MUTIARA ILMU

Rabu, 06 November 2024

*“FAQIH MUQADAM MIR’AJ 70X ITU MAKSUDNYA BAGAIMANA?”*

*”DISKUSI DENGAN MUKIBIN KRONIS KABIB KLAN BA’ALWI DI GRUP WHATSAPP”*  
Tema: *“FAQIH MUQADAM MIR’AJ 70X ITU MAKSUDNYA BAGAIMANA?”*

*JAMAAH A BERTANYA:*
Assalamualaikum warohmatulloohi wabarokaatuh 
Saya mau bertanya Al-Faqir ta'lamu
Kepada para Gus Muhibin atau Kyai Muhibin, atau juga mungkin para Muhibin Tulen, 
Kita mendengar bahwa Faqih Muqoddam ( Dedengkotnya Ba"lawi ) katanya pernah Mi'roj 70 x dalam semalam) 
Yang saya tanyakan adalah Apa yang Dia dapatkan dan apa hasil dari Isro mi'raj 70 X. ) berikan 1 saja hasil dari 70 X bolak balik ke Sidratul Muntaha. 
Coba yang merasa Muhibin di Group ini jelaskan. 
Demikian.


*MUKIBIN KABIB:*
Saya yang orang biasa saja mi'roj tiap hari minimal 5x. Kalau 70 mah bagi kalangan sholihin amat sangat sedikit, karna kabarnya ada yang sampai 100 bahkan 1000x sehari semalam
جاء في شرح الزرقاني على موطأ الإمام مالك، عند قوله -صلى الله عليه وسلم-: .....وخير أعمالكم الصلاة....

(وخير أعمالكم الصلاة): أي إنها أكثر أعمالكم أجرا، فلذا كانت أفضل الأعمال؛ لجمعها العبادات كقراءة وتسبيح وتكبير وتهليل، وإمساك عن كلام البشر، والمفطرات. هي معراج المؤمن، ومقربته إلى الله، فالزموها وأقيموا حدودها. انتهى.  

والله أعلم.


*JAWABAN JAMAAH A KEMBALI BERTANYA:*
Kalau ini jawaban yang pernah diutarakan Muhibin Berat Ba'lawi yaitu  Buya Yahya alias Ustadz Yahya. 
Kalau memang benar itu yang namanya sosok Faqih Muqoddam katanya pimpinan para Wali Muhibin, masa bolak balik 70 x tidak hasil apa apa. Katanya pimpinan Wali, Apakah Istilah Wali ( Tua Ning Gila ) artinya bolak balik Ning Gili Tarim , 70 x . ?


*JAWABAN JAMAAH B:*
Jawaban lo malah muter ke hal lain gan. di sini yang nanya jelas: kalau Faqih Muqoddam katanya Mi'raj 70 kali dalam semalam, apa hasilnya? Apa yang dia dapat dari bolak-balik 70 kali itu? Bukannya malah ngebahas shalat lima waktu atau Mi'raj-nya orang-orang biasa. Shalat memang disebut sebagai "Mi'raj-nya orang mukmin," tapi itu jelas berbeda konteksnya dengan Mi'raj ke Sidratul Muntaha kayak yang disebut Faqih Muqoddam.
Jadi, kalau bener Faqih Mi'raj 70 kali, harusnya ada satu aja hasil konkret yang bisa disebutkan, dong. Kira-kira apa yang dia bawa turun buat umat dari 70 kali naik-turun itu? Kalau tidak ada jawaban yang spesifik, ya orang jadi makin bertanya-tanya

*JAWABAN MUKIBIN KABIB*: Saya yang minimal 5 kali saja banyak mas hasilnya

*JAWABAN JAMAAH B:*
Begini, kawan. Kalau Mi'raj itu sama kayak sholat yang kita lakuin tiap hari, ya hasilnya buat pribadi masing-masing, dapet kedekatan sama Allah SWT. Tapi kalau seorang tokoh besar kayak Faqih Muqoddam diklaim bisa Mi'raj sampai 70 kali dalam semalam dan dianggap karomah, ya pasti orang bertanya-tanya: apa hasilnya buat umat?
Contoh paling jelas ya Rasulullah SAW, yang Mi'raj satu kali aja udah membawa perintah sholat buat seluruh umat Islam. Itu bukti nyata dan manfaatnya bagi semua orang, bukan hanya bagi beliau pribadi. Jadi kalau bener Faqih Muqoddam sampai ke Sidratul Muntaha berkali-kali, pastinya ada sesuatu dong yang bisa dibagi buat umat? Kalau cuma untuk diri sendiri, kok bisa disebut karomah yang luar biasa?

*JAWABAN MUKIBIN BA’ALWI:*  Coba baca  lagi ini:

جاء في شرح الزرقاني على موطأ الإمام مالك، عند قوله -صلى الله عليه وسلم-: .....وخير أعمالكم الصلاة....

(وخير أعمالكم الصلاة): أي إنها أكثر أعمالكم أجرا، فلذا كانت أفضل الأعمال؛ لجمعها العبادات كقراءة وتسبيح وتكبير وتهليل، وإمساك عن كلام البشر، والمفطرات. هي معراج المؤمن، ومقربته إلى الله، فالزموها وأقيموا حدودها. انتهى.  

والله أعلم.

*JAWABAN JAMAAH B:*
Oke, gue ngerti maksud lo mau ngejelasin kalau sholat itu "Mi'raj-nya orang mukmin," dan jelas sholat punya nilai besar buat mendekatkan diri kita kepada Allah. Tapi masalahnya, yang ditanya tentang bukan keutamaan sholat secara umum.
melanjutkan pertanyaan diatas mengenai hal spesifik soal klaim Mi'raj Faqih Muqoddam yang katanya 70 kali dalam semalam ke Sidratul Muntaha. Kalau Mi'raj itu dianggap karomah dan kejadian luar biasa, pasti ada sesuatu yang berbeda dari Mi'raj biasa, dong. Apalagi kalau sampe ditulis di kitab dan jadi cerita turun-temurun.
Jadi yang jadi tanda tanya tuh begini: kalau Rasulullah SAW Mi'raj dengan hasil membawa perintah sholat buat umat, kira-kira Faqih Muqoddam bawa apa buat umat dari 70 kali bolak-baliknya? Kalau cuma kayak sholat harian, ya itu kan buat kepentingan pribadi, bukan sesuatu yang perlu diceritakan sebagai karomah khusus.

*JAWABAN JAMAAH C :*
Saya memahami sysrah azzarqoni tsb, bahwa sholat adalah amaliyah terbaik sehingga sholat bisa menjadi tangga (معراج) atau media bagi mu'min utk fokus tawajjuh (bersifat spiritual) kepada Allah, sehingga dgn sholat itu mu'min lebih mendekatkan dirinya kepada Allah. 
Mi'raj disitu bukan mi'raj seperti Nabi bersama Buroq ke sidratul muntaha atau mirojnya faqih muqoddam ke sidratul muntaha bersama keledainya tapi menjadikan sholat sbg media alat mendekatkan diri kepada Allah
Ini yg logis menurut saya.
Wallahu a'lam..
معراج المؤمن
Kalau saya blm level mu'min... Jadi blm bisa mi'raj

*JAWABAN JAMAAH D :*
Itu sih miraj maksudnya sholat, jika sampai maqomnya mk ruhnya bisa miraj ke atasnya sidratul muntaha.
Kalo faqih muqoddam dlm kitab internal baklawi dijelaskan dia miraj 70c beserta raganya, jadi itu jelas bermaksud menyamai Nabi SAW.. bahkan melampaui dgn jumlah 70x.. sedang data Nabi SAW miraj+ raga 1x saja


*JAWABAN MUKIBIN KABIB:* Inimah wali songo juga bisa 🤣🤣, Kalau ada yang bilang walisongo gak bisa namanya pelecehan, Minta dalil A dikasih minta malah minta dalil B. , Udah dikasih malah lompat minta dalil F, Tuh kan bodohnya pada nongol
🤣🤣🤣

*JAWABAN JAMAAH B:*
Oke, kita gali lagi lebih dalam ya, biar makin paham.
Pertama-tama, kita tahu bahwa Rasulullah SAW cuma satu kali aja Mi'raj seumur hidup. Mi'raj ini bukan main-main, Allah SWT sendiri yang ngatur perjalanan ini dengan tujuan yang sangat spesifik dan luar biasa. Beliau naik ke Sidratul Muntaha pakai buraq—kendaraan yang Allah siapkan khusus untuk perjalanan yang tidak mungkin dijangkau manusia biasa. Nah, hasil dari Mi'raj Rasulullah SAW ini juga jelas banget: beliau membawain perintah sholat untuk kita, yang akhirnya jadi tiang agama dan punya kedudukan khusus dalam ibadah.
Sekarang, kita bandingin sama klaim tentang Faqih Muqoddam dari klan Ba'alwi, yang katanya bisa Mi'raj sampai 70 kali dalam semalam. Dan bukan cuma itu, dia disebut-sebut Mi'rajnya naik keledai! Pertanyaan pertama yang langsung muncul: kalau Mi'raj ini hanya simbol amaliyah sholat, kenapa ada detail sampai 70 kali? Terus kenapa harus ada cerita tentang kendaraan keledai sebagai prasarana seperti buraq? Bukankah seharusnya kalau memang itu cuma amaliyah sholat, nggak perlu embel-embel kayak gitu?
Kalau ada yang bilang Mi'raj-nya Faqih Muqoddam ini cuma simbol atau lambang dari sholat, kita masih punya pertanyaan lain: keledai itu simbol apa dong? Kalau perjalanan Faqih Muqoddam ini memang punya makna spiritual, kok pake keledai buat perjalanan ke tempat setinggi Sidratul Muntaha? Rasulullah SAW aja, dengan keistimewaan yang Allah kasih, Mi'rajnya pakai buraq, kendaraan yang nggak ada bandingannya di dunia ini. Jadi, kalau keledai ini memang punya makna simbolis, maknanya apa ya?
Kita juga bisa melihat dari hasil Mi'raj Rasulullah SAW, yang berdampak langsung bagi umat Islam. Mi'raj beliau bukan sekadar perjalanan pribadi, namun menghasilkan perintah sholat yang membawa kebaikan besar bagi umat. Nah, kalau ada klaim Faqih Muqoddam Mi'raj sampai 70 kali, harusnya ada manfaat besar juga buat umat, bukan? Tapi, kalau hanya buat cerita yang tidak punya makna nyata atau manfaat buat orang banyak, kesannya malah kayak dongeng yang susah dinalar.
Jadi, kalau Mi'raj Faqih Muqoddam hanya sekedar amaliyah sholat biasa, kenapa dibikin sampai 70 kali bolak-balik ke Sidratul Muntaha dan pakai keledai? Ini yang membuat cerita itu tampak aneh. Kalau cuma buat sendiri, ya nggak perlu diungkit sampai detail banget kayak gini.


*JAWABAN MUKIBIN KABIB*: Bagus, sudah bisa ngarang 🤣🤣🤣

*JAWABAN JAMAAH B:*
Ketika anda mengetik ini:” Minta dalil A dikasih minta malah minta dalil B. , Udah dikasih malah lompat minta dalil F, Tuh kan bodohnya pada nongol”, OK, jadi sudah clear ya,
Anda ngetik komentar di grup cuma mau ngomongin diri sendiri….🤣



Krik…krik…krik….kriik.. (HENING SEKETIKA…)

*AKHIR KATA:* 
Untuk menyusun kesimpulan tentang klaim Faqih Muqoddam yang dikatakan melakukan Mi'raj 70 kali dalam semalam menggunakan keledai/donkey, kita harus kembali ke pemahaman dasar ajaran Ahlus Sunnah wal Jama'ah (ASWAJA) yang selalu menghormati dan memuliakan kisah-kisah yang berhubungan dengan Rasulullah SAW. Mi'raj Nabi Muhammad SAW adalah salah satu mukjizat terbesar yang hanya terjadi sekali dalam hidup beliau, di mana ia diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram ke Sidratul Muntaha dengan buraq, makhluk khusus dari surga yang dipersiapkan untuk perjalanan itu.
Buraq ini memiliki makna yang dalam, sebagai simbol keagungan dan keistimewaan perjalanan Rasulullah SAW. Mukjizat Mi'raj menghasilkan perintah sholat lima waktu, yang menjadi kewajiban penting bagi umat Islam, dan ini memiliki makna besar dalam spiritualitas kita.
Mengklaim bahwa seorang tokoh seperti Faqih Muqoddam melakukan Mi'raj 70 kali dalam semalam menggunakan keledai/donkey dapat menimbulkan permasalahan yang serius. Pertama, ini tidak bisa dimaknai sebagai sholat, karena tidak ada dalil atau referensi dari para ulama ASWAJA yang mendukung interpretasi semacam ini. Kedua, hal ini berpotensi menjadi bentuk merendahkan atau merendahkan Nabi Muhammad SAW, karena mukjizat Mi'raj adalah keistimewaan yang diberikan kepada beliau saja, dengan cara yang sangat mulia.
Sebagai referensi, para ulama Ahlus Sunnah, seperti Imam Nawawi dan Imam al-Ghazali, selalu menekankan pentingnya menjaga kehormatan Rasulullah SAW dan menaati ajaran yang jelas berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Syarah Shahih Muslim , Imam Nawawi menjelaskan bahwa mukjizat Nabi Muhammad SAW tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan kejadian spiritual biasa yang dialami oleh orang lain, apalagi jika menggunakan simbol-simbol yang kurang memiliki makna spiritual, seperti keledai.
Oleh karena itu, ajaran seperti ini dari klan Ba'alwi dapat dianggap sebagai penyimpangan dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ISLAM ASWAJA. Penggunaan klaim luar biasa ini tidak hanya melemahkan makna spiritual yang benar, tetapi juga berpotensi melemahkan keistimewaan Rasulullah SAW dan mukjizat Mi'raj beliau. Kita sebagai umat harus berhati-hati dan harus berpegang teguh pada ajaran yang sesuai dengan Al-Qur'an, Hadis, dan interpretasi yang sahih dari para ulama Sunni ASWAJA.

Selasa, 05 November 2024

METODE SETOR HAFALAN BERBASIS LAGU





Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA



Saya berkomitmen, puteri puteri dan santri santri sebelum ikut program tahfidz al-Qur'an terlebih dahulu saya kenalkan metode cepat baca kitab kuning "Amtsilati" yang kebetulan kendati belajar otodidak saya mendapat syahadah atau rekomendasi dari pengarang kitabnya KH. Taufiqul Hakim Jepara Jateng.

Bahkan, beberapa tahun yang lalu saya mengundang beliau untuk uji publik hasil didikan saya selama enam bulan lamanya. Alhamdulillah, semua santri saya bisa menjawab pertanyaan seputar gramatika arab dan seperangkat ilmu lainya mulai dari ilmu sharraf, i'rab, i'lal, dan nadzam alfiyah yang 1000 bait.

Takjubnya lagi, santri santri saya pada waktu itu masih usia sekolah dasar semua namun sudah hafal nadzam alfiyah 1000 bait. Tentu metode yang saya terapkan setoran dan menggunakan lagu yang disukai mereka sehingga selama prosesi belajar mengajar merasa happy.

Dalam kesempatan itu saya mengungkapkan, metode Belajar yang baik dan efektif menurut Umar bin Abu Bakar, guru Imam Abu Hanifah.
 
"Sebagaimana tercantum dalam kitab Ta’limul Muta’alim karya Syekh Al-Jarnuzi pada halaman dua puluh tujuh disebutkan bahwa metode menghafal menurut iman Umar bin Abu Bakar yaitu bagi penuntut ilmu awal atau santri dalam permulaan belajar sebaiknya membaca hafalan pelajaran dengan dua kali pengulangan," ujarku pada saat wisuda Amtsilati di al-Mihrab Foundation yang dihadiri dai nasional dari pulau Dewata Bali.

 Saya melanjutkan, entah mampunyai sebaris, dua baris, atau tiga baris atau lebih. Lakukanlah dua kali pengulangan. Dan lebih baiknya bagi santri permulaan belajar tidak terlalu banyak menghafal. Yang penting terakhir dibaca bersama menggunakan lagu yang diringi tepuk tangan dan musik tradisional lainnya.
 
"Jangan terlalu banyak memahami pelajaran pada setiap harinya. Dan jika dalam pengulangan yang kedua kali hafal, maka itulah kadar kemampuan seseorang," jelasku pada wali santri.
 
Dicontohkan, Seperti santri A menghafal dua baris nadzam Alfiyah Ibnu Malik, setelah dua baris dibaca sekaligus dihafal, dan ternyata mampu untuk mengingat, maka kadar kemampuan santri A tersebut menghafal adalah dua baris. Dan berlaku kelipatan, begitu juga seterusnya. 
 
"Setelah menghafal dengan sedikit demi sedikit, maka langkah selanjutnya yaitu dtambahkan satu baris berikutnya dan setiap harinya, ditambah hafalan minimal sehari sebaris sesuai kadar kemampuan otak seseorang. Maka dari itu otak akan terbiasa digunakan untuk menghafal," paparku selanjutnya.
 
Selain itu, lanjutnya, dalam kitab yang akrab dikaji di pesantren ini juga menerangkan bahwa otak jika tidak dilatih untuk menghafal, maka akan menjadi lambat dan cepat lupa. “Otak akan semakin tajam jika digunakan untuk menghafal,” ungkapku pada wisuda Amtsilati di al-Mihrab Foundation.
 
"Kemudian jika telah dihafal berulang ulang, maka setelah nanti bertambah banyak hafalan, jika ingin mengingatnya kembali cukup dengan membaca dua kali saja akan langsung hafal nadzam yang dihafalkan," imbuhku lagi.
 
Dikatakan, dalam kitab Ta’lim, sebaiknya mendahulukan menghafal kemudian memahami pelajaran tersebut. Karena hanya ada dua batasan dalam belajar yaitu menghafal dan memahami. 
 
Saya mencontohkan jika ingin mempelajari nadzam Jurumiyah, Imrithi, ataupun Alfiyah maka hafalkanlah dahulu nadzamnya lalu fahamilah dan jangan lupa untuk menuliskannya. Setiap santri saya wajibkan membawa catatan untuk menulis paparan yang saya presentasikan. Tidak hanya itu, satu persatu secara bergiliran mereka saya minta menjelaskan ulang menggunakan papan tulis didepan rekan rekannya yang lain.
 
Dalam sambutan wisuda Amtsilati itu saya bercerita tentang Imam Syafi’i dahulu ketika membuka sebuah kitab lalu memahaminya, maka kitabnya ditutupi sebagian. Dikhawatirkan takut memahami keseluruhan. “Karena Imam Syafi’i jika membaca satu kali itu langsung faham dan hafal,” kataku pada jamaah pengajian. 
 
Sehingga lanjutnya, dengan Imam Syafi’i menutup sebagian kitabnya akan semakin mendalami bagian yang sedang dibacanya. Dan akan semakin faham. “Kan kalau dibuka semuanya akan hafal semua tetapi kurang mendalaminya, kira-kira begitu,” paparku. 
 
Saya melanjutkan, hal itu berbeda dengan kalian yang membaca berulang-ulang tidak hafal-hafal dan entah faham entah tidak, kemudian ditinggal ngerumpi maka lupalah semuanya,” sontak membuat puluhan  santri tertawa. 
 
“Maka dari itu, belajarlah sedikit demi sedikit,” pungkasku

Mengapa sebelum masuk program tahfidz al-Qur'an saya gembleng ilmu alatnya terlebih dahulu.? Alasannya sederhana agar mereka paham dan mengerti apa yang diharapkannya. Terus terang, tidak sedikit para hafidz hafidzah hanya sekedar hafal belaka tetapi tidak paham isi dan kandungan al-Qur'an. Terlebih metode cepat baca kitab kuning Amtsilati contoh contohnya ayat al-Quran semua sehingga diharapkan saat ikut program tahfidz al-Quran sudah familiar dengan bacaan al-Qur'an.

Salam Qur'ani, Prajekan, 6 November 2024