MUTIARA ILMU

Rabu, 31 Juli 2024

SEMESTA BERGERAK LURUSKAN SEJARAH PERDABAN ISLAM NUSANTARA


*NASAB PALSU & SYAIR BALADA BA'ALWI*
_(Suara hati Ibu Pertiwi yang tak rela mereka berjalan di atas punggungnya dengan congkak dan sombong)_

Oleh: *El Shabir*
_(Sang Pendekar Syair Bertuah)_ 

*WAHAI BA'ALWI, PULANGLAH KE NEGERI ASALMU*

Baru kemarin rasanya (1948), kau cabik merah putih bangsaku menjadi merah darah karena palu aritmu di Madiun

Baru kemarin rasanya (1958), kau sirami bumi pertiwi dengan darah bangsaku akibat kebengisan Westerling/APRA-mu

Baru kemarin rasanya (1965), luka bangsaku akibat G30S/PKI-mu belum kering, tragedi kemanusiaan yang kau timbulkan masih segar dalam ingatan

Baru kemarin rasanya (1992), kami dikagetkan oleh bunyi dentuman keras yang menghancurkan Borobudur, bangunan yang menjadi salah satu keajaiban dunia, kebanggaan bangsaku

Baru kemarin rasanya 2017, persatuan dan kesatuan bangsaku hampir tercabik-cabik karena ulah dan gerakan subversif 212-mu

Dan... 
Kini, luka bangsa ini semakin dalam saat tahu kalian bukan cucu Nabi, 

Selama ratusan tahun bangsaku kalian dustai

Belum kering luka bangsaku karena dusta dan kebohongan kalian

Kini kalian berulah lagi
Kalian belokkan sejarah bangsa kami

Kalian palsukan nasab datuk dan leluhur kami
Kalian khianati para Muassis NU dengan membelokkan sejarahnya

Kalian perbudak warga NU dengan khurafat dan dongeng yang menyesatkan

Terus kapan bumi pertiwi ini akan menikmati kedamaian selama kalian masih bercokol di tanah air kami, nusantara. 

Pulang... 
Pulanglah kalian 
Ke kampung halaman, negeri asal kalian

Di sana anda lebih dibutuhkan, karena sauadara-saudara kalian hidup dalam kelaparan.. 

Pulanglah... 
Sebelum kami mengusir kalian... 💪💪💪

El Shabir, Sang Pendekar Syair Bertuah.

https://www.facebook.com/share/p/xHxkbq742ZRJtYoa/?mibextid=qi2Omg

Susunan Pertama Dewan Hoofd Bestuur (Pengurus Besar) Nahdlatoel Oelama 1926

Berikut ini adalah susunan pertama dari dewan Hoofd Bestuur (Pengurus Besar) Nahdlatoel Oelama pada tahun 1926 sebagaimana termaktub dalam kitab “al-Qânûn al-Asâsî li Jam’iyyah Nahdlah al-‘Ulamâ”.

Sususan pengurus besar tersebut tertulis pada butir pasal ke-13 dari kitab al-Qânûn al-Asâsî yang terdiri dari 4 (empat) orang ulama sebagai dewan syuriah, 11 (sebelas) orang ulama sebagai a’wan, 5 (orang) dewan anggota mustasyar, dan 15 (lima belas) orang anggota dewan tanfidziyyah. 
Mereka itu adalah:

Rois : Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)

Wakil Rois : KH. Amin b. Abdul Syakur (Surabaya)

Katib : KH. Mas Alwi b. Abdul Aziz (Surabaya)

Naib Katib : KH. Abdul Halim Leuwimunding (Majalengka-Surabaya)

A’wan : KH. Amin (Surabaya)
KH. Ridhwan Abdullah (Surabaya)
KH. Abdullah (Surabaya)
KH. Nahrawi (Surabaya)
KH. Ridhwan (Semarang)
KH. Kholil (Lasem)
KH. Asnawi (Kudus)
KH. Hanbali (Kudus)
KH. Ma’shum Ali (Jombang)
KH. Bishri Syansuri (Jombang)
KH. Amir (Pekalongan)

Mustasyar : Syaikh Muhamad Abdul Alim al-Qadiri al-Shiddiqi (India)
Syaikh Ahmad Ghanayim al-Amir (Mesir)
KH. Abdul Wahhab Hasbullah (Surabaya)
KH. Ma’ruf Kedunglo (Kediri)
KH. Sholeh (Juana)

President : H. Hasan Gipo (Surabaya)
Vice President : H. Ahzab (Surabaya)
Kasir I : H. Ihasan (Surabaya)
Kasir II : H. Abdul Fattah (Surabaya)
Sekretaris I : Muhammad Shodiq (Surabaya)
Sekretaris II : H. Nawawi (Surabaya)
Komisaris : H. Sholeh Syamil (Surabaya)
H. Burhan (Surabaya)
H. Dahlan (Surabaya)
H. Siraj (Surabaya)
H. Abdul Mannan (Surabaya)
H. Ja’far (Surabaya)
H. Abdullah Hakim (Surabaya)
H. Ihsan (Surabaya)
H. Abdul Syakur (Surabaya)

Beberapa nama tokoh di atas, utamanya dewan pengurus syuriah, tentu tidaklah asing bagi telinga para warga NU saat ini, seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Mas Alwi b. Abdul Aziz, KH. Abdul Wahhab Hasbullah, KH. Abdul Halim Leuwimunding, KH. Ridwan Abdullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Ma’shum Ali, KH. Kholil Lasem (sekretaris pribadi Syaikh Mahfuzh Tremas), KH. Asnawi Kudus, dan lain-lain.

Namun ada beberapa nama ulama yang bagi saya masih terasa asing dan menarik untuk ditelusuri lebih jauh, seperti 
KH. Amin b. Abdul Syakur Surabaya (apakah beliau anak dari Syaikh Abdul Syakur Surabaya, ulama besar Nusantara yang mengajar di Makkah dan menjadi salah satu guru utama Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari ketika belajar di kota suci itu, sekaligus juga menantu dari Syaikh Muhammad Dimyathi Syathâ, atau ipar dari Syaikh Bakrî Syathâ [pengarang kitab I’ânah al-Thâlibîn]?), 
Syaikh Muhammad Abdul Alim al-Hindi (ulama besar asal India), 
dan juga Syaikh Ahmad Ghanayim al-Amir (dari Mesir, yang menemani KH. Abdul Wahhab Hasbullah pergi ke Makkah dan bertemu dengan Raja Abdul Aziz Âl Saud dalam misi komite Hijaz pada tahun 1928).

Oleh:  Ahmad Ginanjar Sya'ban


Catatan:
Tidak ada satupun Habib Yaman yang masuk dalam kepengurusan tsb.