*Fadhoil serta keutamaan umat Rasulullah saw.
Oleh| Sibt Umar
Menjadi umat atau pengikut dari Nabi Muhammad saw. merupakan suatu kebanggaan dan keberuntungan bagi kita, yang wajib halnya untuk kita syukuri.
Sebuah keberuntungan serta keuntungan yang diidam-idamkan oleh khalayak umat-bahkan utusan (Nabi) Allah swt. yang lain.
Seorang Nabi yang Allah swt. muliakan dengan kemampuan berdialog denganNya, Yah....Kalimullah: "Nabi Musa as." pun mengidamkan nikmat tuk menjadi pengikut Nabi Muhammad saw.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Baihaqi dan Abu Nua'im, yang berbunyi:
Setelah Allah swt. menyebutkan keutamaan tentang umat (Nabi Muhammad) di hadapan Nabi Musa, lantas ia pun memohon kepada Allah seraya berkata, "Wahai, Rabb jadikanlah aku sebagai Nabi dari umat tersebut."
Allah swt. pun menjawab, "Sungguh telah aku utus Nabi dari umat tersebut bersamanya."
Nabi Musa berkata, "Kalau begitu, jadikan aku sebagai umat Nabi tersebut."
Allah swt. menjawab, "Tak bisa! karena kau hidup sebelum zamannya sedang ia datang setelahmu."
Maha tahu Allah swt. akan perasaan Nabinya Musa. Dan tak ingin memupuskan harapannya, seraya berkata, "Sungguh aku akan temukan kau (wahai Musa) dengannya (Rasulullah saw.) kelak di SurgaKu." (Dalail An-Nubuwah, karya: Al-Imam Baihaqi).
Tak hanya itu, Abul Al-Basyar: Bapak dari seluruh manusia, Nabi Adam as. pun mengharap tuk menjadi umat dari Rasulullah saw.
Serta menyebutkan 4 perbedaan yang Allah swt. berikan kepada umat Rasulullah saw. , yang tak Allah swt. berikan kepadanya, dalam harapnya:
"Sungguh Allah swt. telah beri umat Rasulullah saw. 4 hal, yang tak Allah swt. berikan padaku:
1. Allah swt. hanyalah mau menerima taubatku ketika aku bertaubat di Mekkah. Sedang umat Rasulullah saw. taubatnya diterima oleh Allah swt. di manapun tempat mereka bertaubat.
2. Ketika sebelum memakan buah Khuldi, aku berpakaian dan Allah swt. jadikan aku telanjang setelah memakannya. Sedang umat Rasulullah saw. bermaksiat kepadaNya secara telanjang, tapi Allah swt. tutupi mereka dengan pakaian ampunanNya.
3. Ketika aku telah melakukan kesalahan, Allah swt. pun memisahkan antara aku dan istriku, sedang umat Rasulullah saw. (ketika melakukan kesalahan) mereka tak dipisah dengan pasangannya.
4. Ketika aku melakukan kesalahan di Surga, Allah swt. pun mengeluarkan aku darinya, sedang umat Rasulullah saw. telah bermaksiat di luar Surga, tapi nantinya Allah swt. akan memasukkan mereka ke dalam surga dengan sebab taubatnya mereka.
(Dikutip dari kitab Tanbih Al-Ghofiliin, hal: 360, cet: Dar Al-Fajr).
Maka, sebuah karunia yang sangatlah besar bagi kita selaku umat Rasulullah saw. yang Allah swt. karuniakan kepada kita, tanpa harus memintanya.
Sebuah karunia yang didambakan seluruh khalayak umat sebelum kita, bahkan Nabi-nabi sebelumnya pun meminta akan hal tersebut, akan tetapi Allah swt. tak memberikan kepada mereka. Dan memberikan nikmat tersebut kepada kita, tanpa perlu kata pinta dan mohon atasnya.
Setelah tahu akan besarnya karunia ini, maka selayaknya seorang mukmin berbangga atasnya seraya memperbanyak sholawat kepada Rasulullah saw. sebagai bukti cinta kepadanya.
Allhamdulillah al-ladzi ja'alana min ummati sayidina Muhammad.
Allahumma sholli A'la sayidina wa habibina Muhammad wa A'la alihi wa sohbihi ajma'in.
Wallahu A'lam bis Showab.
Referensi
1. Al-Minah Al-Makkiyah, karya: Al-Imam Ibn Hajar Al-Haitamiy.
2. Tanbih Al-Ghofilin, karya: Al-Imam Nashr bin Muhammad As-Samarqondy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar