JURNAL RAMADHAN AL-MIHRAB: RAMADHAN BULAN LITERASI BUKU
Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA
Bagi sebagian orang barangkali mungkin momentum ramadhan dijadikan ajang meraup pahala sebanyak banyaknya melalui instrumen puasa, tarawih, tadarus dan amal amal khusus puasa lainnya.
Well, itu tidak salah malah sangat dianjurkan sekali oleh agama karena bulan suci ramadhan bulan untuk menempa diri. Namun demikian, amal amalan diatas hanya bersifat temporer bukan permanen. Sebaiknya, disamping mengamalkan amalan amalan diatas juga ada amalan amalan lain yang bersifat permanen yang bisa diwariskan kepada generasi masa depan yaitu amalan menulis buku.
Tak pelak, bagi sebagian orang bulan ramadhan dijadikan bulan literasi karena momentum tersebut dijadikan bulan efektif, kreatif, produktif dan inovatif. Dimana hari harinya selama bulan ramadhan hanya diisi amalan amalan yang menonton tidak upgrading sehingga pasca ramadhan pahala itu berhenti.
Nah, dalam kesempatan ini saya melalui tulisan ini menawarkan agar umat Islam semakin cerdas menghadapi era digital ini perlu adanya amalan amalan yang bisa mendatangkan pahala yang unlimited edition. Artinya selamanya ia mendapat transfer pahala dari amalan selama bulan suci ramadhan yaitu menulis buku.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Sebagian orang menyangka bahwa amal jariyah, amal yang akan mengalir terus pahalanya hanya dibatasi pada sumbangan untuk pembangunan masjid atau pesantren. Padahal banyak cara untuk melakukan amal jariyah. Dan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan banyak cara tersebut supaya bisa memperoleh banyak pahala. Menyebarkan ilmu diin (agama) dan ilmu itu dimanfaatkan orang lain, itu juga termasuk amal jariyah. Bentuk lainnya adalah dengan membantu dalam penerbitan buku Islam dan keilmuan lainnya yang dibagikan secara gratis di tengah-tengah kaum muslimin baik berupa buletin, artikel dan tulisan buku.
Namun saya akui, untuk membagikan buku karya saya sendiri secara gratis untuk saat ini belum memungkinkan karena keterbatasan finansial namun tidak menutup kemungkinan bulan ramadhan yang akan datang hal itu bisa direalisasikan tentu dengan Maunah dan Inayah Allah SWT.
Alaa kulli hal, yang dapat dilakukan selama bulan suci ramadhan saya hanya bisa menulis artikel keberbagai media sosial secara gratis kendati tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan yang memantik kritik dari para netizen tentang teknik penulisannya. Hal itu baik dan saya sangat mengapresiasi sekali tentu yang bersifat konstruktif bukan destruktif. Saya ingat dengan pernyataan Prof. Dr. KH. Said Agiel Shirath MA. saat dikritik oleh Idrus Ramli ketika debat dipesantren Sidoarjo beberapa tahun yang lalu,
"Saya salah karena menulis, sedangkan kamu tidak pernah salah karena tidak pernah menulis."
Inilah yang saya temui di tanah Arab (Saudi Arabia), para muhsinin atau dermawan begitu pintar dalam menyalurkan hartanya. Ribuan buku bahkan jutaan sering dibagi gratis di tengah-tengah masyarakat atau kepada para pelajar (tholib). Contohnya dapat kita temukan di saat musim haji, berbagai buku aqidah, fikih dan akhlak dicetak dalam bahasa Arab dan bahasa lainnya termasuk bahasa lainnya. Itu semua dibagi gratis di tengah-tengah jamaah haji. Begitu cerdasnya para muhsinin yang memilih jalan bersedekah semacam ini.
Lihat saja bagaimana jika ribuan buku yang dicetak, atau bahkan jutaan buku walaupun itu dalam bentuk buku saku (kecil dan sederhana), namun jika orang yang diberi membaca dan mengamalkan ilmunya, maka muhsinin tersebut akan turut serta mendapatkan pahala amal jariyah. Karena itu, kita harus cerdas dalam memilih jalan untuk berbuat baik.
Dulu, saat saya masih nyantri hobbi minta buku dan kitab gratis dari luar negeri mulai dari Saudi Arabia, Iran, Turki, Amerika Serikat dan negara kaya lainnya. Alhamdulillah, buku dan kitab hasil kiriman dari luar negeri masih berjejer rapi diperpustakaan pribadi saya. Mungkin itu, motivasi saya sehingga berkeinginan menjadi penulis kelas dunia. Mungkin kelihatan dan kedengarannya seperti orang gila, tapi ingat orang penulis hebat tempo dulu dianggap gila oleh orang lain dimasanya.
Mengutip dari tulisan Muhammad Abduh bahwa fadhilah atau keutamaan partisipasi dalam penulisan dan penerbitan buku yang dibagi gratis ataupun tidak dan tulisan gratis lainya di tengah-tengah kaum muslimin tercakup dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Komisi Fatwa di Kerajaan Saudi Arabi, Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, yang sering juga membagi buku dan kitab gratis kepada para pelajar termasuk saya sendiri, pernah ditanya mengenai partisipasi dalam penerbitan dan penulisan buku gratis apakah termasuk dalam amal jariyah yaitu ilmu yang terus dimanfaatkan. Para ulama di sana ditanya sebagai berikut:
Apakah pencetakan buku Islam lalu setiap orang masih memanfaatkannya setelah kita meninggal dunia termasuk dalam amal jariyah “ilmu yang senantiasa dimanfaatkan” sebagaimana disebutkan dalam hadits?
Jawaban para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah:
Pencetakan dan penulisan buku-buku Islam yang bermanfaat yang terus dimanfaatkan oleh manusia, baik dalam ilmu diin (agama) maupun ilmu dunia, itu termasuk amalan sholehah. Ketika masih hidup, orang yang berpartisipasi dalam penerbitan dan penulisan buku tersebut akan mendapatkan pahala. Dan pahala tersebut akan terus mengalir selama buku tersebut terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia. Amalan tersebut termausk dalam keumuman hadits shahih dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim, At Tirmidzi, An Nasai dan Ahmad).
Setiap orang yang berpartisipasi dalam penulisan dan penerbitan buku dari ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan pahala besar. Yang termasuk mendapatkan pahala di dalamnya adalah penulisnya, pengajarnya, penyebar buku tersebut di tengah-tengah manusia, atau yang menerbitkannya. Semuanya akan mendapatkan pahala sesuai dengan besarnya partisipasi yang ia berikan.
Salam literasi, Bondowoso, 3 Maret 2025