MUTIARA ILMU

Selasa, 05 Agustus 2025

*SKANDAL NASAB HABIB: MENGUNGKAP KEJAHATAN KLAN BA’ALWI TERHADAP BANGSA INDONESIA*



https://www.walisongobangkit.com/skandal-nasab-habib-mengungkap-kejahatan-klan-baalwi-terhadap-bangsa-indonesia/

Benih badai ini mulai ditanam oleh KH Imaduddin Utsman al Bantani pada November 2022 melalui penelitian ilmiahnya yang berjudul “Habib Bukan Cucu Nabi.” Awalnya, temuan ini hanya menjadi perbincangan terbatas, namun badai besar pecah pada 19-20 Maret 2023 ketika Gus Fuad Plered mengalami pertengkaran yang diduga dilakukan oleh kelompok habib dan pendukungnya. Peristiwa ini membuka tabir lebih luas mengenai berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh Klan Ba’alwi di Indonesia.

 

Sejak kejadian tersebut viral, semakin banyak kejahatan yang terungkap ke publik. Pemalsuan sejarah, klaim sepihak terhadap tanah dan tokoh nasional, serta manipulasi ajaran Islam untuk kepentingan pribadi menjadi bukti kuat yang tidak bisa diabaikan. Dalam dua tahun terakhir, kesadaran pribumi Nusantara semakin meningkat untuk melawan dominasi berkedok agama ini.

 

*POLA KELICIKAN KLAN BA’ALWI: BUKTI-BUKTI KEJAHATAN TERHADAP BANGSA INDONESIA*

Penulis melakukan penelitian mendalam, mengumpulkan data, dan menemukan pola yang konsisten dalam tindakan Klan Ba’alwi. Berdasarkan fakta yang ditemukan, ada tiga pola utama yang menunjukkan bagaimana mereka beroperasi:

*1. Saat Bangsa Indonesia Menghadapi Ancaman, Klan Ba’alwi Cenderung Diam dan Tetap Menikmati Keuntungan dari Situasi Tersebut.*

Contoh Kasus: Sikap Diam Klan Ba’alwi saat Indonesia Melawan Penjajah

Ketika bangsa Indonesia berjuang melawan penjajahan Belanda, banyak tokoh pribumi yang mengorbankan nyawa dan hartanya demi kemerdekaan. Namun, sejarah mencatat bahwa Klan Ba’alwi justru bersantai dan bahkan menikmati keuntungan ekonomi dari situasi tersebut.

๐Ÿ“Œ Kasus di Batavia:
Pada abad ke-18 dan 19, saat rakyat pribumi menderita di bawah kolonialisme Belanda, beberapa keluarga dari Klan Ba’alwi justru mendapatkan keistimewaan dalam perdagangan, menjadi perantara dagang Belanda, serta mendapatkan perlindungan khusus (Klan ba’alwi  di gaji dengan dijadikan menjadi perwakilan Belanda di setiap daerah dengan sebutan “Kapiten Arab”). Mereka lebih memilih bekerja sama dengan penjajah daripada ikut serta dalam perjuangan rakyat.

Silahkan melihat informasi tersebut di link berikut ini:



๐Ÿ“Œ Kasus Perang Diponegoro (1825-1830):
Dalam Perang Diponegoro, banyak ulama dan santri gugur melawan penjajah. Namun, apakah ada catatan bahwa Klan Ba’alwi juga ikut serta dalam perjuangan ini? Tidak ada. Sebaliknya, mereka justru menjalin hubungan baik dengan pemerintah kolonial dan tidak menunjukkan kepedulian terhadap perjuangan rakyat Nusantara. Justru dari kalangan klan ba’alwi yang bernama Ibrahim ba’abud  berkhianat terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro yang menjadikan Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda.

Silahkan dilihat informasinya di link berikut:

https://www.walisongobangkit.com/habib-baabud-klan-baalwi-sang-pengkhianat-vs-kyai-babud-karbasan-sang-pejuang-dua-sisi-sejarah-di-balik-perang-diponegoro/

 

๐Ÿ“Œ Geger Cilegon 1888 (Pengkhianatan Habib Usman bin Yahya dalam Peristiwa Geger Cilegon 1888)

Salah satu contoh paling jelas dari Pengkhianatan Klan Ba’alwi terhadap perjuangan bangsa Indonesia adalah peran Habib Usman bin Yahya (Mufti Betawi, 1822-1913) dalam peristiwa Geger Cilegon 1888

Geger Cilegon 1888 adalah pemberontakan petani Banten terhadap penjajahan Belanda yang terjadi pada tanggal 9 Juli 1888. Perlawanan ini dipimpin oleh ulama-ulama pribumi dan pejuang tarekat yang muak dengan kolonial. Namun, alih-alih mendukung perjuangan rakyat, Habib Usman bin Yahya justru mengeluarkan fatwa yang mendukung Belanda dan menentang jihad rakyat Banten!

๐Ÿ“Œ Isi Fatwa Pengkhianatan Habib Usman bin Yahya:
Dalam kitabnya Manhajul Istiqรขmah fรฎd Dรฎn bis Salรขmah , halaman 22, ia menulis:

“Bahwa perbuatan bikin rusuh negeri sebagaimana yang telah jadi di Cilegon Banten dan yang dahulu di Bekasi sekalian itu batil bukannya jihad sebab tiada syarat-syaratnya malahan perbuatan begitu rupa melanggar agama dengan menjatuhkan beberapa banyak darurat pada orang-orang.”

Dampak dari Fatwa Ini:

Fatwa ini dijadikan alasan oleh Belanda untuk menindak keras para pejuang rakyat Banten.
Para ulama tarekat yang memimpin pemberontakan kehilangan dukungan dari sebagian umat yang mempengaruhi fatwa tersebut.
Perjuangan rakyat menjadi lebih sulit karena adanya pengkhianatan dari dalam umat Islam sendiri.
๐Ÿ“Œ Kesimpulan dari Kasus Geger Cilegon 1888:
๐Ÿ‘‰ Klan Ba’alwi menunjukkan keberpihakan kepada penjajah dan tidak memiliki loyalitas terhadap bangsa Indonesia.
๐Ÿ‘‰ Fatwa yang mereka keluarkan lebih menguntungkan kepentingan kolonial daripada kepentingan umat Islam dan rakyat Indonesia.
๐Ÿ‘‰ Mereka bukan bagian dari perjuangan kemerdekaan, namun justru menjadi alat penjajah untuk membangkitkan perlawanan rakyat.

Silahkan dilihat informasinya di link berikut:

https://www.walisongobangkit.com/penghianatan-habib-asal-yaman-klan-baalawiy-habib-utsman-bin-yahya-terhadap-perjuangan-pribumi-melawan-penjajah-belanda/

 

๐Ÿ“Œ Pengkhianatan di Aceh
Pada 13 Oktober 1878, Habib Abdurrahman El Zahir menyerah kepada Belanda dengan bayaran 10.000 gulden/bulan. Ia bahkan membantu Belanda merancang strategi untuk menundukkan Aceh.

Silahkan dilihat informasinya di link berikut:

https://www.walisongobangkit.com/fakta-sejarah-sosok-yang-berjasa-kepada-penjajah-belanda-terkait-perang-aceh-adalah-seorang-habaib/

 

๐Ÿ“Œ Perang Banjar (Martapura)
Tahun 1864, Syarif Hamid Al-Idrus bin Pangeran Syarif Ali Al-Idrus berkhianat dengan membantu Belanda menangkap prajurit Demang Lehman demi ketidakseimbangan jabatan dan hadiah gulden. Akibat pengecualian ini, Demang Lehman digantung Belanda, dan kepalanya dibawa ke Museum Leiden.

Silahkan dilihat informasinya di link berikut:

https://www.walisongobangkit.com/penghianatan-habib-hamid-al-idrus-bin-pangeran-syarif-ali-al-idrus-pada-perjuangan-demang-lehman-melawan-belanda-perang-banjar-martapura/

 

*2. Saat Bukti Kejahatan Mereka Terungkap, Mereka Justru Berusaha Membungkam dan Menyerang Balik Para Pengkritiknya.*

Contoh Kasus: Penganiayaan Gus Fuad Plered (2023)

Salah satu bukti nyata dari pola ini adalah kasus perpecahan terhadap Gus Fuad Plered pada 19-20 Maret 2023 . Gus Fuad adalah salah satu tokoh yang secara terbuka mengkritik status nasab Klan Ba’alwi. Namun, bukannya menjawab dengan ilmiah atau membuktikan klaim mereka dengan bukti, para pendukung Klan Ba’alwi justru memilih jalan kekerasan untuk membungkam kritik.

๐Ÿ“Œ Fakta Kasus:

Gus Fuad mengalami penyampaian setelah menyuarakan penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa Klan Ba’alwi bukan keturunan Nabi.
Tidak ada satu pun tokoh Klan Ba’alwi yang mengecam tindakan kekerasan ini, yang menunjukkan sikap mereka dalam menghadapi kritik.
Media-media yang dikuasai mereka berusaha mengalihkan isu dan menutup-nutupi kejadian ini agar publik tidak mengetahui kebenarannya.
Contoh Kasus: Upaya Membungkam KH Imaduddin Utsman al Bantani

Penelitian KH Imaduddin Utsman al Bantani yang membuktikan bahwa nasab Klan Ba’alwi bukan berasal dari Nabi Muhammad SAW mendapatkan banyak serangan dari berbagai pihak. Alih-alih merenungkan dengan argumen ilmiah, Klan Ba’alwi dan pendukungnya mencoba mendiskreditkan penelitian ini dengan cara:
✔ Menyebut penelitian KH Imaduddin sebagai “hoaks” tanpa bukti yang jelas.
✔ Menyerang kredibilitas KH Imaduddin secara pribadi.
✔ Menghindari perdebatan ilmiah dengan alasan yang tidak rasional.

*3. Saat Indonesia Berada dalam Kondisi Krisis, Loyalitas Mereka terhadap Bangsa Patut Dipertanyakan.*

Contoh Kasus: Sikap Klan Ba’alwi dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Saat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan, banyak ulama pribumi yang ikut serta dalam perang dan jihad melawan penjajah. Namun, apakah ada catatan bahwa Klan Ba’alwi berada di garis depan perjuangan ini? Justru sebaliknya, beberapa tokoh Klan Ba’alwi memilih untuk menjaga hubungan baik dengan kolonial demi kepentingan kelompok mereka sendiri.

๐Ÿ“Œ Kasus Proklamasi 17 Agustus 1945:
Saat para tokoh nasionalis seperti Sukarno, Hatta, dan para pejuang lainnya terancam nyawa untuk memproklamasikan kemerdekaan, tidak ada peran signifikan dari Klan Ba’alwi dalam peristiwa besar ini. Mereka lebih memilih untuk berada di posisi yang aman, tanpa ikut serta dalam perjuangan aktif.

๐Ÿ“Œ Kasus Klaim Palsu terhadap Pahlawan Indonesia:
Beberapa anggota Klan Ba’alwi mencoba menghubungkan diri dengan tokoh-tokoh besar perjuangan Indonesia, seperti Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol , dengan klaim nasab yang tidak berdasar. Mereka berusaha membentuk narasi seolah-olah leluhur mereka memiliki peran besar dalam perjuangan bangsa, padahal tidak ada bukti kuat yang mendukung klaim ini.

*Kesimpulan: Klan Ba’alwi Bukan Bagian dari Perjuangan Bangsa Ini*

Dari berbagai contoh kasus di atas, kita dapat menarik kesimpulan yang jelas:

✅ Klan Ba’alwi lebih memilih diam atau berpihak pada pihak yang menguntungkan mereka dalam situasi sulit.
✅ Ketika kritik terhadap mereka muncul, mereka tidak menanggapinya secara ilmiah, namun justru berusaha membungkam dan menyerang balik pengkritiknya.
✅ Loyalitas mereka terhadap bangsa Indonesia patut dipertanyakan karena mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok sendiri.

Fakta-fakta ini harus menjadi perhatian seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai kita tertipu oleh klaim-klaim palsu yang hanya bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan segelintir orang dengan mengatasnamakan agama. Sudah saatnya bangsa Indonesia bersatu untuk menjaga kebenaran sejarah dan melindungi identitas nasional dari distorsi yang disengaja.

✊ Saatnya kita bangkit! Saatnya kita mengungkap kebenaran dan menghentikan manipulasi sejarah yang telah berlangsung selama ini!

 

Sebagian pihak mungkin berdalih, “Tidak semua anggota Klan Ba’alwi terlibat dalam kejahatan ini.” Namun, selama dua tahun terakhir, belum ada satu pun dari mereka yang secara terbuka membela Indonesia dari distorsi sejarah yang dilakukan oleh kelompoknya. Jika mereka benar-benar bagian dari bangsa ini, mereka seharusnya ikut menegakkan kebenaran dan menolak segala bentuk manipulasi sejarah.

Sebagai perbandingan, Prof. Peter Carey , seorang sejarawan asal Oxford yang bukan pribumi Indonesia, justru aktif membela sejarah asli bangsa ini. Lalu, di manakah suara para Habib Ba’alwi? Mengapa mereka diam ketika sejarah bangsa ini dipalsukan? Jawabannya jelas: karena mereka bukan bagian dari perjuangan bangsa ini!

Dua tahun adalah waktu yang cukup untuk membuktikan sikap mereka. Faktanya, tidak ada satu pun anggota Klan Ba’alwi yang secara terbuka membela kebenaran sejarah Indonesia. Jika ada, tunjukkan di mana mereka? Sampai saat ini, bukti tersebut tidak pernah ada.

Sudah saatnya pribumi Nusantara menyadari fakta ini: Klan Ba’alwi bukanlah keturunan Nabi Muhammad SAW, melainkan kelompok yang memanfaatkan agama untuk kepentingan politik dan sosial mereka sendiri. Bangsa Indonesia harus bersatu untuk melindungi sejarah dan identitasnya dari segala bentuk manipulasi dan penyesatan.

✊ *Saatnya kita bangkit! Saatnya kita menjaga warisan sejarah Indonesia agar tidak jatuh ke tangan mereka yang ingin mengubah demi kepentingan pribadi!*

Sabtu, 19 Juli 2025

Meluruskan Warisan Mbah Malik: Suara Hati Bani Ilyas dari Banyumas

Habib Lutfi Bin Yahya Bukan Penerus Tarekat Mbah Abdul Malik bin Ilyas, baik Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah maupun Tarekat Sadziliyah.

Meluruskan Warisan Mbah Malik: Suara Hati Bani Ilyas dari Banyumas

ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู…ِ
ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

Saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air yang kami muliakan,
Dengan segala hormat dan tanggung jawab moral di hadapan Allah Subแธฅฤnahu wa Taสฟฤlฤ, kami merasa perlu untuk meluruskan berbagai narasi yang saat ini beredar, khususnya yang dibangun oleh sebagian pengikut Habib Luthfi bin Yahya, terkait kedekatan beliau dengan al-Maghfurlah Kiai Haji Abdul Malik bin Ilyas—atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Malik—serta seputar peristiwa wafat beliau.

Kami menyampaikan penjelasan ini berdasarkan fakta sejarah yang disampaikan oleh para pelaku langsung dan saksi hidup, bukan rekaan atau tafsir sepihak.

1. Soal Kedekatan dengan Mbah Malik

Mbah Malik adalah sosok yang sangat tawadhuสฟ dan selalu memuliakan siapa pun tamunya, tanpa pandang status atau latar belakang. Maka jika ada narasi bahwa Habib Luthfi mendapatkan perlakuan khusus dari beliau, itu semata cerminan akhlak mulia Mbah Malik kepada siapa saja, bukan tanda keistimewaan khusus apalagi pewarisan tarekat.

2. Soal Kepemimpinan Pondok Kedung Paruk

Pernyataan yang beredar di media sosial bahwa Pondok Pesantren Kedung Paruk diserahkan kepada Habib Luthfi adalah tidak benar. Sebab, jauh sebelum wafatnya, Mbah Malik secara langsung menunjuk cucu beliau, al-Maghfurlah K.H. Abdul Qadir, sebagai penerus kepemimpinan pondok sekaligus pembawa amanah kemursyidan Naqsyabandiyah Khalidiyah. Bukan Habib Luthfi.

3. Soal Klaim Mursyid dan Baiat

Klaim bahwa Habib Luthfi menerima baiat kemursyidan dari Mbah Malik adalah tanpa dasar dan bukti sahih. Tidak ada satu pun dokumen, saksi, atau catatan resmi yang menunjukkan bahwa Mbah Malik pernah membaiat Habib Luthfi sebagai mursyid, baik dalam Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah maupun Syadziliyah. Apalagi diketahui Mbah Malik sepanjang hidupnya adalah pengamal Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, bukan Syadziliyah.

Lebih aneh lagi, setelah wafatnya K.H. Abdul Qadir, Habib Luthfi membaiat adik dari K.H. Abdul Qadir, yaitu almarhum K.H. Said, sebagai mursyid. Kemudian, setelah K.H. Said wafat, beliau kembali membaiat adik lainnya, K.H. Muhammad. Dari mana dasar hak kemursyidan itu datang kepada beliau, Habib Lutfi ?

4. Soal Wafatnya Mbah Malik

Narasi bahwa saat wafat, Mbah Malik hanya ingin ditemani Habib Luthfi adalah keliru. Faktanya, Habib Luthfi tidak hadir pada saat Mbah Malik wafat. Yang mendampingi beliau saat menghadap Allah adalah cucu-cucu kesayangan beliau: Ibu Nyai Fauziah, K.H. Abdul Qadir beserta istri.

Sementara putri beliau, Ibu Nyai Khairiyah, saat itu sedang menemani ibunda Mbah Malik yang juga sakit di ruangan sebelah. Semua keluarga besar dan murid-murid berada di luar kamar, menyaksikan dengan haru wafatnya beliau dalam keadaan husnul khฤtimah.

5. Soal Khalwat dan Kedekatan

Narasi bahwa selama 40 hari menjelang wafat Mbah Malik melakukan khalwat bersama Habib Luthfi juga tidak sesuai kenyataan. Berdasarkan kesaksian keluarga, Habib Luthfi tidak pernah berdiam di Kedung Paruk dalam jangka waktu panjang sebagaimana seorang santri, melainkan hanya singgah sesekali.

6. Soal Pewarisan dan Nasab

Yang menyedihkan, ada upaya untuk merubah silsilah leluhur Mbah Malik—yang jelas merupakan keturunan Pangeran Diponegoro—menjadi nasab Baสฟalawi (Bin Yahya). Hal ini tentu menyinggung martabat keluarga dan para santri beliau. Jika benar beliau adalah murid, maka mestinya menampilkan adab dan kejujuran dalam menjaga warisan gurunya, bukan memanipulasinya demi kepentingan pribadi atau politik tarekat.

Padahal, bila jalur tarekat ingin dilanjutkan secara sah, masih ada jalur ke Sokaraja, melalui keluarga dekat Mbah Ilyas, atau bahkan melalui jalur almarhum K.H. Abdussalam yang kini diteruskan oleh Gus Thariq.

7. Soal Haul dan Klarifikasi

Perlu dicatat pula, bahwa Habib Luthfi sangat jarang menghadiri haul Mbah Malik. Bahkan dalam dua tahun terakhir—terutama setelah informasi ini terungkap pada 30 September 2024 lalu haul Mbah Malik terakhir—beliau tidak hadir. Sebab keluarga besar Bani Ilyas menanti klarifikasi langsung dari beliau, terutama atas klaim-klaim kemursyidan dan perubahan silsilah itu.

8. Penutup

Saudara-saudaraku,
Meluruskan sejarah bukanlah tindakan benci atau permusuhan. Tapi bentuk tanggung jawab terhadap kebenaran dan kelangsungan warisan spiritual bangsa. Jangan sampai anak cucu kita kelak tumbuh dalam kebingungan, menganggap penjilat dan kaki tangan penjajah sebagai pejuang, dan mengira pemalsuan sejarah sebagai kebenaran.

Kami tidak berniat membuat kegaduhan. Tapi bila kebenaran dibungkam dan kebohongan terus disebarkan, maka kewajiban kitalah untuk bersuara.

Demi Allah, apa yang kami sampaikan ini adalah kesaksian dan kenyataan yang disaksikan banyak orang. Para saksi masih hidup. Fakta-fakta masih bisa diverifikasi. Semoga Allah menunjukkan yang benar sebagai kebenaran dan memberi kita kekuatan untuk mengikutinya.

ูˆَุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ