MUTIARA ILMU

Jumat, 26 Juli 2024

BASYIR, PEMUDA GAGAH PRAJEKAN PAHLWAN KORBAN GERBONG MAUT BONDOWOSO.


Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA


Kemarin saya melakukan riset ilmiah dengan menemui bapak Budi Santoso, S. Pd informan inti yang notabenenya putra kedua bapak Basyir Prajekan Kidul korban keganasan penjajah Belanda yang masih hidup. Hasil interview kemarin tentang peristiwa gerbong maut sebagai berikut.

Saat tentara Belanda dikalahkan tentara Jepang, pabrik Gula Prajekan dijadikan markas mereka. Ketika itu, tentara jepang mencari dan merekrut pemuda yang masih muda beliau masuk dikesatuanya untuk dilatih militer tujuannya untuk memerangi tentara Belanda.

Prajekan Kidul ada seorang pemuda yang memenuhi kriteria kesatuan jepang direkrut didalamnya namanya Basyir. Setelah beberapa kali ikut pelatihan, ia dinyatakan lulus dan mendapat tugas sebagai agen intelejen dimana tugas pokok dan fungsi (tupoksi) nya memata-matai gerak gerik pasukan Belanda diatas menara. Disana ia diberi fasilitas komunikasi telfon untuk menghubungi pihak tentara jepang jika ada gerakan yang mencurigainya.

Namun, hal itu tidak seberapa lama karena tentara jepang bertekuk lutut dan menyerah tanpa syarat pada pihak sekutu pada saat terjadinya Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang. Semenjak tentara jepang kalah dan pulang kenegaranya, tentara sekutu mulai merangsek ke Prajekan melalui pantai pasir putih.

Sedangkan pasukan dari pemuda Indonesia besutan tentara Jepang kembali lagi berbaur ke masyarakat. Tidak begitu lama kemudian, Basyir muda direkrut kedalam jajaran Peta (pembela tanah air). Sejak itu, ia nomaden tinggal lagi dirumahnya Prajekan Kidul melainkan pindah pindah dari satu tempat ke tempat lain sesuai perintah atasan. 

Pada suatu ketika, Basyir muda mendapat tugas perintah dari atasnya untuk mengantarkan sepucuk surat untuk rekan rekan seperjuangannya di daerah Prajekan. Usai mengantarkan surat tersebut, ia mampir terlebih dahulu kerumah orang tuanya untuk sekedar melampiaskan rindunya pada kampung halamannya yang sekian lama ditinggalkannya. Dirumah itu, hanya tinggal seorang perempuan paruh baya sebagai bibinya yang menempati rumahnya sejak kedua orang tuanya meninggal dunia.

Rupanya kedatangan Basyir muda diketahui oleh mata mata Belanda yang kemudian melaporkan keberadaannya pada markas Belanda di Pabrik Gula Prajekan. 

Tentu saja, laporan ini merupakan informasi berharga bagi Belanda. Tak pelak, Belanda meresponnya dengan sigap dan tanggap dengan mengirim beberapa kompi pasukannya menggerebek dan melakukan pagar betis area rumah Basir muda. 

Tentu saja, kedatangan pasukan Belanda tersebut membuat kaget dia dan iapun tidak bisa berkutik dan menyerah pada tentara Belanda.

Ia diseret kemarkas Belanda dimasukkan keruang tahanan bersama pejuang lainnya. Selama dalam tahanan, ia bersama rekan rekan seperjuangannya mengalami siksaan psikis dan fisik diantaranya menurut keterangan informan dari putranya, bapak Budi Santoso yang bersangkutan mengalami siksaan yang sangat mengerikan sekali berupa di strum sehingga tiap hari ia dan rekan seperjuangan menjerit kesakitan.

Tidak lama kemudian, akhirnya Basyir muda dan rekan seperjuangannya dipindah ke penjara Bondowoso. Nasibnya selama disana, tidak lebih baik dengan saat dipenjara Prajekan, konon siksaanya lebih inten dan ganas lagi.

Di penjara Bondowoso, Basyir muda hanya sebentar saja lalu kemudian tentara Belanda memindahkan Basyir muda dan rekan rekannya sejumlah kurang lebih seratus orang dipindah kepenjara Surabaya melalui tiga gerbong kereta api.

Gerbong pertama merupakan gerbong yang bagus karena eksterior dan interior gerbongnya bagus tidak ada celah sedikitpun lubang udara masuk sehingga tahanan digerbong itu diyakini meninggal dunia semua. Giliran gerbong kedua ada celah lubang satu sehingga ada udara masuk kedalam. Konon tahanan yang berada dalam gerbong itu separuh meninggal dunia dan separuh lagi hidup. Dan Basyir muda berada digerbong ini dan termasuk salah satu tahanan yang masih hidup. Sedangkan gerbong ketiga, gerbongnya rusak dimana ada banyak celah lubang sehingga menjadi fentilasi udara. Dengan kondisi gerbong yang rusak itu, kondisi para tahanan bisa bernafas dan menghirup udara dari luar sehingga semua tahan yang berada dalam gerbong ini dinyatakan hidup semua. Peristiwa ini, dikenal dan populer dengan sebutan Peristiwa Gerbong Maut Bondowoso.

Peristiwa Gerbong Maut adalah peristiwa pemindahan 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dari Bondowoso ke Surabaya menggunakan tiga gerbong kereta api yang tertutup rapat. Pemindahan ini dilakukan oleh tentara Belanda dengan mengabaikan keselamatan jiwa tawanan perang sehingga 46 pejuang gugur kehabisan udara dan terpanggang dalam gerbong yang sesak. Dalam pertempuran antara pasukan RI dan Belanda semasa Agresi Militer Belanda I, tidak sedikit pejuang republik yang tertangkap. Sebagian tertangkap saat bertempur, sebagian lagi tertangkap karena dikhianati bangsa sendiri yang menjadi antek Belanda. Salah satu penjara yang digunakan untuk menahan pejuang-pejuang yang tertangkap itu adalah penjara Bondowoso.

Pada tanggal 22 November 100, pejuang republik yang ditahan di penjara Bondowoso dipersiapkan untuk dipindahkan ke Surabaya. Keesokan harinya, pada pukul 05.15 para pejuang ini disuruh berbaris di depan penjara Bondowoso dalam empat banjar. Mereka kemudian diperintahkan berjalan ke stasiun kereta api Bondowoso. Sesampainya di sana, 100 pejuang itu dimasukkan ke dalam tiga gerbong barang dengan pembagian sebagai berikut: Gerbong pertama yang terletak paling depan dengan nomor GR.5769 diisi 32 orang pejuang, gerbong kedua dengan nomor GR.4416 diisi 30 orang, dan gerbong ketiga dengan nomor GR.10152 diisi 38 orang. Gerbong-gerbong itu kemudian ditutup rapat dan digembok dari luar oleh pasukan Belanda. Kereta berangkat dari stasiun Bondowoso menuju Surabaya pada pukul 07.30 (Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1978: 222).

Di sepanjang perjalanan, teriakan minta air terdengar dari dalam ketiga gerbong itu. Gerbong-gerbong itu terbuat dari bahan seng, sehingga menyerap panas siang hari. Ditambah lagi gerbong yang sempit dan diisi berjejal dengan manusia itu tidak memiliki ventilasi yang baik, sehingga oksigen di dalam gerbong menjadi terbatas. Namun demikian, teriakan minta tolong itu tidak digubris oleh pasukan Belanda yang memang tidak peduli dengan keselamatan para pejuang (Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1978: 223).

Setelah kurang lebih dua belas jam perjalanan, pada pukul 19.15, kereta tiba di stasiun Wonokromo Surabaya. Gembok gerbong tawanan dibuka dan terlihatlah keadaan yang memilukan. Di gerbong pertama, seluruh tawanan ditemukan dalam keadaan hidup namun lemas dan tidak berdaya. Di gerbong kedua keadaan lebih parah dengan delapan orang pejuang gugur. Keadaan paling mengenaskan terjadi di gerbong ketiga, seluruh tawanan ditemukan dalam keaadaan meninggal dalam kondisi kulit seperti terbakar (Lapian 1996: 68-69). Total pejuang yang gugur ada 46 orang. Dalam keadaan yang lemas tawanan yang masih hidup kemudian diperintahkan untuk mengeluarkan rekannya yang meninggal. Setelah itu tawanan yang masih hidup dimasukkan ke kamp Bubutan (Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1978: 223-224).

Peristiwa ini penting dalam sejarah Indonesia untuk mengingat besarnya jasa para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, peristiwa ini juga menunjukkan betapa dalam perang manusia dapat bertindak dengan kejam. Musuh dapat bertindak di luar perikemanusiaan dan bangsa sendiri pun dapat berkhianat terhadap perjuangan saudara sebangsanya.

Semoga torehan catatan kecil ini, bisa memberi edukasi pada rakyat Indonesia terutama masyarakat Prajekan khususnya tempat tinggal penulis saat ini agar supaya bisa mengambil ibrahnya yang tersirat dalam peristiwa tersebut. Harapannya, tulisan nantinya dapat dituangkan dalam buku alfakir bersama pahlawan lainnya yang asli Prajekan yang bernama Santawi yang mana kuburannya ada dua makam. Satu ada di area makam pahlawan Bondowoso dan satunya berada diarea pemakaman umum Prajekan Lor berdampingan dengan makan bapak mertua saya disana. Ini butuh riset mendalam, makam mana yang betul betul makamnya pahlawan Santawi itu? Ini perlu dijawab dengan ilmiah bukan sekedar polemik cerita rakyat yang bertebaran dari satu telinga ke telinga lainnya sehingga sejarahnya tidak jelas. Mohon doanya, semoga alfakir bisa mengungkap kebenaran itu. Tentu semoga bersama dengan Maunah dan Inayah serta Ridho Allah SWT. Amin.

Prajekan, 25 Juli 2024

Senin, 22 Juli 2024

MENGISLAMKAN JAWA DAN MENJAWAKAN ISLAM

*

πŸ“Œ- Lewat bukunya, ‘Mengislamkan Jawa’, Merle Calvin Ricklefs,  profesor Australian National University (ANU), menyatakan bahwa sejatinya “orang Jawa tak pernah ikhlas menerima Islam”. 

✍️Sebagai orang Jawa,yang mencintai leluhur budaya Jawa - dan memuliakan budaya Jawa yang luhur -  izinkan saya melengkapinya. Bahwa orang Jawa juga tidak ikhlas menerima Kristen,orang Jawa tidak ikhlas menerima Budha,tidak ikhlas menerima Hindu dan lainnya.  Sebab,orang Jawa begitu mencintai budaya kepercayaan leluhur mereka sendiri, yang biasa disebut ‘Kejawen’. 

✍️Karena itu,bisa dikatakan nyaris semua agama yang datang ke Jawa mengalami ‘pen-Jawa-an’ atau ‘Jawanisasi’ -  yang dalam istilah akademis disebut ‘Sinkretisme’.

πŸ“Œ‘Sinkretisme’ adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan.Pada sinkretisme terjadi proses pencampur-adukkan berbagai unsur aliran atau paham,sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan.

Semoga Anda pernah mendengar sebutan ‘Islam Jawa’, ‘Kristen Jawa’, ‘Budha Jawa’ dan ‘Hindu Jawa’, yang masing masingnya berbeda dengan ajaran asli di negeri asalnya.Sebab,
πŸ‘Islam di tanah Jawa tidak sama dengan Arab. 
πŸ‘Hindu di tanah Jawa tidak sama dengan India. 
πŸ‘Kristen di tanah Jawa tidak sama dengan Vatikan. 
πŸ‘Budha di tanah Jawa juga tidak sama dengan Himalaya dan China.

✍️Budaya Jawa adalah budaya besar.Tidak ada yang masuk ke tanah Jawa tanpa “menjadi Jawa”. 

πŸ“ŒHanya produk teknologi ‘built up’ saja yang tidak bisa di-Jawa-kan. Misalnya, ‘iPhone Jawa’, ‘Samsung Jawa’ atau ‘Mercy Jawa’. Tapi, kalau Anda jalan jalan ke Jepang dijamin tidak ketemu ‘Toyota Kijang’. Karena ‘Kijang’ khas produk Indonesia, meski mesinnya masih Jepang. Tapi digagas dan dirakit di pulau Jawa.

✍️Ada pameo: “Islam masuk Sumatra - Sumatra menjadi Islam. Islam masuk Kalimantan - Kalimantan menjadi Islam,Islam masuk Sulawesi - Sulawesi menjadi Islam,tapi Islam masuk Jawa,Islam menjadi Jawa.

πŸ‘Islam Jawa adalah Islam yang lain.Islam Jawa memuliakan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.Tapi juga menghormati,mengakui kekuasaan dan memberikan pengistimewaan pada Nyi Roro Kidul.Penguasa Laut Selatan.Islam yang mengupacarakan Malam Satu Suro dan Grebeg Maulid dengan mengarak tujuh 'gunungan' dari Raja kepada rakyat di sekitar Kraton. 

πŸ“Œ✍️SESUNGGUHNYA,jika Anda sudi merujuk pada sejarah,Jawa tidak membutuhkan Islam.Islam lah yang membutuhkan Jawa.Sebab,untuk apa para penyebar Islam dari negeri Hadratul Maut dan Yunnan - Cina jauh jauh sampai ke pulau Jawa ? Jika tidak membutuhkan Jawa ?

✍️Tanpa Islam,kerajaan di Nusantara hebat-hebat.Justru setelah ada Islam,kerajaan besar di Jawa tak ada sisanya.Kesultanan kesultanan Islam tak pernah bersatu dan dengan mudahnya dipecah belah oleh Belanda,sehingga penjajahan berlangsung ratusan tahun. 

✍️Bukankah umat Islam pun mengakui bahwa hanya dengan cara-cara adaptasi dan pendekatan budaya,Wali Songo bisa mengislamkan Tanah Jawa ? Barangkali,hal itu sesuai dengan peribahasa “ di mana bumi dipijak,di situ langit dijunjung ” ? Atau Sebagaimana kata Julian Pitt-Rivers (1963) dalam esainya tentang sosiologi Mediteranea, “You cannot be a Brahmin in the English countryside”..

✍️Untuk menjawakan Islam,dalam 'Kitab Usulbiyah' yang ditulis Sultan Agung,digambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengenakan mahkota emas dari Majapahit.Tak hanya itu,dikatakan bahwa membaca kitab ini setara dengan menggenapi dua dari lima rukun Islam.

✍️Misalnya,dalam Serat Wedhatama ( Kebijakan yang Lebih Agung ),Mangkunegara IV bersyair:

Jika kalian berkeras untuk meniru
teladan Sang Nabi
duhai Putra-putriku,kalian melakukan hal yang mustahil
artinya kalian tak akan bertahan lama
karena kalian ini orang Jawa
sedikit saja sudahlah cukup.

✍️PENENTANGAN terhadap pengislaman Tanah Jawa tidak lekang oleh waktu.Setelah sebagian besar Jawa menganut Islam pun,penentangan tak berhenti. Misalnya,pada 1870-an,para penulis di Kediri meramu berbagai ejekan dan olok-olok mengenai Islam dalam tiga karya sastra, ‘Babad Kedhiri’, ‘Suluk Gatholoco’ dan ‘Serat Darmogandul’.

πŸ“ŒTiga karya itu adalah karya yang tak jarang sarkastis.Versi lebih lunak yang menginginkan agar orang-orang Jawa tetaplah “ nJawani ”dan tidak berlaku laiknya orang Arab yang dalam sisi lain dipandang menjadi seorang Muslim “kaffah” atau seutuhnya – sebagaimana yang selalu didengungkan oleh para ustad dan ustadzah.

✍️Agama mana pun yang tidak berkembang mengikuti zaman lambat laun akan ditinggalkan. Katolik berkembang mengikuti zaman.Bandingkan pandangan Katolik era Galileo dengan hari ini.

Seberapa banyak yang masih aktif ke gereja di negara-negara yang dulu kuat keKristenannya ? Seberapa "kristen" orang orang Amerika  dan Ingris di hari ini ?

Islam selalu berkembang,ajaran Kejawen juga begitu.Meski secara politis terus mengalami tekanan. Sebagai paham keyakinan dari negeri sendiri,dari Bumi Pertiwi, justru dipinggirkan,dimarjilaisasi oleh agama agama asing dan agama pendatang. 

✍️Sekali lagi,Budaya Jawa adalah budaya besar.Tidak ada yang masuk ke budaya Jawa tanpa menjadi Jawa.

✍️Pada agama Budha yang relatif tidak mengenal konsep ‘Divine’ alias ‘Causa Prima’, konsepsi Budha di Jawa mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Sementara,konsep Hindu tentang Tiga Dewa Utama ( Trimurti ),diadaptasi ke dalam konsepsi Jawa dengan penambahan ‘Sang Hyang Widhi’.

✍️Demikian pula pada saat kedatangan Kristen.Kyai Sadrach, misionaris pribumi yang tergolong sukses melakukan Kristenisasi Jawa melalui sinkretisme.Tidak hanya mencantumkan ‘Kyai’ di depan namanya - Kyai Sadrach – dia juga menggunakan banyak tradisi Jawa dalam menyukseskan agenda misi Kristen-nya.

✍️Sinkretisme budaya Jawa tak hanya dilakukan misionaris pribumi. Conrad Laurens Coolen,misionaris keturunan Rusia-Solo,meraih sukses dalam misi Kristenisasi juga dengan cara yang disebutnya ‘kontekstualisasi’. 

Coolen,misalnya,tak ragu memakai jampi-jampi dan mantera dalam upayanya.

✍️Bahkan Conrad Laurens  Coolen dengan yakin memasukkan unsur kepercayaan dan keyakinan mistik Jawa.Misalnya,karena masyarakat Jawa yang agraris mempercayai Dewi Sri,Coolen melakukan ritual dengan pertama-tama memohon kepada Dewi Sri,diakhiri dengan nama Yesus yang diajarkannya merupakan Dewa yang lebih besar.

✍️DALAM PIDATONYA yang termashur, tokoh Proklamator kita Bung Karno pun menasehatkan : “Jadilah Islam tapi jangan jadi Arab, jadilah Kristen tapi tidak menjadi Yahudi,Jadilah Hindu,tapi bukan India,jadi Budha tapi tidak jadi Himalaya”. 

“Dapatkanlah Api Islam,bukan abunya, “ katanya.Jangan jadi Islam sontoloyo,kata Bung Karno.Bahkan jauh jauh hari,sebelum jadi presiden,Soekarno menulis “ Kini bukan masyarakat Onta,tetapi masyarakat Kapal Udara ”  sebagaimana yang terdokumentasi dalam artikelnya di majalah ‘Panji Islam’ di tahun 1940.

✍️Maka,bagi orang Jawa,jadilah Islam tanpa kehilangan kesadaran dan jati diri sebagai Jawa.Sebab orang Jawa ciptaan Allah SWT juga. Dan Allah tentulah ingin mempertahankan keJawaan orang Jawa dan tidak menjadi orang lain – menjadi keArabAraban,misalnya. 

✍️Bagi orang Jawa,agama adalah pakaian – ‘agomo iku ageming ati’ atau agama itu busana hati  -  jadi memakai pakaian apa pun entah itu Islam,Hindu,Kristen atau Budha tidak masalah untuk orang Jawa. Sebab,sejatinya tubuh mereka tetap Jawa.

✍️Jangan sampai lahir dan besar sebagai orang Jawa,makan dan minum bahkan mati di Tanah Jawa,  namun kehilangan keJawaannya. Almarhum Bapak saya menyebut, “wong Jowo sing wis ilang Jawane”. 

✍️Jadilah orang Jawa yang sesungguhnya. Jangan jadi fotokopi Arab, Palestina atau Himalaya atau Sungai Gangga.Anda lahir di Jawa, besar di Jawa dan Insya Allah mati di Jawa.Kita makan minum dari tanah air pulau Jawa.Sudah seharusnya kita ‘ngrungkebi’ bumi kelahiran kita ini. 

✍️Gusti Allah itu bukan hanya milik orang Arab,Palestina,dan India. Gusti Allah milik orang Jawa juga. 

✍️Identitas dan kekhasan Jawa di seluruh dunia sampai kini pun tetap Jawa  yang Hinduis dan Budhis,sebagaimana tercermin dari icon Borobudur dan Prambanan. Sedangkan Indonesia terkenal dengan tarian Bali,lompat batu di Nias atau Rumah Toraja dan patung Asmat.

Bukan masjid Istiqlal atau Masjid Kubah Emas...

Rahayu..
.
.
.
Adhie Khumaidi