MUTIARA ILMU

Minggu, 25 Agustus 2024

________TEBUSAN AGUNG ITU ADALAH IMAM HUSAIN AS________


Syeikh Shaduq meriwayatkan dari Imam Ridha sebuah Hadist yang panjang menjelaskan Kronologis sesungguhnya dari penyembelihan 
Ismail oleh Ibrahim as.

Sebelum Allah Swt mengirim seekor kambing kepada Ibrahim as, Kekasih Allah Swt tersebut berharap benar-benar menyembelih putranya, 
sehingga mendapatkan pahala Ahli musibah 
dan dinaikan derajatnya oleh Allah swt.

Allah Swt bertanya kepada Ibrahim, 
“Wahai Ibrahim! Dari seluruh makhluk 
ciptaan-Ku, siapa yang engkau cintai? 

Ibrahim menjawab, 
"Kekasihmu Muhammad saww 
makhluk yang paling aku cintai.”

Allah swt bertanya, 
“Engkau lebih mencintai siapa, 
dirimu atau Kekasihku Muhammad saww? 

Ibrahim as menjawab, 
"Tentu saja aku lebih mencintai 
Muhammad saww, ketimbang diriku.”

Allah Swt kembali bertanya, 
“Anaknya lebih engkau cintai, ataukah anakmu? 

Ibrahim menjawab, 
"Anaknya lebih aku cintai dari anaku.”

Allah Swt kembali bertanya, 
“Putranya terbunuh ditangan Musuh dengan disembelih lebih menyakitkan hatimu, ataukah kematian putramu disembelih oleh musuh-musuhnya?”

Ibrahim as menangis seraya menjawab,” 
Kematian Putranya ditangan Musuhnya 
dengan disembelih lebih menyakitkan hatiku.”

Kemudian Allah Swt berfirman

“Wahai Ibrahim, 
Sesungguhnya kelak Al-Husein putra kekasihku Muhammad saww akan disembelih oleh kaum yang mengaku umat dari Muhammad. “

Ibrahim pun ketika mendengar itu tidak kuasa menahan tangisan dan meratap Wa Huseinah…

____(Khisal Syeikh Shaduq juz.1 hal.58-89/
Kanzul Daqaiq, Muhammad Ridha 
Qummi juz.11 hal.171-172)_____

Telaah sanad dan penjelasan Hadist diatas 

1. Hadist diatas dari sisi sanad tidak memiliki masalah (cacat), perawinya tergolong terpecaya seperti: Abdul Wahid ibn Muhammad Ibn Abdu Naisyaburi (Ustadz dari Syeikh Shaduq ), Ali ibn Muhammad Qutaibah Naisyaburi (Sahabat Imam Ridha as), 
Fadhl Bin Syadzan (Sahabat Para Imam Maksum). Mereka semua tidak memiliki 
kecacatan sama sekali. 

__(Thabaqat A’lamu Syia juz.1 hal.205)___

2. Sepanjang sejarah kemanusiaan,sembelihan paling agung hanyalah Imam Husein as Putra dari Rasulullah saww, Ali as dan Sayidah Fatimah as, penghulu pemuda surga, 
ketika kecilnya ditimang oleh jibril as.

Iedul Adha dari satu sisi adalah kebahagiaan, karena Ismail tidak jadi disembelih, 

namun juga kesedihan karena ditebus dengan Sang Tebusan Agung Imam Husein as. 

Untuk itu ketika kita hendak menyembelih kambing, sunnahnya memberikan si kambing air minum. 

Sejarah mencatat, 
ketika Imam Sajjad datang ketempat penyembelihan binatang kurban, beliau selalu mengulang-ulang kepada tukang jagal, 

sebelum disembelih, 
untuk memberikan air minum kepada hewan kurban tesebut.

Seraya menangis, 
"Ayahku Al-Husein disembelih dalam keadaan haus dengan mata kepalaku sendiri. 

Perlakukan mereka dengan baik, karena ayahku diperlakukan lebih buruk dari hewan ternak."

___😭Ya Aba Abdillah....Syafaatilah kami 
dan kedua orang tua kami😭____

یا وجیها عند الله اشفع لنا عند الله

Sabtu, 24 Agustus 2024

Jabal Rahmah Momen Cinta Adam dan Hawa




Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

Pertemuan dan perpisahan adalah sunatullah. Ada kedatangan, ada pula kepergian. Keduanya saling berpasangan.

Kisah pertemuan paling epik di muka bumi barangkali adalah pertemuan datuk-nya datuk manusia, Nabi Adam dan Hawa. Sejarawan Islam meyakini, mereka Adam dan Hawa dipertemukan di Jabal Rahmah atau bukit kasih sayang, dalam transliterasi bebas.

Di sisi lain, ada pula perpisahan yang mungkin juga menjadi perpisahan paling mengharukan sepanjang sejarah manusia. Yakni perpisahan antara Nabi Muhammad SAW dengan umat yang dicintainya.

Sebelum itu, ada fragmen ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, yang dikatakan oleh beberapa riwayat, menjadi ayat terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril.

Mengutip Antara, konon ratusan tahun lalu di tempat itulah Malaikat Jibril disebutkan turun ke bumi untuk terakhir kalinya guna mengucapkan salam perpisahan kepada Nabi Muhammad SAW.

"Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."

Dan pesan terakhir dari Malaikat Jibril tersebut mengiringi turunnya wahyu pamungkas bagi Sang Nabi.

Surat Al Maidah Ayat 3 yang disebut sebagai tanda kesempurnaan ajaran Islam. Sebuah wahyu yang disambut tangis para sahabat karena menjadi penanda usainya tugas Rasulullah SAW. Sebuah alarm pengingat untuk tibanya saat perpisahan. Jika sudah dekat waktu Sang Penyampai Pesan untuk kembali kepangkuanNya, meninggalkan umat tercintanya.

Sang Nabi disebutkan menerima wahyu terakhirnya saat sedang melakukan wukuf di Padang Arafah ketika menunaikan haji wada -- perjalanan haji satu-satunya Nabi Muhammad SAW.

Seraya bersandar di punggung untanya, Sang Rosul menerima ayat tersebut dengan disaksikan ribuan kaum Muslimin yang untuk pertama kalinya menjalankan ibadah haji tanpa bercampur dengan kaum musyrikin.

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu".

Dengan lengkapnya 6.263 ayat -- menurut riwayat Hafsh -- maka lengkap sudah panduan dan pegangan bagi umat untuk menjalani hidup. Panduan untuk mencapai surga. Dan usailah tugas Sang Rosul di dunia.

Jelang waktu shalat ashar ratusan tahun yang lalu ada wajah-wajah yang termangu dalam duka. Sosok-sosok yang tak ingin membayangkan kehidupan tanpa Sang Pemimpin.

Melansir NU Online, sebagian orang menyebut Surat Al-Maidah ayat 3 sebagai wahyu yang terakhir turun kepada Nabi Muhammad SAW.

“Al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu alaikum ni‘mati wa radhitu lakumul islam dinan” bagi sebagian orang merupakan ayat terakhir yang turun waktu pada saat wuquf setelah Ashar hari Jumat pada haji wada, bulan Dzulhijjah 10 H. (Syekh M Ali As-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, [tanpa kota, Darul Mawahib Al-Islamiyyah: 2016], halaman 14-15).

Syekh M Ali As-Shabuni menyebut bahwa riwayat paling sahih dari semua pandangan itu adalah Surat Al-Baqarah ayat 281 (Wat taqu yauman turja’un afihi ilallah, tsumma tuwaffa kullu nafsin ma kasabat wa hum la yuzhlamun) sebagaimana pandangan Ibnu Abbas RA riwayat An-Nasai yang dikutip oleh As-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulumil Qur’an.

Surat Al-Baqarah ayat 281 turun pada tahun 11 H. Surat Al-Baqarah ayat 281 turun 9 hari sebelum Rasulullah SAW wafat (pada malam Senin, Rabiul Awwal 11 H/632 M). Surat Al-Baqarah ayat 281 turun pada hari-hari menjelang wafat Rasulullah SAW. (As-Shabuni, 2016: 17).

Adapun setelah Surat Al-Maidah ayat 3 pada Zulhijjah tahun 10 H, Rasulullah masih hidup sekitar 81 hari. Sembilan hari sebelum wafatnya tahun 11 H, Surat Al-Baqarah ayat 281 turun. Dengan demikian, pendapat yang shahih mengatakan, ayat terakhir yang turun adalah Surat Al-Baqarah ayat 281.

Dengan Surat Al-Baqarah ayat 281 itu pula, wahyu terputus. Itu pula yang menandai “selesainya” hubungan langit dan bumi. Rasulullah SAW wafat setelah menunaikan amanah, menyampaikan risalah, dan membimbing manusia ke jalan Allah. (As-Shabuni, 2016: 17).

Pandangan serupa disampaikan oleh Az-Zarqani. Dari 10 pendapat ulama, satu pendapat yang paling melapangkan hati adalah pendapat mutlak yang menyebutkan Surat Al-Baqarah ayat 281 sebagai ayat terakhir turun. Sedangkan sembilan pendapat lainnya bersifat tidak mutlak. (Az-Zarqani, 2017 M: 84-85)

Artinya, kisah diatas itu terjadi perbedaan diantara para ulama yang menuntut kita bijaksana untuk menyikapinya bukan malah sok pahlawan kesiangan mengkimi setiap orang yang berpandangan berbeda dengan dirinya. Itu bukanlah karakter seorang muslim yang progresif melainkan muslim yang apatis.

Salam akal sehat...P