MUTIARA ILMU

Selasa, 01 Februari 2022

Unek2 seorang Gus Baha' untuk NU

*

NU itu terlalu banyak pengajian umum. Tradisi ngaji (kitab) mulai hilang. Itu lampu merah.

Orang kaya suka ulama. Suka kiai. Tapi maunya ngatur ulama, tidak mau diatur ulama.

Saya ga mau ngaji yang ribet itu. Harus pasang panggung, sound system, yang penting bupati datang. Ribet.

Mereka habis 50 juta, 100 juta tidak masalah. Tapi sesuai mau mereka, yang datang jamaahnya banyak. Coba, kalo nuruti maunya kiai, ulama, ngajinya menganalisa kitab, uangnya buat mencetak naskah, pasti tidak mau.

Saya ingin kebesaran ulama itu kembali, yaitu bisa mengatur orang kaya. Bukan seperti sekarang, diatur orang kaya.

Banyak yang datang minta pengajian umun, bawa alphard, saya jawab kalo mau ngaji datang ke sini saja. Kalo kiai diatur-atur, kan ribet.

Bukan saya anti. Dan itu perlu. Tapi sudah over. tradisi ngaji yang sebenarnya, yang jadi standar NU, sudah mulai ditinggalkan.

Ditambah, kiai yang kedonyan, cinta dunia. Klop. Yang kaya, tahunya memuliakan kiai dengan uang, kiainya juga senang. Musibah. Terutama di Jawa Timur.

Saya keluar dari kantor PWNU Jawa Timur, langsung dikasih voucher umroh. Saya jawab, tidak, saya kiai Jawa Tengah.

Makanya saat saya diundang di Tebu Ireng, Pondok Syaikhona Kholil, Termas ... Saya mau asal, disediakan naskahnya Mbah Hasyim Asy'ari, Mbah Kholil, Syaikh Mahfudz Termas.

Ya, saya ngajinya kitab para pendiri pesantren itu. Bukan ngaji gus baha tapi ngaji Mbah Hasyim Asy'ari, dll.

Ini kan musibah. Selama ini dzurriyah, para cucu tidak peduli dengan naskah pendiri. Padahal ada ahli filologi, pengumpul naskah. Naskah masyayikh kita ada di luar negeri, cucunya ga punya.

Saya punya naskahnya Syaikh Mahfudz yang tidak ada di Termas. Saya dikasih Mbah Moen. Akhirnya, para cucu ngaji ke sini.

Coba, Sirojut Tholibin di cetak di mana-mana, termasuk Yaman. Namun, kita tahu nasibnya di Jampes.

Kiai-kiai NU itu sudah alim. Ngerti hukum secara tafsil, kok malah hobi bicara yang mujmal. Ini kan sudah mau pinter, di suruh goblok lagi.

Anda itu ngaji, sampai buka kamus, meneliti tiap kata, harusnya ngajarnya seperti itu. Agar tetap alim.

Ada kiai yang sehari manggung 3 kali. Padahal, pasti dia tidak paham problem dakwah di setiap tempat itu. Dia tidak tahu objeknya, tidak tahu obatnya. Pasti bicaranya standar, itu-itu saja, yang penting lucu dan menarik. Mana ada waktu untuk belajar lebih dalam?

Akhirnya ada orang ceramah ditambahi musik macam-macam. Karena dia tidak alim. Tidak terkontrol, yang penting menarik.

Akhirnya ya goblok beneran. Pondok NU juga ikut-ikutan tren. Bikin acara, ya pengajian umum. Yang datang banyak.

Masak, pondok NU mengundang Abdus Shomad dan Adi Hidayat. Karena ikut tren tadi. Tidak tahu, keduanya itu kategorinya apa, detailnya mereka.

Musibah lagi, warga NU membaca tulisan Gus Ulil, Nusron bahkan Abu Janda tapi tidak tahu naskahnya Mbah Hasyim Asy'ari.

Saya hanya ingin, tradisi ilmiah di NU itu kembali. Kiai tidak boleh diatur orang kaya.

Jika tidak, NU bisa habis (orang alimnya). Saya di NU ditugasi ini, bukan yang lain.

Maka, saat saya di Lirboyo, saya bilang 'Gus Kafa, saya lebih senang disambut 4 santri yang benar-benar niat ngaji, daripada banyak santri yang niatnya tidak jelas'.

Kemudian, setiap kali saya ke Lirboyo, anak, mantu, cucu dikumpulkan dulu ngaji sama saya.

Jika, kita 5 tahun saja memulai. NU akan hebat. Jika bukan anak kita yang jadi alim, cucu kita akan jadi ulama. Itulah NU.

NU itu harusnya melahirkan kiai - allamah, bukan kiai-mubaligh seperti sekarang. Dan saya melihat sudah lampu merah.

Padahal di zaman kakek saya, bahasa Arab itu seperti bahasa Jawa. Saya punya tulisannya Mbah Hasyim Asy'ari yang surat-suratan dengan kakek saya dengan bahasa Arab.

Keilmuan, kealiman ini jangan habis. Dulu para pendiri, kakek kita, allamah, punya naskah. Jika kita terus begini, bisa habis.

- ditulis secara bebas -

KH. Bahauddin Nur Salim (Rois Syuriah PBNU)

Minggu, 23 Januari 2022

10 Amalan penuh fadilah

[🍃`10 Amalan yang penuh dengan fadhilah yang dianjurkan untuk di wirid kan setiap hari oleh para salaf :
 -
 1. LAILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZOLIMIN.
 ( 300 x / hari – 1000 x / hari )
 Fadhilah : Dlm berdakwah akan Dimudahkan dan lancarkan atau dimudahkan untuk menggerakan ummat.
 
 2. HASBUNALLAHI WANI’MAL WAKIL. ( 313 x / hari )
 Fadhilah : Musibah jadi rahmat, asbab kebinasaan jadi kemuliaan.
 
 3. SUBHANALLAH WABIHAMDIHI SUBHANALLAHILA’DZIM, ASTAGHFIRULLAH. ( 100 x ) Dibaca antara Adzan dan Iqomah subuh
 Fadhilah : Dunia datang dengan menunduk.
 
 4. Masuk rumah ucapkan Salam, Solawat 3x, Surat Al Ikhlas 3x.
 Fadhilah : Dimudahkan untuk bayar hutang, ketentraman diri dan keluarga, ekonomi akan di mudahkan.
 
 5. Sesudah sholat Jum’at baca : Surat Al-Fatiha 7x, Al-Ikhlas 7x, Al-Falaq 7x, An-Nas 7x
 Fadhilah : Keburukan kita akan di tutupi Allah SWT. Yang tampak hanya kebaikan kita saja.
 
 6. TA’AWWUDZ dibaca 10x ( Pagi – Sore )
 Fadhilah : Dilindungi dari godaan Syaiton pada hari itu.
 
 7. AYATUL KURSI di baca setiap selesai Sholat Fardhu.Fadhilah : Mati tanpa perantara / mudah dalam sakaratul maut.
 
 8. Baca Surat Al-Ikhlas, Al-Alaq, An-Nas ( Pagi dan Sore ) 3x
 Fadhilah : Dijauhkan dari bencana / kesusahan.
 
 9. Baca Surat Yaasin ( Pagi dan Sore )
 Fadhilah : Akan di cukupi kebutuhan dunia dan Akhirat.
 
 10. Surat Al Ikhlas 200x/hari.
 Fadhilah: Manfaat nya Allah SWT haramkan daging nya di sentuh api neraka.
 
 Jika mampu, maka lakukan setiap hari atau silahkan pilih mana yg  dianggap mudah, lalu lanjutkan untuk membaca wirid selanjutnya sehingga  lengkap seperti semua wirid diatas. Rasakan manfaat nya... insyaallah  segera!!!
-

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ۞ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ ۞ نَاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِّ ۞ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ ۞ وَعَلَى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ ۩