MUTIARA ILMU

Kamis, 01 Mei 2025

Dr. Sugeng Sugiarto dari BRIN: Kompetensi di Bidang DNA Tanaman Membuatnya Mampu Membahas DNA Manusia

**

https://www.walisongobangkit.com/dr-sugeng-sugiarto-dari-brin-kompetensi-di-bidang-dna-tanaman-membuatnya-mampu-membahas-dna-manusia/

Dr. Sugeng Sugiarto, seorang peneliti DNA dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan fokus pada genetika tanaman, memiliki latar belakang ilmiah yang membuatnya kompeten dalam menganalisis DNA manusia. Struktur dasar DNA di semua makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tanaman, serupa dan menggunakan prinsip-prinsip yang sama dalam pewarisan genetik. Dengan keahlian di bidang genetika, teknik seperti sekuensing DNA dan analisis genetik yang diterapkan Dr. Sugeng dalam penelitian tanaman tetap relevan dan bisa diterapkan pada penelitian DNA manusia.
*Penjelasan bahwa seorang ahli bialogi ahli DNA tanaman tetap sangat kompeten untuk bahas DNA manusia.*
Semua makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, tumbuhan, atau mikroorganisme, memiliki struktur dasar yang sama dalam DNA (Deoxyribonucleic Acid). DNA adalah molekul yang menyimpan informasi genetik yang menentukan karakteristik setiap organisme. Ilmu modern, terutama dalam bidang genetika dan biologi molekuler, memanfaatkan DNA untuk mempelajari hubungan antarspesies, evolusi, kesehatan, hingga nasab atau keturunan manusia.
*Prinsip Dasar DNA:*
DNA terdiri dari empat basa nukleotida utama: Adenin (A), Timin (T), Sitosin (C), dan Guanin (G). Susunan basa-basa ini dalam untaian DNA menentukan gen, yang pada gilirannya menentukan sifat-sifat yang diwariskan oleh organisme.
*Mengapa Ahli Biologi Bisa Memahami DNA Manusia?*
1. *Kesamaan Struktur Dasar*: DNA pada semua makhluk hidup memiliki komponen yang sama, meskipun urutan genetiknya berbeda. Peneliti yang mempelajari DNA tanaman, hewan, atau mikroorganisme memiliki pemahaman dasar yang sama tentang bagaimana DNA bekerja karena prinsip-prinsipnya bersifat universal.
2. *Pengetahuan Lintas Spesies*: Orang yang memahami DNA tanaman, misalnya, sudah menguasai teknik analisis genetik seperti sekuensing DNA, pemetaan genom, dan memahami bagaimana gen berfungsi dalam organisme hidup. Teknik yang sama digunakan untuk menganalisis DNA manusia. Seorang doktor biologi yang ahli dalam genetika tanaman, misalnya, akan bisa menerapkan pengetahuannya untuk memahami DNA manusia.
3. *Evolusi dan Kesamaan Genetik*: Ilmu biologi modern telah menunjukkan bahwa ada kesamaan genetik signifikan antara spesies yang berbeda, bahkan antara manusia dan tanaman. Sebagai contoh, sekitar 50% gen manusia memiliki homolog atau kemiripan dengan gen pada tanaman pisang. Ini berarti, walaupun tanaman dan manusia sangat berbeda secara morfologis, prinsip dasar genetik yang mendasari tetap sama.
4. *Metode yang Sama*: Seorang doktor biologi yang mempelajari DNA tanaman menggunakan metode modern seperti PCR (Polymerase Chain Reaction), elektroforesis gel, dan sekuensing gen untuk menganalisis DNA. Teknik ini juga digunakan dalam penelitian DNA manusia. Dengan metode yang sama, ahli biologi bisa dengan mudah menganalisis dan memahami DNA manusia.
5. *Peran Multidisipliner dalam Genetika*: Pengetahuan tentang DNA tidak terbatas pada manusia saja. Seorang doktor biologi, khususnya yang fokus pada genetika, akan memiliki pemahaman menyeluruh tentang bagaimana DNA bekerja di berbagai spesies. Seorang ahli biologi yang terbiasa mempelajari genetika tanaman, hewan, atau mikroorganisme juga memiliki dasar yang kuat untuk memahami genetik manusia karena DNA bekerja dengan cara yang hampir sama pada semua organisme.
*Mengapa Penting dalam Verifikasi Nasab?*
Dalam konteks nasab atau keturunan, ilmu genetika modern, terutama tes DNA, dapat digunakan untuk memverifikasi hubungan kekerabatan. Tes ini sering digunakan untuk memastikan hubungan darah antara individu, karena pola pewarisan DNA sangat spesifik. Dengan membandingkan pola DNA seseorang dengan pola DNA orang lain, kita dapat menentukan apakah mereka memiliki nenek moyang yang sama atau tidak.
*Kesimpulannya*, siapapun yang mempelajari DNA, baik itu tanaman atau manusia, memiliki kemampuan untuk memahami dan menganalisis genetika manusia, terutama karena struktur dan fungsi DNA bersifat universal dalam semua makhluk hidup. Seorang doktor biologi, dengan latar belakang ilmiah yang kuat, sangat mungkin memiliki kompetensi dalam memahami DNA manusia sama seperti mereka memahami DNA organisme lainnya.
Tambahan informasi:
*Dalam program S1 Biologi, ada beberapa mata kuliah yang mempelajari DNA dan genetika. Mata kuliah ini bervariasi antara universitas, namun secara umum mencakup materi-materi berikut:*
1. Genetika – Dasar-dasar genetika, pewarisan sifat, struktur DNA, RNA, dan protein.
2. Biologi Molekuler – Mendalami struktur, fungsi, dan mekanisme molekul biologis, termasuk DNA dan RNA.
3. Bioteknologi – Aplikasi teknologi pada organisme, termasuk teknik rekayasa genetik seperti kloning DNA dan CRISPR.
4. Biokimia – Mempelajari struktur dan fungsi molekul biologis seperti asam nukleat (DNA, RNA), serta metabolisme sel.
5. Genomika – Studi tentang genom, analisis sekuensing DNA, dan struktur genom secara keseluruhan.
6. Bioinformatika – Penggunaan teknologi komputasi untuk analisis data genetik, termasuk sekuensing DNA dan proteomik.
7. Genetika Populasi – Mempelajari distribusi dan perubahan frekuensi alel dalam populasi, yang berkaitan dengan pewarisan DNA.
8. Evolusi Molekuler – Mempelajari bagaimana DNA berevolusi seiring waktu dan peran mutasi genetik dalam evolusi.
9. Teknik Laboratorium Genetika – Praktikum yang melibatkan ekstraksi, amplifikasi, dan analisis DNA menggunakan teknik seperti PCR dan elektroforesis.
10. Imunogenetika – Hubungan antara genetika dan sistem imun, mempelajari komponen DNA yang terkait dengan respons imun.
*Mata kuliah ini memberikan dasar yang kuat bagi mahasiswa LULUSAN S1 Biologi untuk memahami DNA dan teknik-teknik yang digunakan untuk mempelajarinya. (DR Sugeng Sugiarto itu lulusan S3).*

Selasa, 29 April 2025

Kejahatan Sistemik Klaim Sebagai Dzuriyah Nabi Muhammad S.A.W.

Oleh:  Peneliti Genealogi dan Kajian Islam Kritis

Klaim sebagai dzuriyah Nabi Muhammad SAW telah menjadi pilar utama kekuasaan simbolik klan Ba’alwi di berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, klaim tersebut mulai digugat dari berbagai sisi: sejarah, filologi, genetika, hingga etika publik. Ironisnya, semakin kuat bukti yang menolak klaim tersebut, semakin keras pula klan Ba’alwi mempertahankannya. Pertanyaannya: apa yang sebenarnya dipertahankan?
Penolakan untuk mengakui bahwa mereka bukan dzuriyah Nabi Muhammad S.A.W. bukan semata persoalan identitas, melainkan bagian dari sistem yang terbangun secara struktural dan mengakar dalam banyak lini sosial. Dalam istilah sosiolog Pierre Bourdieu, ini adalah modal simbolik—di mana pengakuan keturunan Nabi Muhammad S.A.W. digunakan untuk mengakumulasi kuasa sosial, ekonomi, dan politik, sekaligus membangun lapisan loyalitas dari publik awam yang disulap menjadi ‘mukibbin’.

*Kapitalisasi Nasab*
Di Indonesia, klaim dzuriyah digunakan untuk membuka jalan pengaruh ke berbagai institusi keagamaan, pendidikan, hingga lembaga keuangan. Dari penggalangan dana atas nama dakwah hingga penguasaan ruang-ruang strategis dalam organisasi Islam, semua mengalir melalui status “sayyid” atau “habib” yang dilegitimasi oleh silsilah—yang ironisnya, tidak pernah terverifikasi secara ilmiah maupun sejarah.
Penelitian mutakhir dari Dr. Michael Hammer, ahli genetika dari University of Arizona, menemukan bahwa keturunan Nabi Muhammad S.A.W. SAW secara genetika tergolong dalam haplogroup J1. Sebaliknya, penelitian DNA pada sebagian Ba’alwi justru menunjukkan haplogroup G—menandakan asal-usul berbeda yang tidak bisa disambungkan secara ilmiah dengan Nabi Muhammad S.A.W. Muhammad SAW atau suku Quraisy.
Di Indonesia, Dr. Sugeng Sugiarto, seorang genetisis senior, turut menegaskan bahwa validitas nasab melalui jalur lisan tanpa pengujian genetik tidak bisa dijadikan acuan. "Penelusuran nasab seharusnya dilakukan secara ilmiah agar tidak menyesatkan umat," tegasnya dalam sebuah forum diskusi ilmiah di Surabaya.

*Distorsi Sejarah dan Manipulasi Identitas*
Lebih dari sekadar klaim privat, Ba’alwi juga terlibat dalam manipulasi identitas tokoh-tokoh penting Indonesia. Beberapa tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, bahkan KRT Sumadiningrat diklaim sebagai bagian dari klan mereka, meski tidak ada dokumen sejarah valid yang mendukung klaim tersebut. Dalam beberapa kasus, seperti pada makam KRT Sumadiningrat, ditemukan pemalsuan nisan menjadi "bin Yahya"—sebuah tindakan yang oleh sejarawan Prof. Dr. Anhar Gonggong disebut sebagai pengaburan sejarah nasional.
Lebih lanjut, mereka juga mengklaim peran sentral dalam pendirian Nahdlatul Ulama, padahal sejarah mencatat NU lahir dari perjuangan ulama lokal seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama pesantren Jawa lainnya—tanpa keterlibatan dominan dari jaringan Ba’alwi.

*Mengapa Mereka Tak Mengaku?*
Setidaknya ada tiga alasan mengapa pengakuan palsu ini terus dipertahankan. *Pertama*, kekhawatiran kehilangan dukungan massa atau “mukibbin,” yang selama ini menjadi basis ekonomi dan loyalitas sosial mereka. *Kedua*, bila mengakui ketiadaan nasab Nabi Muhammad S.A.W., mereka kehilangan legitimasi moral yang selama ini menjadi tiket akses ke ruang-ruang elit. *Ketiga*, potensi tuntutan hukum—terkait dugaan pembohongan publik dan manipulasi identitas agama—bisa menjadi bumerang besar.
Sejak kapan klaim nasab menjadi hak istimewa tanpa bisa diuji? Sejak kapan pula kebenaran lisan yang tidak terverifikasi lebih dipercaya daripada bukti ilmiah dan sejarah tertulis?

*Saatnya Umat Menegakkan Kebenaran*
Bangsa ini sedang menghadapi tantangan berat dalam menjaga identitas, sejarah, dan marwah keagamaannya. Pemalsuan nasab bukan hanya kejahatan personal, melainkan kejahatan sistemik yang menggerogoti akar rasionalitas umat. Lebih dari itu, ini adalah penghinaan terhadap Rasulullah SAW itu sendiri—karena membawa-bawa namanya demi kekuasaan dan kekayaan.
Rasulullah bersabda, "Barang siapa menasabkan dirinya pada bukan bapaknya, maka tempatnya di neraka." (HR Bukhari-Muslim)
Kita tidak sedang membenci keturunan Nabi Muhammad S.A.W.. Kita sedang melawan pemalsuan atas nama Nabi Muhammad S.A.W..