yang harus menjadi fokus utama adalah *bukti ilmiah yang jelas dan dapat diuji* , bukan sekadar volume atau panjang tulisan.

 

*4. Kesimpulan: Fokus pada Bukti dan Validitas*

Sebagai penutup, menyampaikan ilmiah yang sehat harus fokus pada *bukti, data, dan argumen yang terverifikasi secara ilmiah* , bukan pada siapa yang berbicara atau seberapa tebal buku yang diterbitkan. Jika suatu klaim tidak dapat dijawab dengan bukti sejarah yang jelas atau bukti genetik yang valid, maka klaim tersebut harus diselidiki. Sebaliknya, jika ada bukti yang jelas, maka bukti tersebutlah yang harus dijadikan dasar untuk menerima atau menolak klaim tersebut, tanpa perlu fokus pada panjang tulisan atau ketebalan buku.

Diskusi yang sehat harus didorong oleh data yang dapat diuji , argumen yang logis , dan pendekatan ilmiah yang objektif , bukan sekadar pertarungan jumlah halaman atau siapa yang mengutarakan.

Sunah Memotong Kuku


Memotong KUKU, hingga HARI-nya pun ada sunnahnya.

SABTU. 
Menyebabkan banyak makan. 

AHAD/MINGGU.
Hilang barokah hidupnya. 

SENIN. 
Barokah ilmunya. 

SELASA.
Mendatangkan bencana dan kerusakan. 

RABU. 
Buruk budi pekerti dan akhlaknya. 

KAMIS. 
Dilapangkan rezkinya.

JUM'AT. 
Punya sifat belas kasihan pada orang lain/welas asih. 

• Anjurkan hari yang disunnahkan memotong kuku yaitu :
SENIN, KAMIS, JUM'AT. 
Ketika memotong kuku hendaknya diawali membaca istighfar, sholawat Nabi. 
LAA ILAA HA ILLALLAH. 

Selesai memotong kuku, potongannya disimpan atau dikubur dalam tanah.
( Sumbet Kitab Al Bajuri Juz 1 ) 

Rasulullah ﷺ‎ bersabda : "Barang siapa yang menyampaikan 1( satu ) ilmu saja dan ada orang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikannya sudah tiada ( meninggal dunia ), dia akan tetap memperoleh pahala." ( HR. Al-Bukhari ) 

N/b : Mulailah sesuatu dari arah kanan.


Selasa, 19 November 2024

KERIS JAWA DI MASA DAMAI



Orang orang Jawa menempatkan keris di punggung sebagai penanda bahwa negara sedang berada di masa damai. Menempatkan di punggung juga dalam rangka menghilangkan sikap ancaman pada siapa pun. Menghormati orang lain. Khususnya tamu.  

Filosofi lain yang diajarkan membawa keris di belakang tubuh adalah pantang bagi orang Jawa untuk menunjukkan kesaktiannya. 

Di masa kini,  pemandangan itu - pakai keris di depan atau terhunus -   tak pernah nampak kecuali dalam adegan sendra tari 

PADA MASA perang, keris ditempatkan di pinggang depan. Bahkan terhunus. Siaga.  Membawa keris di depan, artinya orang tersebut sudah siap mati dalam membela apa yang dipercaya dan dimiliki. Sebagaimana nampak pada lukisan Pangeran Diponegoro yang senantiasa menaruh kerisnya di depan dalam menghadapi Belanda. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pangeran Diponegoro sedang melawan penjajahan Belanda .

Pada zaman kerajaan dulu, meletakkan keris di belakang merupakan simbol kepatuhan kawula dan bupati  terhadap raja. Sebab meletakan keris di depan artinya sedang menunjukkan sikap perlawanan. Bahkan memberontak kepada raja.

Keris diletakkan di belakang juga karena faktor kenyamanan. Dahulu kala, mereka yang menghadap raja harus berjalan jongkok. "Mbebek". Agar lebih mudah maka keris diletakkan di belakang, sehingga prosesi "mbebek" tidak terganggu. 

Di masa damai, kini, orang orang Jawa menggunakan keris hanya sebagai kelengkapan busana upacara kebesaran, acara adat, acara seni budaya atau saat temu pengantin. Maka keris yang ada punggung di balik jas hitam berlobang pun dihias dengan intan atau berlian pada pangkal hulu keris. 

Bahkan sarungnya yang terbuat dari logam diukir sedemikian indah, berlapis emas berkilauan sebagai kebanggaan pemakainya. 

Keris juga dihiasi dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris dengan filosofi, dengan membawa keris agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna, sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri.

DALAM BUDAYA JAWA, keris merupakan salah satu dari lima benda yang harus dimiliki oleh laki laki dewasa, sebagai simbol kemapanan 

“Lima prakara kanggo jaka mardhika yaiku : garwa, wisma,turangga, curiga lan kukila" (lima hal untuk lelaki sejati adalah : rumah, istri, kuda, senjata dan burung “

Keris (curiga) merupakan simbol kesaktian dan keperkasaan ini berdampingan dengan empat benda lainnya yaitu Turangga (kuda atau kendaraan), Griya (rumah, tempat tinggal), Garwa (istri), dan Kukila (burung atau sarana hiburan). 

Tentu saja di era milenial fungsi keris sebagai senjata telah digantikan oleh perangkat yang lebih sakti seperti smartphone, laptop, ballpoint parker yang dengan tanda tangan ditorehkan bisa menghasilkan miliaran rupiah, mengucurkan pinjaman bank,  atau bisa mengubah nasib banyak orang, mengantarkan ke sel penjara, membebaskan dari tahanan, lolos di imigrasi, atau membunuh orang . 

Di sisi lain, keberadaan keris di masa kini menjadi karya artistik, benda koleksi bernilai tinggi,  komoditi bisnis yang mahal harganya. Juga sebagai jimat berkekuatan mistis dan diyakini bisa mendukung kekuasaan.   
Keris keris peninggalan masa Kerajaan Majapahit,mataram,pengging dll

"KERIS" sejatinya memang bukan senjata tikam
Melainkan sebagai "PIANDEL" atau "SIFAT KANDEL / PERCAYA DIRI" 

keris adalah manifestasi dari doa/harapan bagi sang pemilik karena setiap dapur,bentuk miliki arti & filosofinya masing".
Keris juga bukan benda klenik yg selalu dikaitkan dengan hal-hal perdukunan, tapi keris adalah benda spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup lebih baik.
Sebagai benda budaya nusantara yg resmi diakui UNESCO,
juga  sebagai produk budaya yang menandai kemajuan ilmu dan teknologi metalurgi masyarakat Nusantara di masa lalu, betapa majunya peradaban nenek moyang kita, pada masanya sudah ahli dalam metalurgi 
Jadi kita wajib ber bangga, bukan malah membully bahkan anti / phobia dengan warisan leluhur,
Menjaga budaya juga salah satu bukti nyata kita mencintai bangsa,

Salam Rahayu Sagung Dumadi🙏🏻

Minggu, 17 November 2024

Penipu Berbalut Sorban yang Memalsukan Nasab dan Sejarah Umat

*"

Sejak dahulu, Dajjal telah digambarkan dalam ajaran Islam sebagai sosok penuh tipu daya, yang akan menyesatkan umat manusia dengan prinsip realitas , sehingga neraka tampak seperti surga dan kebatilan disulap menjadi kebaikan. Di zaman modern ini, kita melihat bagaimana strategi Dajjal ditiru oleh para pengikutnya.
Saat ini kita bisa menyaksikan bersama, bahwa ada sebuah klan yang sering tampil di hadapan umat dengan berpenampilan seperti ulama dan mengaku-ngaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Namun, di balik penampilan itu, tersembunyi rahasia besar, kebatilan yang dijustifikasi, dan kejahatan yang disamarkan dengan pakaian kesalehan.

*Mengaku Cucu Nabi Muhammad SAW*
Salah satu tipu daya terbesar Klan Ba’alwi adalah mengklaim diri sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Alawi bin Ubaidillah. Klaim ini, yang mereka sebarkan ke seluruh dunia, telah dibongkar oleh berbagai penelitian ilmiah, baik dari sisi sejarah , filologi , maupun genetika . Dari sudut pandang genetik, haplogroup yang dimiliki oleh Klan Ba’alwi (haplogroup G) berbeda dengan haplogroup J1 , yang terbukti dimiliki oleh keturunan asli Nabi Muhammad SAW.
Namun, tidak ada satu pun Naqobah — lembaga yang memiliki otoritas dalam isbat nasab (pengesahan silsilah) di dunia Islam, termasuk di Arab Saudi, Maroko, Turki, dan Lebanon — yang pernah mengesahkan atau mengakui klaim Klan Ba’alwi ini. Ini adalah tipu daya yang luar biasa , dimana sebuah nasab palsu dipaksakan kepada umat untuk tujuan memanipulasi dan mengeksploitasi umat Islam.
Naqobah adalah lembaga yang bertugas menjaga keaslian nasab keturunan Nabi. Jika klaim Ba’alwi ini sah, seharusnya mereka tercatat dalam tujuh Naqobah besar dunia, tetapi kenyataannya, tidak ada satu pun Naqobah yang mengisbat nasab mereka hingga hari ini. Penipuan ini adalah salah satu bentuk ringkasan yang sangat besar yang tidak hanya mencemarkan kesucian keluarga Nabi, tetapi juga memutar umat Islam dalam memahami kebenaran sejarah .

*Penyalahgunaan Posisi dan Kekuasaan: Dosa-Dosa Tersembunyi di Balik  pangakuan sebagai keturunan Nabi saw*
Selain memalsukan nasab, Klan Ba’alwi juga sering terlibat dalam berbagai tindakan kejahatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Di balik citra mereka sebagai ulama, tersembunyi sejarah panjang yang penuh dengan pelanggaran moral dan kejahatan , termasuk:
1. *Perzinaan dan Perampokan* : Terdapat laporan mengenai anggota Klan Ba’alwi yang terlibat dalam tindakan asusila dan kriminal , termasuk di antaranya perzinahan, dan pemerasan. Mereka menggunakan status “keturunan Nabi” sebagai tameng untuk lolos dari jerat hukum dan untuk menutup nutupi dosa-dosa mereka di hadapan masyarakat.
https://www.walisongobangkit.com/daftar-deretan.../
2. *Pemalsuan Sejarah Nahdlatul Ulama (NU)* : Salah satu kejahatan terbesar yang dilakukan oleh Klan Ba’alwi adalah memalsukan sejarah berdirinya NU , dengan mengklaim bahwa mereka adalah pendiri atau memiliki peran besar dalam organisasi tersebut. Fakta sejarah menunjukkan bahwa NU didirikan oleh ulama-ulama pribumi , bukan oleh Klan Ba’alwi. Namun, klaim palsu ini tetap terus mereka sebarkan, dengan tujuan untuk merusak integritas sejarah dan meraup keuntungan politik serta sosial.
https://www.walisongobangkit.com/jangan-biarkan-sejarah.../
3. *Pemalsuan Makam Pahlawan dan Tokoh Pribumi* : Klan Ba’alwi juga terlibat dalam pemalsuan makam tokoh-tokoh besar Indonesia. Contoh kasus ini terlihat ketika makam KRT Sumadiningrat , seorang bangsawan Jawa, mengubah nasabnya menjadi "bin Yahya", yang menunjukkan adanya pemalsuan untuk membesarkan dirinya dengan keturunan Ba’alwi. Selain itu, terdapat kasus di mana Mbah Malik , keturunan Pangeran Diponegoro , juga diubah silsilahnya menjadi bagian dari garis keturunan Ba’alwi. Ini adalah bentuk penyesatan sejarah yang dilakukan secara sistematis.
https://www.walisongobangkit.com/nasehat-peneliti.../

*Topeng Kesalehan: Menipu Umat dengan Pakaian Ulama*
Seperti yang telah diperingatkan oleh Rasulullah SAW, di akhir zaman akan muncul orang-orang yang berpenampilan seperti ulama , tetapi hatinya adalah hati serigala. Mereka berbicara dengan lisan yang manis dan menampilkan diri sebagai orang saleh, namun pada kenyataannya, mereka menyebarkan kerusakan dan kebatilan di tengah masyarakat. Rasulullah bersabda:
“Akan muncul pada umatku di akhir zaman nanti orang-orang yang mencari dunia dengan menjual agama, mereka memakai pakaian dari bulu domba untuk menunjukkan kelembutan, lisan mereka lebih manis daripada madu, tetapi hati mereka adalah hati serigala.” (HR. Tirmidzi)
Klan Ba’alwi menggunakan strategi Dajjal , dengan menipu umat melalui penampilan lahiriah yang tampak saleh. Mereka menyamar sebagai ulama, tetapi misi mereka adalah menipu umat Islam , mengeksploitasi kepercayaan masyarakat dengan mengklaim diri sebagai "keturunan Nabi", padahal mereka sama sekali tidak memiliki nasab yang sah. Mereka bukan hanya sekedar menyalahgunakan status mereka, tetapi juga merusak akhlak masyarakat , menjaga kebenaran sejarah, dan mencemarkan nilai-nilai Islam.

*Dampak Buruk: Umat yang Hilang Jati Diri dan Harga Diri*
Penipuan yang dilakukan oleh Klan Ba’alwi ini memiliki dampak yang sangat serius bagi umat Islam. Generasi berikutnya berisiko menjadi generasi yang kehilangan jati diri . Jika sejarah dan kebenaran terus dimanipulasi, umat Islam akan tumbuh dalam kebingungan, tanpa mengetahui akar sejarah mereka yang sebenarnya. Klaim palsu tentang keturunan Nabi, pemalsuan sejarah NU, dan pemalsuan makam para pahlawan Indonesia merupakan upaya sistematis untuk menghapus identitas Islam dan nasionalisme sejati.
Umat Islam perlu sadar bahwa harga diri dan kehormatan mereka terancam hancur jika mereka terus tertipu oleh penampilan luar para penipu ini. Rasulullah SAW mengajarkan agar kita mencari ilmu dari ulama yang benar-benar berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah , bukan dari mereka yang menggunakan agama sebagai alat untuk kepentingan duniawi.

*Kesimpulan : Menghadapi Tipu Muslihat*
Umat Islam harus waspada terhadap tipu daya Klan Ba’alwi , yang telah memalsukan nasab , memutarbalikkan sejarah , dan melakukan berbagai kejahatan moral di balik topeng kesalehan dan pengakuan sebagai keturunan Nabi Muhammad saw. Mereka adalah peniru Dajjal , yang membuat neraka tampak seperti surga , dengan menjadikan kebatilan terlihat benar dan kebenaran tampak salah. Kita harus kembali kepada ajaran Islam murni , mencari kebenaran dari sumber yang sahih, dan tidak mudah tertipu oleh penampilan ulama palsu yang hanya bertujuan untuk mengeksploitasi umat.
Dengan memahami sejarah yang benar, umat Islam akan terhindar dari fitnah dan tipu daya akhir zaman, serta dapat menjaga harga diri dan identitas mereka sebagai pengikut Rasulullah SAW yang sejati.

*Referensi:*
1. Hadits Shahih Bukhari dan Muslim
2. Imam al-Tirmidzi, Jami' at-Tirmidzi , Kitab al-Fitan
3. Sugeng Sugiarto, Penelitian Genetik dan Nasab Keturunan Nabi , Universitas Indonesia
4. Prof.Dr.Manachem Ali, Filologi dan Kritik Nasab Klan Ba’alwi , Universitas Airlangga
5. Prof. Dr. Anhar Gonggong, Sejarah Perjuangan NU dan Pemalsuan Sejarah Nasional , Universitas Indonesia Press

Jumat, 15 November 2024

Silsilah 25 Nabi


Silsilah 25 Nabi

Terbit  7 November 2019 | Oleh : AdminRWM | Kategori : Belajar
Silsilah 25 Nabi

1. ADAM AS.
Nama: Adam As.
Usia: 930 tahun.
Periode sejarah: 5872-4942 SM.
Tempat turunnya di bumi: India, ada yang berpendapat di Jazirah Arab.
Jumlah keturunannya: 40 laki-laki dan perempuan.
Tempat wafat: India, ada yang berpendapat di Mekkah.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.
.
2. IDRIS AS.
Nama: Idris/Akhnukh bin Yarid, nama Ibunya Asyut.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As.
Usia: 345 tahun di bumi.
Periode sejarah: 4533-4188 SM.
Tempat diutus: Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis).
Tempat wafat: Allah mengangkatnya ke langit dan ke surga.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.
.
3. NUH AS.
Nama: Nuh/Yasykur/Abdul Ghaffar bin Lamak.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As.
Usia: 950 tahun.
Periode sejarah: 3993-3043 SM.
Tempat diutus (lokasi): Selatan Irak.
Jumlah keturunannya: 4 putra (Sam, Ham, Yafits dan Kan’an).
Tempat wafat: Mekkah.
Sebutan kaumnya: Kaum Nuh.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 43 kali.
.
4. HUD AS.
Nama: Hud bin Abdullah.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud As.
Usia: 130 tahun.
Periode sejarah: 2450-2320 SM.
Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman).
Tempat wafat: Bagian Timur Hadhramaut Yaman.
Sebutan kaumnya: Kaum ‘Ad.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7 kali.
.
5. SHALIH AS.
Nama: Shalih bin Ubaid.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒ Hadzir ⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒ Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih As.
Usia: 70 tahun.
Periode sejarah: 2150-2080 SM.
Tempat diutus: Daerah al-Hijr (Mada’in Shalih, antara Madinah dan Syria).
Tempat wafat: Mekkah.
Sebutan kaumnya: Kaum Tsamud.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 10 kali.
.
6. IBRAHIM AS.
Nama: Ibrahim bin Tarakh.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As.
Usia: 175 tahun.
Periode sejarah: 1997-1822 SM.
Tempat diutus: Ur, daerah selatan Babylon (Irak).
Jumlah keturunannya: 13 anak (termasuk Nabi Ismail As. dan Nabi Ishaq As.). Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel).
Sebutan kaumnya: Bangsa Kaldan.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 69 kali.
.
7. LUTH AS.
Nama: Luth bin Haran.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Haran ⇒ Luth As.
Usia: 80 tahun.
Periode sejarah: 1950-1870 SM.
Tempat diutus: Sodom dan Amurah (Laut Mati atau Danau Luth).
Jumlah keturunannya: 2 putri (Ratsiya dan Za’rita).
Tempat wafat: Desa Shafrah di Syam (Syria).
Sebutan kaumnya: Kaum Luth.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 27 kali.
.
8. ISMAIL AS.
Nama: Ismail bin Ibrahim.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As.
Usia: 137 tahun.
Periode sejarah: 1911-1774 SM.
Tempat diutus: Mekah.
Jumlah keturunannya: 12 anak.
Tempat wafat: Mekkah.
Sebutan kaumnya: Amaliq dan Kabilah Yaman.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.
.
9. ISHAQ AS.
Nama: Ishaq bin Ibrahim.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As.
Usia: 180 tahun.
Periode sejarah: 1897-1717 SM.
Tempat diutus: Kota al-Khalil (Hebron) di daerah Kan’an (Kana’an).
Jumlah keturunannya: 2 anak (termasuk Nabi Ya’qub As./Israel).
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron).
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 17 kali.
.
10. YA’QUB AS.
Nama: Ya’qub/Israel bin Ishaq.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As.
Usia: 147 tahun.
Periode sejarah: 1837-1690 SM.
Tempat diutus: Syam (Syria).
Jumlah keturunannya: 12 anak laki-laki (Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Dan, Naftali, Gad, Asyir, Isakhar, Zebulaon, Yusuf dan Benyamin) dan 2 anak perempuan (Dina dan Yathirah).
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron), Palestina.
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali.
.
11. YUSUF AS.
Nama: Yusuf bin Ya’qub.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As.
Usia: 110 tahun.
Periode sejarah: 1745-1635 SM.
Tempat diutus: Mesir.
Jumlah keturunannya: 3 anak; 2 laki-laki dan 1 perempuan.
Tempat wafat: Nablus.
Sebutan kaumnya: Heksos dan Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 58 kali.
.
12. AYYUB AS.
Nama: Ayyub bin Amush.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub As.
Usia: 120 tahun.
Periode sejarah: 1540-1420 SM.
Tempat diutus: Dataran Hauran.
Jumlah keturunannya: 26 anak.
Tempat wafat: Dataran Hauran.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.
.
13. SYU’AIB AS.
Nama: Syu’aib bin Mikail.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Madyan ⇒ Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu’aib As.
Usia: 110 tahun.
Periode sejarah: 1600-1490 SM.
Tempat diutus: Madyan (pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai).
Jumlah keturunannya: 2 anak perempuan.
Tempat wafat: Yordania.
Sebutan kaumnya: Madyan dan Ash-habul Aikah.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 11 kali.
.
14. MUSA AS.
Nama: Musa bin Imran, nama Ibunya Yukabad atau Yuhanaz Bilzal.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Musa As.
Usia: 120 tahun.
Periode sejarah: 1527-1407 SM.
Tempat diutus: Sinai di Mesir.
Jumlah keturunannya: 2 anak, Azir dan Jarsyun, dari istrinya bernama Shafura binti Syu’aib As.
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang).
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir).
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 136 kali.
.
15. HARUN AS.
Nama: Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As.
Usia: 123 tahun.
Periode sejarah: 1531-1408 SM.
Tempat diutus: Sinai di Mesir.
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang).
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir).
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 20 kali.
.
16. DZULKIFLI AS.
Nama: Dzulkifli/Bisyr/Basyar bin Ayyub.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayyub As. ⇒ Dzulkifli As.
Usia: 75 tahun.
Periode sejarah: 1500-1425 SM.
Tempat diutus: Damaskus dan sekitarnya.
Tempat wafat: Damaskus.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori (Kaum Rom), Syria dan Yordania.
Al-Quran Menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.
.
17. DAUD AS.
Nama: Daud bin Isya.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As.
Usia: 100 tahun.
Periode sejarah: 1063-963 SM.
Tempat diutus: Palestina (dan Israel).
Jumlah keturunannya: 1 anak, Sulaiman As.
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem).
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkanya namanya sebanyak: 18 kali.
.
18. SULAIMAN AS.
Nama: Sulaiman bin Daud.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As.
Usia: 66 tahun.
Periode sejarah: 989-923 SM.
Tempat diutus: Palestina (dan Israel).
Jumlah keturunannya: 1 anak, Rahab’an.
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem).
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali.
.
19. ILYAS AS.
Nama: Ilyas bin Yasin.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As. ⇒ Alzar ⇒ Fanhash ⇒ Yasin ⇒ Ilyas As.
Usia: 60 tahun di bumi.
Periode sejarah: 910-850 SM.
Tempat diutus: Ba’labak (Lebanon).
Tempat wafat: Diangkat Allah ke langit.
Sebutan kaumnya: Bangsa Fenisia.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.
.
20. ILYASA’ AS.
Nama: Ilyasa’ bin Akhthub.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Ifrayim ⇒ Syutlim ⇒ Akhthub ⇒ Ilyasa’ As.
Usia: 90 tahun.
Periode sejarah: 885-795 SM.
Tempat diutus: Jaubar, Damaskus.
Tempat wafat: Palestina.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.
.
21. YUNUS AS.
Nama: Yunus/Yunan/Dzan Nun bin Matta binti Abumatta, Matta adalah nama Ibunya. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.).
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta ⇒ Yunus As.
Usia: 70 tahun.
Periode sejarah: 820-750 SM.
Tempat diutus: Ninawa, Irak.
Tempat wafat: Ninawa, Irak.
Sebutan kaumnya: Bangsa Asyiria, di utara Irak.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.
.
22. ZAKARIYA AS.
Nama: Zakariya bin Dan.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As.
Usia: 122 tahun.
Periode sejarah: 91 SM-31 M.
Tempat diutus: Palestina.
Jumlah keturunannya: 1 anak.
Tempat wafat: Halab (Aleppo).
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.
.
23. YAHYA AS.
Nama: Yahya bin Zakariya.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As. ⇒ Yahya As.
Usia: 32 tahun.
Periode sejarah: 1 SM-31 M.
Tempat diutus: Palestina.
Tempat wafat: Damaskus.
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.
.
24. ISA AS.
Nama: Isa bin Maryam binti Imran. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.).
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Radim ⇒ Yahusafat ⇒ Barid ⇒ Nausa ⇒ Nawas ⇒ Amsaya ⇒ Izazaya ⇒ Au’am ⇒ Ahrif ⇒ Hizkil ⇒ Misyam ⇒ Amur ⇒ Sahim ⇒ Imran ⇒ Maryam ⇒ Isa As.
Usia: 33 tahun di bumi.
Periode sejarah: 1 SM-32 M.
Tempat diutus: Palestina.
Tempat wafat: Diangkat oleh Allah ke langit.
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali, sebutan al-Masih sebanyak 11 kali, dan sebutan Ibnu (Putra) Maryam sebanyak 23 kali.
.
25. MUHAMMAD SAW.
Nama: Muhammad bin Abdullah.
Garis Keturunan Ayah: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Muhammad Saw.
Garis Keturunan Ibu: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad Saw.
Usia: 62 tahun.
Periode sejarah: 570-632 M.
Tempat diutus: Mekkah.
Jumlah keturunannya: 7 anak; 3 laki-laki Qasim, Abdullah dan Ibrahim, dan 4 perempuan Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah az-Zahra.
Tempat wafat: Madinah.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arab.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.
.
(Disarikan dari: Qashash al-Anbiya’ Ibn Katsir, Badai’ az-Zuhur Imam as-Suyuthi dan selainnya).

Boleh di SHARE sebanyak mungkin!!
Semoga bermanfaat.
AAMIIN…
.

SebelumnyaKesalahan dalam Shalat yang HARUS Dihindari - Panduan Ibadah dan Adab dengan IlustrasiSesudahnyaSudah Rutinkah Sholat Dhuha?

Tausiyah Lainnya

Senin, 11 November 2024

Mengungkap Kesesatan Ajaran dalam Kitab Manhajus Sawi : ““habib Bodoh” lebih mulia dari 70 ulama atau kiai yang saleh dan berilmu” : Menyelamatkan Pemahaman Umat dari Klaim Keutamaan Nasab yang Tidak Berdasar*

*

https://www.walisongobangkit.com/mengungkap-kesesatan-ajaran-dalam-kitabnya-klan-baalwi-berjudul-manhajus-sawi-habib-bodoh-lebih-mulia-dari-70-ulama-atau-kiai-yang-saleh-dan-berilmu/
________________________________________
Kitab Manhajus Sawi karya Habib Zein bin Smith telah menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Muslim Sunni Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja). Salah satu klaim yang sangat mengundang polemik adalah pernyataan yang menempatkan seorang “habib jahil” lebih mulia dari 70 ulama atau kiai yang saleh dan berilmu. Klaim semacam ini, yang mengutamakan nasab di atas ilmu dan ketaqwaan, jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

*Mengapa Klaim Ini Menyesatkan?*
1. *Islam Mengutamakan Ketaqwaan, Bukan Keturunan* Dalam Al-Qur'an, Allah SWT dengan jelas menyatakan bahwa keutamaan seseorang di sisi-Nya diukur berdasarkan ketaqwaan, bukan nasab. Firman Allah dalam Surat Al-Hujurat (49:13):
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
Ayat ini mengajarkan bahwa keturunan atau garis nasab tidak memberikan keistimewaan apapun jika seseorang tidak memiliki ketaqwaan. Oleh karena itu, pandangan yang mengutamakan seseorang hanya karena status nasabnya, bahkan jika dia tidak memiliki ilmu atau ketaqwaan, dibandingkan dengan ajaran Al-Qur'an.
2. *Pernyataan Nabi SAW Tentang Nasab dan Amal* Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
“Barang siapa yang amalnya memperlambatnya (untuk masuk surga), nasabnya tidak akan mempercepatnya.”
Hadits ini menegaskan bahwa amal dan ketaqwaan adalah penentu utama kekayaan seseorang, bukan keturunan. Rasulullah SAW, meskipun memiliki keturunan mulia, tidak pernah mengajarkan bahwa nasab itu dapat menutupi kekurangan amal atau menjadikan seseorang lebih mulia tanpa usaha dan ketaqwaan.
3. *Pandangan Ulama Sunni Tentang Keutamaan* Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya ilmu dan amal sebagai penentu kedudukan seseorang. Beliau berkata:
"Ilmu adalah pemimpin, dan amal adalah pengikutnya. Tidak ada keutamaan bagi orang yang tidak berilmu dan tidak bertakwa, meskipun ia memiliki nasab yang mulia."
Imam Syafi'i juga mengingatkan umat untuk tidak terpedaya oleh keturunan tanpa amal saleh. Beliau berkata:
“Kemuliaan seseorang itu tergantung pada agamanya, kesempurnaan akalnya, dan keindahan akhlaknya, bukan pada nasabnya.”

*Kritik Terhadap Doktrin dalam Manhajus Sawi*
Klaim dalam Manhajus Sawi yang mengutamakan keturunan dari segi keutamaan adalah bentuk penyimpangan yang bisa melanda umat Islam. Pandangan ini bisa memicu fanatisme nasab dan mengabaikan ajaran Islam yang menekankan keadilan, kesetaraan, dan pentingnya amal saleh.
Bahkan, klaim ini dapat merusak persatuan umat Islam dengan menimbulkan kesan bahwa keturunan Nabi memiliki status yang lebih tinggi terlepas dari keimanan dan amal perbuatan mereka. Ini berbahaya dan dapat memecah belah umat.

*Menjaga Kemurnian Ajaran Islam*
1. *Peran Ulama dalam Meluruskan Pemahaman* Ulama memiliki tanggung jawab besar untuk memahami pemahaman ini. Menurut Imam An-Nawawi, ulama harus tegas dalam menegakkan kebenaran dan menyanggah ajaran yang dapat merusak keimanan umat. An-Nawawi menulis dalam Syarah Shahih Muslim bahwa:
“Setiap Muslim mempunyai tanggung jawab untuk menyeru kepada kebenaran dan mencegah kemungkaran, terutama jika menyangkut akidah dan prinsip dasar Islam.”
2. *Pentingnya Berpegang pada Dalil yang Shahih* Mengutamakan pandangan yang berlandaskan dalil shahih dari Al-Qur'an dan Hadits adalah suatu keharusan. Ulama seperti Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Malik bin Anas selalu berpegang teguh pada prinsip ini. Mengabaikan ajaran ini dan hanya berpegang pada nasab adalah tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam.

*Kesimpulan*
Kitab Manhajus Sawi perlu dikritisi dan dipahami dengan hati-hati, terutama jika mengandung ajaran yang mengutamakan nasab di atas amal dan ketaqwaan. Umat Islam harus selalu berpegang pada prinsip bahwa keutamaan seseorang terletak pada ketaqwaan dan amal saleh, bukan pada keturunan atau garis nasab semata.
Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menilai seseorang berdasarkan ketaqwaan dan amalnya, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dengan demikian, kita dapat menjaga kemurnian ajaran Islam dan mempererat persatuan umat.

Minggu, 10 November 2024

SELAMAT HARI PAHLAWAN "ORANG TUA PAHLAWANKU"



Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA


Pahlawan itu tidak hanya para pendahulu bangsa yang gugur dimedan perang dalam mengusir para penjajah dari negeri ini, melainkan juga yang kerapkali dilupan pahlawan yang berada didepan pelupuk mata yaitu orang tua kita.

Yang disebut pahlawan bukan saja orang yang berjuang untuk kemerdekaan, akan tetapi siapapun orangnya yang telah berbuat sesuatu untuk orang lain agar hidupnya menjadi bahagia, mereka juga pahlawan.

Ketika orang tua rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anak-anaknya, ketika orang tua bekerja siang malam mencari nafkah untuk anak-anaknya lalu mereka berkata "rambate rata hayo, ringan sama dijinjing berat sama dipikul" dengan mengabaikan rasa berat dan lelah, mereka adalah pahlawan bagi anak-anaknya.
   
Pemberian orang tua kepada anak-anaknya merupakan kebaikan yang tidak bisa terbalaskan, dan dari sekian kebaikan orang tua kepada anak-anaknya, tidak ada yang lebih indah dan lebih berharga melebihi pemberian yang berupa pendidikan akhlak mulia.

Hadits nabi:

قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ 

Artinya: 
Nabi SAW bersabda: Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik. (HR Tirmidzi dan Hakim)

Selamat hari pahlawan, 10 November 2024

Pesan Syeikh Mulā Ramadhān al-Buthi

Pesan Seorang Ayah

Syeikh Mulā Ramadhān al-Buthi (seorang ulama terkemuka dari Syria) pernah berpesan kepada putranya, yakni Syeikh M. Said Ramadhān al-Buthi. Pesan ini disampaikan pada saat Syeikh M. Said Ramadhān al-Buthi masih remaja (sekitar usia 15 tahun) dan hendak mendaftar di suatu sekolah agama. Akhirnya pesan ini diabadikan oleh Syeikh M. Said Ramadhān al-Buthi dalam kitabnya “Hazhā Wālidy” (hal. 59. Cet. Dar al-Fikr). Berikut isi pesannya:

اعلم يا بني، أني لو عرفت أن الطريق الموصل إلى الله يكمن في كسح القمامة من الطرق، لجعلت منك زبالاً، ولكني نظرت فوجدت أن الطريق الموصل إلى الله هو العلم به وبدينه، لذلك قررت أن أسلك بك هذا الطريق.

Ketahuilah nak! Seandainya aku tahu bahwa jalan menuju ridha Allah Swt adalah dengan cara memungut sampah di jalan, maka aku akan menjadikanmu sebagai tukang sampah. Namun aku berfikir, lalu aku tahu bahwa jalan menuju ridha-Nya adalah dengan mengetahui-Nya dan mengetahui agama-Nya, maka aku mengarahkanmu berada di jalan ini.

Gambar kanan-kiri:
Syeikh Mula Ramadhan al-Buthi & Syeikh M. Said Ramadhan al-Buthi –rahimahumallahu ta’ala-

Sabtu, 09 November 2024

MENGENANG PERJUANGAN 10 NOVEMBER 1945


OLEH : _FAQIH WIRAHADININGRAT_

PERTANYAAN LOGIS DENGAN JAWABAN SEDERHANA

Ada pertanyaan besar. Di manakah posisi Para Habib pada HARI PAHLAWAN pada tanggal 10 Nopember 1945? Apakah mereka ikut berjuang dalam perang dahsyat di Surabaya pada saat itu?

Ataukah justru bersorak gembira, sembari berdoa agar Sekutu menang dan Belanda kembali menjajah Nusantara?

Tidak perlu seorang yang jenius untuk menjawab pertanyaan mudah tersebut. Tidak pula dibutuhkan seorang profesor sejarah demi memahaminya, cukup dengan logika sederhana saja.

Mari kita jawab dengan fakta sejarah :

1. Kaum Ba’alwi didatangkan ke Nusantara demi kepentingan Penjajah Belanda. Mereka 100% naik kapal Belanda, bekerja ikut Belanda, dapat gaji, fasilitas tanah, jabatan dan tentu saja menjadi antek Belanda demi melanggengkan penjajahan atas Bumi Nusantara.
2. Para Habib yang mengaku cucu Nabi padahal aslinya ras Yahudi Khazari, digunakan untuk mengkooptasi Ummat Islam agar tidak bangkit mengobarkan perang besar kembali. Pasca Perang Diponegoro (1825-1830), Belanda nyaris bangkrut. Negerinya sampai terpecah-belah di Eropa, menjadi Belgia, Luxemberg, dan sebagian dicaplok Prusia (Jerman). Belum lagi perang di Aceh yang berkepanjangan, serta di berbagai penjuru Kesultanan Nusantara lainnya. Pada tahun 1832 proyek mendatangkan kaum imigran dari YAMAN, negara paling miskin di Jazirah Arab dimulai. Dengan embel-embel mengaku cucu Nabi mereka diangkat di berbagai wilayah sebagai sosok MUFTI yang memberi fatwa jahat dan biadab. Diantaranya yaitu Mufti Batavia Usman bin Yahya yang mengharamkan pemberontakan pada Belanda. Lalu dia menghukumi sesat pada gerakan Thoriqoh karena perlawanan dari Kaum Sufi inilah yang paling sulit untuk dipadamkan. Dan tentu saja yang paling terkenal adalah ketika dia mendoakan secara menjilat pada Ratu Belanda pada hari ulang tahunnya. Sebagai imbalannya dia dapat gaji besar, fasilitas mewah dan medali penghargaan. Juga yang lainnya, ada Mufti Jawa Timur Ismail bin Abdullah Alatas yang mendoakan agar Belanda menjajah Nusantara untuk selama-lamanya. Ini belum lagi kejahatan mereka di berbagai penjuru, seperti pengkhiatan oleh Habib Abdurrahman Azzahir kepada perlawanan Bangsa Aceh. Atau terpancungnya Demang Leman pemimpin perlawanan Banjar oleh Habib Hamid bin Ali Alaydrus.

3. Kaum Ba'alwi absen di dalam berbagai momen kebangsaan. Baik itu momen Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, atau pada persiapan kemerdekaan baik melalui BPUPKI dan PPKI, apalagi pada hari Proklamasi 17 Agustus 1945. Hingga mereka juga tidak nampak batang hidungnya (yang panjang melengkung khas Yahudi) dalam mendukung Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. Fatwa yang monumental dari Hadrotussyaikh Hasyim Asy'ari inilah yang mempertegas kebulatan tekad dari Ummat Islam di dalam mempertahankan kemerdekaan.

4. Akhirnya dampak dari seruan perang suci tersebut, para Kyai Pesantren dan Kaum Santri dengan didukung oleh barisan rakyat dan laskar pejuang melakukan perang puputan pada tanggal 10 Nopember 1945. Yang dihadapi juga tidak main-main. Yaitu pasukan Sekutu, terdiri dari gabungan pasukan Inggris yang membonceng Belanda. Dimana mereka sedang berada di puncak kesombongan akibat kemenangannya pada Perang Dunia II melawan Jerman, Jepang dan Italia. Dan dalam perang habis-habisan tersebut, 100.000 gabungan Laskar Pejuang Nusantara dari berbagai daerah tumplek-blek di Surabaya menghadapi bombardir Inggris dari darat, laut dan udara. Tak terhitung berapa korban jiwa di kedua belah pihak. Dan hingga kini tidak terdengar seorang Ba'alwi tampil ikut berjuang dan gugur di dalam perang tersebut. Lalu kemanakah mereka? Jawabannya adalah mereka NGUMPET DAN NGUNGSI sesuai arahan mantan juragannya Belanda yang membonceng pasukan Sekutu tersebut. Gunanya untuk apa? Tentu saja agar nantinya tetap berguna bila Belanda kembali menancapkan kukunya lagi di Nusantara.

5. Anda tidak percaya? Sekarang jawab pertanyaan berikut. Di Surabaya jumlah mereka sangat banyak. Kebanyakan mereka tinggal di bekas tanah perdikan Sunan Ampel yang kini hampir ludes dikavling Belanda untuk mereka. Lokasi Ampel dekat dengan Jembatan Merah tempat terbunuhnya Brigjend Mallaby, juga tidak terlalu jauh dari pesisir utara tempat membanjirnya kapal-kapal perang sekutu. Bila mereka ikut berjuang dalam peristiwa 10 Nopember, harusnya lokasi yang dekat tersebut membuat mereka mendirikan laskar perlawanan atau ikut mengatur pasukan. Namun nyatanya? NIHIL !!!
Dan bila mereka benar mendukung kemerdekaan, adakah jejak mereka ikut berjuang di dalam Perang Kemerdekaan dalam Agresi Militer 1 dan 2? Adakah mereka ikut di dalam perang fisik tersebut ataupun sekedar menjadi seorang diplomat yang anti penjajahan? Yang ada malah tampil sosok seorang Hamid Algadri yang menjadi ajudan Ratu Belanda dan enak-enakan di Belanda di kala bangsa Indonesia mati-matian mempertahankan kemerdekaan.


DAMPAK PERISTIWA 10 NOPEMBER 1945

Peristiwa yang kini dikenal sebagai Hari Pahlawan tersebut sungguh sangat menggetarkan dunia. Betapa tidak karena ini memberikan dampak beragam :

1. Memberi pukulan keras kepada Inggris dan Sekutu bahwa sebagai pemenang Perang Dunia II ternyata mereka harus mengalami tragedi memalukan di Indonesia. Betapa tidak mereka yang tidak kehilangan seorang Jenderal pun dalam perang dunia, harus kehilangan 2 orang jenderalnya di Surabaya : MALLABY dan SYMONDS.
(https://www.google.com/amp/s/manado.tribunnews.com/amp/2020/11/09/mallaby-dan-guy-loder-symonds-2-jenderal-inggris-yang-gugur-dalam-pertempuran-di-surabaya)

2. Membangkitkan semangat nasionalisme dan perjuangan bagi Bangsa Indonesia. Bahwa sebagai bangsa yang baru merdeka dan mengkonsolidasikan diri, ternyata mampu memberikan perlawanan hebat pada era perang modern. Perang yang heroik ini memang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang besar. Tercatat sekitar 16 ribu tentara Indonesia dan 6 ribu pasukan Sekutu yang tewas. Sementara untuk korban sipil, jatuh korban sekitar 20 ribu nyawa. Mereka dari barisan laskar santri dan rakyat jelata yang harus tewas untuk menjadi bunga abadi bagi Ibu Pertiwi yang akan selalu harum mewangi.

3. Tercatat kehancuran infrastruktur di Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, serta 150 ribu pengungsi yang keluar kota menuju lokasi yang dirasa aman. Penulis yakin diantara 150 ribu orang ini begitu banyak kaum pengecut Ba'alwi yang mengungsi dengan terkencing di celana, sambil berdoa agar perang cepat usai dan kemenangan berada di pihak Belanda. Tujuannya, agar mereka bisa kembali hidup makmur, bergelimang fasilitas, serta menjadi warga kelas elit lagi. Suatu semangat rasisme yang nyata-nyata masih ingin mereka pertahankan di era kemerdekaan hingga kini, dengan arogansi yang berdiri di atas klaim sesat sebagai keturunan nabi.

4. Perlawanan massif di Surabaya, segera menjalar ke seluruh kota di penjuru negeri. Dan perjuangan di Nusantara ini menjadi prototipe atau percontohan bagi semua bangsa di seluruh muka bumi, bagaimana kemerdekaan itu harus direbut dan bukan semata diberi. Kelak Indonesia menjadi pelopor utama di dalam gerakan Asia-Afrika yang membangkitkan dan membidani kemerdekaan di negara-negara terjajah dari kedua benua tersebut.

5. Dengan keberanian dan semangat MERDEKA ATAU MATI yang menjadi semboyan, membuat penjajah harus memutar otak dengan strategi baru. Mereka berlaku licik dengan mengatur ritme dan tarik-ulur perundingan. Dari sini perlahan semangat perlawanan bisa digembosi dan dibuat perpecahan dari dalam. Tercatat di hampir setiap perundingan, kita selalu ‘dikadali’. Sementara itu beberapa kali PKI yang dimotori Muso Al Munawwar melakukan manuver hingga menusuk dari belakang melalui pemberontakan Madiun 1948. Semuanya menguntungkan penjajah. Hingga pada tahun 1949 mutlak hanya tinggal Jogjakarta yang menjadi wilayah Indonesia. Namun atas kehendak Allah dimana tetap meridhoi bangsa ini kembali berdaulat sepenuhnya. Hingga terjadi Serangan Fajar ‘Janur Kuning’ pada 1 Maret 1949. Serangan yang frontal ini dijiwai oleh pertempuran 10 Nopember 1945, dimana membuat mata dunia terbuka bahwa bangsa Indonesia masih ada. Dan akhirnya mampu memaksa Belanda untuk hadir dan berunding pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Pada puncaknya kemudian terjadilah penyerahan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949.
(https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Konferensi_Meja_Bundar)


MENYIKAPI KAUM PENGECUT

Dari ulasan sejarah tersebut, makin jelaslah sepak-terjang Klan Habaib Ba'alwi sebagai antek dan jongos penjajah. Dan Kaum Pengecut yang NGUMPET DAN NGUNGSI pada hari Pahlawan tersebut sungguh memang tidak tahu malu. Kini setelah Belanda kabur dan situasi sudah aman, mereka mengaku-ngaku sebagai para pejuang yang paling berjasa bagi kemerdekaan bangsa.

Kaum Pengecut yang licik ini melakukan kejahatan brutal bagi kebangsaan sebagai berikut :

1. Mengklaim sejarah kemerdekaan dimana mereka tidak terlibat di dalamnya. Seperti penentuan hari kemerdekaan, asal-usul bendera merah-putih, lagu kebangsaan, perancang lambang negara Burung Garuda Pancasila, dan lain sebagainya.

2. Mengaku keturunan Pahlawan Nasional dan para leluhur bangsa lainnya.

3. Membuat makam fiktif dan sekaligus memalsukan makam yang asli dari para pembesar Nusantara untuk diakui sebagai datuknya.

Dan kesemua kejahatan bagi kebangsaan tersebut masih banyak lagi bila harus ditambahkan dengan gerakan politik mereka yang jauh dari keluhuran, penuh caci-maki, terindikasi radikalis dan menabrak ideologi bangsa. Dalam gerakan spiritual, atas dasar kebohongan sebagai CUCU NABI mereka membuat fatwa sesat, cerita khurofat dan perilaku bejad. Yang kesemuanya mengalir dalam HOBBY NGIBUL dan PERILAKU CABUL.

Maka yang harus dilakukan adalah :

1. Membangkitkan kesadaran seluruh anak bangsa, lintas etnis, ras dan agama agar melawan KAUM RASIS dan PEMALSU SEJARAH BANGSA ini.

2. Bernarasi tegas dan bertindak jelas bahwa kejahatan ini harus dilawan bila tidak ingin bangsa ini semakin rusak perikehidupannya.

3. Mendesak negara hadir untuk menertibkan semua klaim sebagai keturunan Nabi dengan kaidah yang jelas. Karena dari sinilah segala akar kejahatan Kaum Habaib Ba'alwi memperoleh legitimasinya.

4. Negara dengan segala perangkat yang dimilikinya harus meluruskan sejarah bangsa yang hendak dibelokkan, sekaligus menerapkan payung hukum dan sanksi yang tegas.

5. Negara juga harus melindungi seluruh situs sejarah dan makam leluhur bangsa sebagai cagar budaya. Agar tidak mudah dipalsukan oleh para durjana dan kaum pengecut yang akan menjadi maling dan perampok di Nusantara.

Sebelum tulisan ini diakhiri, marilah kita mengheningkan cipta dan berdoa bagi seluruh Pahlawan Bangsa di segala medan perjuangannya dan di setiap lini masa, semoga mereka diterima di sebaik-baik tempat di sisi Allah SWT. Sekaligus semangat dan ketauladanan mereka dapat selalu menjiwai dan mengalir ke setiap sanubari kita dan para penerus bangsa ini selama-lamanya.
Aamiin.

https://mbahtoyiib.blogspot.com/2024/11/habib-baalwi-kaum-pengecut-di-hari.html

*DIMANA HABIB BA'ALWI,  DI HARI PAHLAWAN*

 "Pengecut hanya mengancam di saat dia aman."
(Johann Wolfgang von Goethe)

Wassalamu'alaikum, Rahayu Nusantaraku !
(Banyumas, 10 Nopember 2024)

Kamis, 07 November 2024

*Mengapa Klaim Terima Kasih ke Penjajah Belanda Harus Dipikirkan Ulang?*

*""Terima Kasih ke Penjajah Belanda dan Pribumi Jadi Antek? Eits, Jangan Lupa Sejarah Kelam dan Konteksnya Gan!!"*
________________________________________


Mukibin kabib gak ada otak, dia bilang kita harus berterima kasih ke Belanda karena "membangun Indonesia," itu pemikiran yang perlu diluruskan, deh. Faktanya, Belanda memang membangun infrastruktur, namun mereka melakukannya bukan untuk kesejahteraan pribumi , melainkan untuk kepentingan kolonial mereka sendiri. Sebagian besar pembangunan itu bertujuan untuk memaksimalkan eksploitasi sumber daya alam dan mengirimkan hasil bumi ke Eropa.

*Jejak Kemajuan Pribumi Sebelum Kolonial*

Sebelum Belanda datang, pribumi sudah mempunyai teknologi dan peradaban yang maju. Contoh?
1. *Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak* sudah dikenal sebagai peradaban kuat yang memiliki persenjataan teknologi seperti bedil dan meriam . Menurut Dr. Sri Margana , ceramah dari Universitas Gadjah Mada, teknologi senjata seperti itu sudah ada jauh sebelum Belanda datang. Kerajaan-kerajaan Nusantara tidak butuh "bantuan" Belanda untuk berkembang.
2. *Candi Borobudur dan Candi Prambanan* adalah bukti bahwa nenek moyang kita memiliki keahlian arsitektur dan teknologi yang luar biasa. Prof. Dr. Agus Aris Munandar , pakar sejarah dan arkeologi, menyatakan bahwa pembangunan candi-candi tersebut membuktikan tingkat kecerdasan dan teknologi bangsa kita, jauh sebelum kolonialisme.

*Apa yang Sebenarnya Dilakukan Belanda?*
1. *Eksploitasi Ekonomi* : Kebijakan tanam paksa atau Cultuurstelsel di abad ke-19 menyebabkan penderitaan luar biasa. Rakyat menanam tanaman ekspor seperti kopi, teh, dan tebu, dan hasilnya diekspor ke Eropa untuk keuntungan Belanda. Prof.Dr.Anhar Gonggong , sejarawan Indonesia, menjelaskan bahwa sistem ini mengakibatkan kelaparan besar di berbagai daerah.
2. *Penghancuran Budaya* : Belanda meminggirkan bahasa dan budaya lokal, menggantinya dengan sistem pendidikan yang hanya menguntungkan segelintir elit kolonial. Dr. Ratna Surya , pakar antropologi budaya, mencatat bahwa kolonialisme Belanda secara sistematis merusak tatanan sosial dan kearifan lokal.
3. *Merampas Kekayaan Alam* : Hutan-hutan ditebang, tambang-tambang dieksploitasi, dan kekayaan alam Nusantara dikuras habis-habisan membuat memperkaya negeri Belanda.

*Jadi, Kenapa Nggak Perlu Berterima Kasih?*
Kalau ada infrastruktur yang terbangun, seperti rel kereta api atau pelabuhan, itu semua dirancang untuk memudahkan transportasi hasil bumi ke Eropa , bukan untuk memakmurkan pribumi. Dan selama masa kolonial, Indonesia menjadi negara yang penuh penderitaan, bukan kemakmuran.
Jadi gan, jangan sampai kita terjebak pemikiran sempit yang "berterima kasih" kepada penjajah. Yang perlu kita kenang adalah bagaimana leluhur kita berjuang melawan penjajahan , bukan memuji mereka yang menyengsarakan nenek moyang kita.

*Referensi Pakar*
• Prof. Dr. Anhar Gonggong , sejarawan Indonesia, menulis tentang dampak eksploitasi ekonomi oleh Belanda yang memperparah kemiskinan rakyat.
• Sri Margana , Universitas Gadjah Mada, menjelaskan teknologi persenjataan maju yang dimiliki kerajaan-kerajaan Nusantara sebelum Belanda datang.
• Prof. Dr. Agus Aris Munandar , pakar arkeologi, mengulas kehebatan nenek moyang kita dalam membangun candi megah tanpa bantuan kolonial.

*"Pribumi Jadi Antek Belanda? Jangan Lupa Konteks Sejarahnya Bro!"*
________________________________________
*Fakta Sejarah Soal 'Pribumi Jadi Antek Belanda'*
Mukibin Kabib gak ada Otak, memang benar ada pribumi yang jadi pegawai Belanda atau bupati yang bekerja di bawah kolonial. Tapi, kita harus paham konteksnya, nih. Kondisi saat itu bukan soal pilihan bebas atau kesetiaan tulus, tapi lebih ke tekanan dan manipulasi sistem kolonial .
1. *Sistem Kolonial yang Memaksa*
o Belanda menerapkan strategi devide et impera (politik pecah belah) yang membuat pribumi terpecah dan saling berhadapan. Bupati atau pejabat lokal sering dipaksa ikut aturan Belanda, atau mereka dan keluarganya bisa kena ancaman serius.
o Prof. Dr. Anhar Gonggong , sejarawan Indonesia, menegaskan bahwa banyak pejabat pribumi yang bekerja di bawah Belanda bukan karena pengkhianatan, tapi karena keterpaksaan dalam sistem yang dibuat untuk mengendalikan dan memerintahkan rakyat. Mereka juga sering tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup.
2. *Perlawanan dari Dalam*
o Meskipun ada pribumi yang bekerja untuk Belanda, banyak juga yang berjuang melawan dari dalam . Contohnya, mereka secara diam-diam membantu perlawanan rakyat atau menyebarkan informasi penting kepada para pejuang. Nggak semua yang terkesan 'bekerja sama' berarti mendukung penjajah.
o Dr. Ratna Surya , pakar sejarah sosial, mencatat bahwa dalam banyak kasus, kerja sama dengan Belanda adalah bentuk adaptasi sambil tetap menjaga perlawanan. Misalnya, banyak bupati dan pegawai yang mencari cara untuk membantu perlawanan atau meringankan penderitaan rakyat di bawah kekuasaan kolonial.
*Perlu Diingat: Penjajahan Adalah Sistem Penindasan*
Bro, jangan lupa bahwa penjajahan adalah sistem yang melibatkan berbagai bentuk kontrol dan pemaksaan. Kalau ada yang menjadi pegawai Belanda, itu lebih penting karena bertahan hidup di tengah kekejaman sistem kolonial daripada dukungan yang tulus terhadap penjajah. Banyak pribumi yang, meskipun terlihat bekerja sama, tetap memendam rasa tidak suka dan menunggu saat untuk melawan.
*Contoh Perlawanan Pribumi*
• Pangeran Diponegoro adalah contoh nyata perlawanan besar-besaran yang melibatkan rakyat pribumi. Beliau memimpin Perang Jawa (1825-1830) , salah satu perlawanan terbesar melawan Belanda. Itu bukti bahwa semangat perlawanan tidak pernah mati, meskipun banyak yang terpaksa tunduk di permukaan.
• Imam Bonjol dan Perang Padri juga menggambarkan betapa gigihnya perlawanan pribumi melawan Belanda, meski Belanda berusaha menundukkan wilayah Nusantara dengan cara licik.
*Jadi, Jangan Terkecoh*
Jadi bro, kalau kamu melihat ada bupati atau pegawai pribumi di bawah Belanda, ingatlah bahwa itu bagian dari permainan licik Belanda untuk mempertahankan kontrol, bukan karena pribumi setuju sama penjajah. Dan banyak dari mereka yang tetap memiliki jiwa perjuangan, hanya saja caranya yang terpaksa menyesuaikan keadaan.

*( 2226 ) MEMAHAMI KECERDASAN YANG MENYELAMATKAN DIDUNIA DAN AHERAT*

*Thing thong - Thing thong*

*( 2226 )  MEMAHAMI KECERDASAN YANG MENYELAMATKAN DIDUNIA DAN AHERAT*

_*Setiap Orang yang hidup pasti  Allah berikan Anugrah berupa kelebihan namun sekaligus kekurangan*_

*Diantara anugrah itu ialah berupa kecerdasan*
*Banyak macam ke Cerdasan*

 _*Namun kecerdasan yang akan memberikan manfaat dan keselamatan hingga di aherat itu bukanlah orang yang hanya tinggi pendidikan formalnya saja, namun ia tidak dekat dekan Allah Subhanahu Wa Ta 'ala..yang memberikan segala macam ilmu.*_

*ORANG CERDAS*
 _*Juga bukan yang hanya wawasannya  tetapi hatinya sempit, tidak mau menerima nasehat. Bahkan hatinya terhimpit oleh dengki & benci,sombong dan serakah*_

*Orang cerdas* _*bukanlah yang paling pintar secara akademis saja, hingga ia menuhankan akalnya merasa kepintarannya yg bisa menolongnya, menjadikan akal sebagai hakim atas ayat suci dan hadist Nabi*_
_*Orang yang cerdas* _*bukankah orang yg mampu melihat peluang dan memenangkannya lalu mendapat keuntungan dunia sebanyak-banyaknya, namun dengan menghalalkan segala cara.*_

_*TETAPI.. orang yang cerdas adalah mereka yang paling banyak mengingat mati, mereka yang pandai mempersiapkan kehidupan setelah mati. Karena ia sadar dunia adalah sementara sedangkan akhirat adalah selamanya.*_

*Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah:*

_*"Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.”*_
_*Sahabat itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?”*_
*Rasulullah menjawab,:*
_*"Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”*_
*(HR.  : Ibnu Majah)*

*Saudara dan sahabatku*

_*Orang yang mengingat bahwa kematian itu pasti datang setiap saat*_ _*maka dia akan selalu berhati hati dalam berbicara maupun berperilaku*_

_*Apakah perbuatannya akan memberikan manfaat atau sia sia*_
_*Dia akan selalu ingat Semua yang hidup itu akan mati maka dia akan terus berusaha MELATIH DIRI DIATAS KEBENARAN dan MENGHINDARI PERBUATAN YANG DILARANG Oleh Agama*_

*Abdullah bun Mas'ud ra berkata:*
*Rasulullah shalallahu'alaihy wassalam bersbda:*
_*Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan*_
_*dan kebaikan itu membawa kesurga*_
_*dan sesungguhnya seseorang itu membiasakan dirinya berkata benar,hingga tercatat disisi Allah sebagai shiddiq*_
_*Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada lancung, sedang lancung itu membawa keneraka*_
_*Dan sesungguhnya seorang itu suka  berdusta,hingga tercatat disisi Allah sebagai pendusta*_
*(HR : Bukhari & Muslim)*

Semoga semua kita selalu dalam keadaan *Iman, Ikhlas, Sabar, Istiqomah, Sehat, Bahagia dan pandai Bersyukur*
Aamiin

WONG LIYO IKU _DUDU AWAKMU ...... !_*

*Thing thong - Thing thong*

*( 2218 )   PITUTURE  SIMBAH  BIYEN*

*WONG LIYO IKU      _DUDU  AWAKMU ...... !_*

*Wong liyo iku     _ojo mbok anggep podho karo awakmu........ !_*

*Anane  dugo kiro / nyongko / ngarani ( Nudhuh )  marang wong liyo iku  .....    _rak mbok anggep wong liyo iku podho karo awakmu dewe ........._*

*yen awakmu iso dipercaya .....  _mesti awakmu yo gampang percoyo marang wong liyo..._*

*yen awakmu jujur  ...... _mesti awakmu nganggep yen wong liyo iku  yo jujur podho karo awakmu...._*

*yen awakmu seneng Curang / slintutan  ...... _mesti awakmu nganggep yen wong liyo iku yo tumindak Curang / slintutan koyo awakmu...._*

*yen awakmu Seneng slingkuh .......     _mesti awakmu nganggep yen wong liyo iku yo seneng slingkuh koyo awakmu......_*

*yen awakmu seneng ngapusi .......    _mesti awakmu nganggep yen wong liyo iku yo seneng ngapusi koyo awakmu......_*

*kamongko won liyo iku      _Dudu    awakmu ......_*

*mulo wong Liyo iku      _ojo  mbok anggep podho marang Awakmu....._*

*Sejatine yen Awakmu ndugo kiro/nyongko iku ...........     _artine ........ awakmu dewe sek biasa nglakoni kang koyo ngono iku....._*   banjur  wong liyo mbok  pada ake marang awakmu dewe.....

Maka     *jangan terlarut      _berprasangka buruk,  Ghibah,  Fitnah,  Mencela,  Menjelekkan,  rasa Tak Percaya , Menuduh, Mengira-ira buruk, Penuh Kebencian_*

Karena kita tidak tahu Apakah dosa dan kesalahan kita diampuni atau tidak
Kembalilah kepada apa yang telah dituntunkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam . 
*bagaimana kita harus bersikap,  bertindak dan  mengambil langkah tanpa meninggalkan akhlakul karimah*

Semoga semua kita selalu dalam keadaan *Iman, Ikhlas, Sabar, Istiqomah, Sehat, Bahagia dan pandai Bersyukur*
Aamiin

Ubaidillah bin Ahmad Ba'alawi Perspektif ilmu sejarah

*"Apakah Ahli Sejarah Berhak Mengkritisi Ilmu Nasab? Bukti Kejanggalan Ubaidillah bin Ahmad yang Membongkar Klaim Keturunan Ba'alawi"*
Pendekatan dari disiplin sejarah, filologi, dan genetika.
*1. Hubungan antara Ilmu Sejarah dan Ilmu Nasab*
Ilmu sejarah dan ilmu nasab memang memiliki pendekatan yang berbeda-beda, namun keduanya saling berkaitan dalam kajian tentang garis keturunan. Sejarah mengandalkan bukti tertulis, artefak, dan catatan kronologis untuk mengungkap masa lalu. Sementara ilmu nasab fokus pada pencatatan garis keturunan yang valid, menggunakan bukti silsilah dan, dalam era modern, ditunjang oleh analisis genetika.
• *Para ahli sejarah dapat masuk ke ranah ilmu nasab* jika mereka memasukkan keabsahan klaim-klaim nasab dengan mengandalkan catatan-catatan sejarah. Jika suatu silsilah atau tokoh dalam nasab tersebut tidak memiliki bukti sejarah yang mendukung keberadaannya, maka ahli sejarah berhak untuk meragukan atau menyanggah keabsahannya.
• *Sebaliknya, ahli nasab* yang mempelajari silsilah suatu keluarga atau klan juga harus berpedoman pada bukti sejarah. Jika ada klaim bahwa seseorang merupakan keturunan tokoh tertentu, klaim tersebut harus didukung oleh catatan yang dapat dibuat secara historis.
*2. Kejanggalan Tokoh Ubaidillah bin Ahmad*
Tokoh yang sering disebut sebagai Imam Ubaidillah bin Ahmad adalah pusat yang terdapat dalam klaim nasab Ba'alwi. Menurut klaim klan Ba'alwi, Ubaidillah bin Ahmad adalah seorang Imam terkemuka, hidup di abad ke-4 Hijriah, dan konon merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Namun, ada beberapa kejanggalan mendasar yang perlu dijelaskan:
• *Tidak Ada Catatan Sejarah Selama 550 Tahun* : Jika benar Ubaidillah bin Ahmad adalah seorang Imam yang berpengaruh dan keturunan Nabi Muhammad SAW, sangat aneh bahwa selama 550 tahun setelah masa hidupnya, tidak ada satu pun sejarawan yang mencatat tentang keberadaannya. Seorang tokoh yang disebut Imam biasanya dihormati dan dihormati, dengan catatan sejarah yang mencerminkan pengaruhnya. Fakta bahwa tidak ada bukti tertulis selama lebih dari setengah milenium menunjukkan kejanggalan yang serius.
• *Ketiadaan Karya Tulis* : Salah satu indikasi penting bahwa seseorang adalah seorang ulama atau Imam besar adalah keberadaan karya-karya ilmiah atau kontribusi keilmuan yang dapat dilacak. Ubaidillah bin Ahmad, meskipun dianggap sebagai Imam, tidak meninggalkan satu pun karya atau tulisan yang diakui secara historis. Ini adalah kejanggalan yang besar, mengingat ulama besar pada zamannya pasti meninggalkan jejak intelektual.
• *Indikasi Tokoh Fiktif* : Ketidakhadiran bukti-bukti sejarah dan ketiadaan karya tulis menunjukkan bahwa Ubaidillah bin Ahmad lebih menyerupai tokoh fiktif yang dimunculkan untuk mendukung silsilah yang dirancang belakangan. Dalam dunia keilmuan, klaim-klaim nasab yang tidak memiliki bukti sejarah sering kali meragukan kebenarannya.
*3. Pentingnya Pendekatan Ilmiah*
Ilmu sejarah dan ilmu nasab tidak dapat dipisahkan dalam klaim-klaim yang mencakup garis keturunan. Dalam kasus Ubaidillah bin Ahmad, pendekatan ilmiah yang mencakup:
• *Sejarah* : Mengevaluasi keberadaan tokoh-tokoh dalam silsilah dengan catatan sejarah.
• *Filologi* : Mengkaji teks-teks kuno yang berkaitan dengan klaim keturunan, untuk memastikan otentisitasnya.
• *Genetika* : Menggunakan teknologi modern untuk memverifikasi klaim keturunan secara ilmiah.
Ahli sejarah dan ahli nasab bisa bekerja sama untuk memverifikasi atau menyangkal klaim-klaim keturunan. Dalam hal ini, kejanggalan sejarah terkait Ubaidillah bin Ahmad mendukung argumen bahwa klaim Ba'alwi tidak dapat diterima tanpa bukti yang kuat.

*Kesimpulan*
Ahli sejarah berhak mengklaim bahwa Ubaidillah bin Ahmad adalah tokoh yang skeptis karena tidak adanya bukti sejarah yang mendukung klaim tersebut. Tanpa catatan sejarah, jejak intelektual, atau bukti-bukti ilmiah lainnya, klaim klan Ba'alwi harus dibahas dan dipertimbangkan sebagai konstruksi fiktif daripada fakta sejarah.