MUTIARA ILMU

Senin, 18 Agustus 2025

BANTAHAN SEJARAH TERHADAP KISAH HABIB UTSMAN BIN YAHYA & RAPAT AKBAR SAREKAT ISLAM 1913

🛑 *
https://www.walisongobangkit.com/bantahan-sejarah-terhadap-kisah-habib-utsman-bin-yahya-rapat-akbar-sarekat-islam-1913/

Narasi yang beredar mengklaim bahwa pada tahun 1913, HOS Tjokroaminoto datang ke Batavia untuk meminta restu Mufti Batavia (Habib Utsman bin Yahya), dan setelah itu sang mufti bukan hanya merestui, tetapi hadir langsung di Solo dan memberikan sambutan di depan puluhan ribu massa Sarekat Islam.
👉 *Kisah ini tidak sesuai dengan fakta sejarah.*
Berikut poin-poin bantahannya:
________________________________________
❶ *Habib Utsman bin Yahya wafat pada tahun 1913 dalam keadaan sakit*
Habib Utsman lahir tahun 1822 dan meninggal dunia pada 1 Safar 1332 H / 1913 M (Huub de Jonge – Arab Communities in Indonesia 1800–1940, 2012).
Dalam beberapa bulan sebelum wafat, Dia tercatat sakit keras dan nyaris tidak pernah keluar dari kediamannya di Pekojan.
🟰 Artinya, mustahil secara fisik Dia bepergian jauh dari Batavia ke Solo untuk hadir dalam Rapat Akbar Sarekat Islam.
________________________________________
❷ *Jabatannya sebagai Mufti berada di bawah struktur pemerintah kolonial*
Habib Utsman bin Yahya secara resmi diangkat sebagai Mufti Pemerintah Hindia Belanda sejak 1871 dan bertugas memberikan fatwa untuk kepentingan otoritas kolonial (Koloniaal Verslag 1872 dan 1893).
Sementara itu pada tahun 1913, Sarekat Islam dianggap gerakan yang mencurigakan dan anti-pemerintah (Ricklefs – A History of Modern Indonesia since c.1200, 2001).
🟰 Sangat tidak logis bila seorang pejabat agama pemerintah kolonial secara terbuka hadir dan memberi dukungan pada organisasi yang diawasi ketat oleh pemerintahnya sendiri.
________________________________________
❸ *Sarekat Islam memang mengalami kesulitan izin, tetapi tidak pernah mengundang “Mufti Batavia” untuk mengatasinya*
Dalam catatan HOS Tjokroaminoto sendiri (Himpunan Pidato Tjokroaminoto, 1931), dijelaskan bahwa rapat akbar SI Solo 1913 akhirnya mendapat izin karena desakan masyarakat dan tekanan dari pengurus cabang.
Tidak ada keterangan bahwa Tjokro pergi ke Batavia untuk meminta “restu Mufti” atau bahwa Habib Utsman ikut turun tangan.
________________________________________
❹ *Narasi tersebut kontradiktif (30 orang vs 30 ribu orang)*
Kisah yang beredar menyebut:
“Lebih kurang 30 orang menghadiri acara tersebut… 30 ribu masyarakat yang hadir…”
Ini jelas kontradiktif dan menunjukkan narasi tersebut disusun secara dramatis–bukan berdasarkan dokumen faktual rapat Sarekat Islam (lihat: Arsip De Locomotief, 29 Maret 1913).
________________________________________
❺ *Tidak ditemukan dalam koran Hindia Belanda laporan kehadiran Habib Utsman*
Media kolonial seperti Bataviaasch Nieuwsblad, Het Nieuws van den Dag dan De Expres justru secara lengkap melaporkan rapat besar Sarekat Islam Solo 1913, termasuk daftar tokoh yang hadir.
🟥 *Nama Habib Utsman BIN YAHYA tidak tercatat sama sekali* di daftar pembicara maupun tamu undangan.
________________________________________
✅ *KESIMPULAN*
• Habib Utsman bin Yahya sudah sangat tua dan dalam keadaan sakit berat pada tahun 1913 (tahun wafat),
• Ia merupakan Mufti resmi Hindia Belanda, sehingga posisinya tidak mungkin menghadiri rapat Sarekat Islam yang saat itu sedang diawasi kolonial,
• Catatan sejarah Sarekat Islam tidak mencatat adanya kedatangan atau sambutan Mufti Batavia,
• Narasi tersebut mengandung kontradiksi internal dan tidak didukung sumber primer.
👉 Dengan demikian, *kisah tersebut dapat dikategorikan sebagai manipulasi sejarah yang bertujuan membangun citra palsu bahwa tokoh klan Ba’alwi ikut berperan dalam kebangkitan nasional.*

Minggu, 17 Agustus 2025

🕌 *ISLAM MASUK KE NUSANTARA: FAKTA SEJARAH DENGAN FAKTA SEJARAH UNTUK MENOLAK KLAIM SEJARAH PALSU DARI VERSI KLAN BA’ALWI*

Masuknya Islam ke Nusantara adalah bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia. Belakangan ini muncul narasi seolah-olah Islam pertama kali disebarkan oleh klan Ba’alwi (Arab Hadramaut) sejak abad ke-15. Narasi ini tidak sesuai dengan fakta sejarah yang tercatat dalam riset para sejarawan, baik dari Indonesia maupun internasional.
⚠️ Catatan penting:
Kedatangan kelompok Ba’alwi memang terjadi, tetapi secara besar-besaran baru berlangsung pada abad ke-18 dan ke-19, yaitu setelah VOC (Belanda) menguasai jalur perdagangan dan mendatangkan mereka sebagai Kapitan Arab. Artinya, mereka bukan pelopor Islamisasi Nusantara.
________________________________________
🧭 FAKTA SEJARAH YANG SEBENARNYA
✅ Jejak tertua Islam di Nusantara ditemukan di wilayah pesisir utara Jawa dan Sumatra.
Batu nisan Fatimah binti Maimun di Gresik bertarikh 1082 M, sementara batu nisan Sultan Malik al-Saleh (Samudera Pasai) bertarikh 1297 M. Artinya, Islam sudah menyebar sejak abad ke-11–13.
✅ Islam menyebar melalui jalur perdagangan internasional.
Para pedagang dan ulama dari Gujarat, Benggala dan Persia membawa agama Islam ke pesisir Nusantara. Fakta ini disebutkan oleh Prof. Azyumardi Azra, T.W. Arnold, dan Anthony Reid. Bukan klan Ba’alwi.
✅ Sebelum Ba’alwi datang, kerajaan-kerajaan Islam Nusantara sudah kokoh berdiri.
Kesultanan Samudera Pasai berdiri pada abad ke-13.
Kesultanan Demak di Jawa berdiri pada tahun 1478.
Kesultanan Banjar di Kalimantan sudah berdiri pada 1526.
Kesultanan Ternate dan Tidore di Maluku telah eksis sejak abad ke-15.
Dengan kata lain, Islam sudah mapan jauh sebelum klan Ba’alwi datang ke Nusantara.
✅ Kedatangan klan Ba’alwi secara masif baru terjadi setelah VOC berkuasa.
Arsip VOC di Belanda mencatat bahwa para sayyid/Hadrami baru didatangkan pada abad ke-18 dan ditempatkan sebagai Kapitan Arab (pemimpin komunitas Arab binaan kolonial) di Batavia, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
Mereka masuk dalam struktur kolonial — bukan dalam barisan penyebar Islam atau pejuang pribumi.
✅ Ulama-ulama penyebar Islam pertama di Nusantara berasal dari kalangan pribumi yang belajar ke pusat-pusat Islam di India dan Persia.
Tokoh-tokoh seperti Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Maulana Ishaq, Sunan Bonang merupakan wali dan ulama Nusantara yang memiliki jaringan ilmu dengan Gujarat, bukan dari Ba’alwi.
________________________________________
✅ KESIMPULAN
• Islam sudah hadir di Nusantara sejak abad ke-11 dan berkembang melalui jaringan perdagangan dan ulama pribumi yang terhubung dengan pusat-pusat Islam di India dan Persia.
• Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara (Samudera Pasai, Demak, Banjar, Ternate, Tidore) berdiri jauh sebelum klan Ba’alwi mulai bermigrasi ke Indonesia.
• Kedatangan klan Ba’alwi secara besar-besaran justru terjadi setelah VOC berkuasa, dan mereka ditempatkan sebagai Kapitan Arab atau bahkan Mufti Belanda.
• Dengan demikian, klaim bahwa “kl an Ba’alwi menyebarkan Islam pertama kali di Nusantara” tidak berdasar dan bertentangan dengan fakta sejarah.
🧠 Sejarah tidak pernah bisa diubah. Islam ditegakkan di Nusantara oleh ulama pribumi dan jaringan keilmuan lintas benua—bukan oleh privilese nasab.
________________________________________
📚 Referensi:
• Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII–XVIII
• Anthony Reid, Southeast Asia in the Age of Commerce
• T.W. Arnold, The Preaching of Islam
• M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c.1200
• Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara
• Arsip VOC (Algemeen Rijksarchief, Den Haag)