MUTIARA ILMU

Kamis, 02 September 2021

SHOLAWAT FATIH


Menurut Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Makkiy  sholawat ini dinisbahkan kepada Syaikh al-Imam Abdul Qadir al-Jilaniy, sedangkan sebagian ulama lain seperti Syaikh Ahmad al-Shawiy al-Malikiy sholawat ini dinisbahkan kepada Syaikh Abul Hasan Muhammad al-Bakriy

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ
Artinya: 
Ya Allah berikanlah sholawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad sebagai pembuka apa yang tertutup dan yang menjadi penutup apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.

Fadhilahnya: 
1. Untuk menghilangkan pikiran yang resah atau susah; 
2. Barang siapa membaca sholawat al Fatih tersebut, seumur hidup sekali saja Insya Allah diselamatkan dari api neraka. 
3. Membaca Sholawat Al Fatih satu kali seperti membaca sholawat 10.000 bahkan 600.000 x 
4. Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy mengatakan: Kebanyakan dari pada arifin bahwasanya shalawat ini membukakan rahasia dan yang ajaib yang terheran oleh akal. Siapa saja melazimi atasnya setiap hari 100 kali niscaya terbuka baginya daripada segala hijab dan hasil baginya dari pada anwar dan menunaikan segala hajat yang tiada mengetahui kadarnya melainkan Allah .
5. Untuk melepaskan semua kesulitan misalnya agar dapat segera membayar hutang, suami atau istri yang rewel tidak mau di nasehati, punya anak perempuan dewasa yang tidak kunjung laku, urusan yang sukar segera dapat solusinya, agar rizqinya lancar dll. Untuk memperoleh sholawat fatih tsb dibaca secara istiqomah (langgeng), sesuatu yang dimaksud, sebaiknya terutama dibaca tengah malam 100 x selama 40 hari, insya Allah semua kesulitan tsb akan sukses. Atau lebih ampuh lagi dibaca setiap hari tiap malam dengan cara sholat hajat dua roka'at, setelah salam hadiah fatihah kepada para Nabi, auliya', syuhada' 'ulama', ahli qubur yang mu'min, kemudian membaca sholawat Fatih. 
6. Apabila sholawat fatih dibaca setelah sholat shubuh 21 x Allah akan meluaskan rizqinya, sabar hatinya, selamat diri dan keluarganya, terhindar dari semua bala' dan bencana atau malapetaka. 
7. Siapa yang membaca sholawat Fatih 1000 x pada malam Jum'at atau malam Kamis atau malam Senin, maka orang tsb besok dapat berkumpul dengan Nabi Muhammad SAW. adapun caranya sebelum membaca Sholawat Sholat sunnah 4 roka'at: roka'at pertama ba'da Fatihah membaca Surat Al Qodar, roka'at kedua membaca Surat Al Kafirun atau surat Az-Zilzal, roka'at ketiga membaca Surat Al-Falaq atau surat Al- Kaafiruun, dan roka'at ke empat membaca Surat An Nas atau  surat  Mu’awwidzaatain.  (Afdholus Sholawat:142) 
8. Dan siapa yang ingin dosanya di ampuni oleh Allah, maka istiqomahkan membaca sholawat fatih ini 11 kali tiap lepas sholat fardlu, minimal selama 40 hari. 
9. Agar bisa bermimpi Rosulullah saw, maka bacalah sholawat fatih 1000 kali di hari Kamis atau malam Jum'at atau malam Senin, insya Allah bermimpi ketemu beliau. Sebelum membaca sholawat lakukat sholat hajat seperti pada nomer 7.

Sholawat al-Fatih memiliki 8 martabat keutamaan, dibawah ini hanya keutamaan pada martabat yang pertama saja, sedangkan yang lainnya dirahasiakan oleh Allah SWT. Di antaranya adalah: 
1. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari di jamin hidup bahagia dunia dan akhirat 
2. Membaca sholawat al-Fatih 1x menghapus semua dosa (kecil)
3. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala ibadah semua mahluk di alam semesta ini 6000x lipat 
4. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala sholawat yang dibaca oleh seluruh mahluk dari awal di ciptakan sampai sekarang 600x lipat 
5. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari, di jamin mati membawa iman (husnul khotimah). 
6. Membaca sholawat al-Fatih 10x di malam jum'at lebih besar pahalanya dari pada ibadah seorang wali yang tidak membaca sholawat al-Fatih selama 1 juta tahun. 
7. Pahala sholawat al-Fatih dapat menutupi dan mengganti kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap orang lain, sehingga ia dapat mengganti tuntutannya di hari kiamat. 
8. Membaca sholawat al-Fatih 100x di malam jum'at menghapus dosa 400 tahun. 
9. Syekh Ahmad at-Tijany r.a berkata: "Keistimewaan sholawat al-Fatih sangat sulit di terima oleh akal, karena ia merupakan rahasia Allah SWT yang tersembunyi. Seandainya ada 100.000 bangsa, yang setiap bangsa itu terdiri dari 100.000 kaum, dan setiap kaum terdiri dari 100.000 orang, dan setiap orang diberi umur panjang oleh Allah SWT sampai 100.000 tahun, dan setiap orang bersholawat kepada nabi setiap hari 100.000 x, semua pahala itu belum dapat menandingi pahala membaca sholawat al-Fatih 1x. (al-Fathur Robbani karya Sayyid Muhammad bin "Abdillah as- Syafi 'ie at-Thoshfaawy at-Tijany hal 99-100)

Sanad Ilmu NU Sampai Kepada Rasululloh SAW.


Sanad Imam Syafi’i (wafat 204 H) kepada Rasululloh SAW memiliki 2 Jalur ; 
Jalur Imam Malik dan Jalur Imam Abu Hanifah.

1. Jalur Imam Malik

Imam Malik bin Anas (w. 179 H, Pendiri Madzhab Malikiyah) berguru kepada :
① Ibnu Syihab al-Zuhri (w. 124 H), 
② Nafi’ Maula Abdillah bin Umar (w. 117 H), 
③ Abu Zunad (w. 136 H), 
④ Rabiah al-Ra’y (w. 136H), dan 
⑤ Yahya bin Said (w. 143 H)

Kesemuanya berguru kepada :
① Abdullah bin Abdullah bin Mas’ud (w. 94 H), 
② Urwah bin Zubair (w. 94 H), 
③ al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar (w. 106 H), 
④ Said bin Musayyab (w. 94 H), 
⑤ Sulaiman bin Yasar (w. 107 H), 
⑥ Kharihaj bin Zaid bin Tsabit (w.100 H), 
⑦ dan Salim bin Abdullah bin Umar (w.106 H).

Kesemuanya berguru kepada :
① Umar bin Khattab (w. 22 H), 
② Utsman bin Affan (w. 35 H),
③ Abdullah bin Umar (w. 73 H), 
④ Abdullah bin Abbas (w. 68 H), dan 
⑤ Zaid bin Tsabit (w. 45 H).

Kesemuanya adalah Sahabat dari Rasululloh SAW.

2. Jalur Imam Abu Hanifah.

Imam Syafi'i berguru kepada : Muhammad bin al-Hasan (w. 189 H), 
berguru kepada Abu Hanifah (w. 150 H, Pendiri Madzhab Hanafiyah), 
berguru kepada Hammad bin Abi Sulaiman (w. 120 H).

Berguru kepada :
① Ibrahim bin Yazid al-Nakhai (w. 95 H), 
② al-Hasan al-Basri (w. 110 H), dan 
③ Amir bin Syarahbil (w. 104 H).

Kesemuanya berguru kepada : 
① Syuraih bin al-Haris al-Kindi (w. 78 H), 
② Alqamah bin Qais al-Nakhai (w. 62 H), 
③ Masruq bin al-Ajda’ al-Hamdani (w. 62 H), 
④ al-Aswad bin Yazid bin Qais al-Nakhai (w. 95 H).

Kesemuanya berguru kepada :
① Abdullah bin Mas’ud (w. 32 H) dan 
② Ali bin Abi Thalib (w. 40 H)

Kesemuanya adalah para Sahabat dari Rasululloh SAW.

Madzhab Syafi'iyah terdiri dari beberapa generasi (Thabqah).

Generasi / Thabqah I : Murid-Murid Imam Syafi’i ;

Abdullah bin Zubair Abu Bakar al-Humaidi (w. 219 H), 
Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya al-Buwaithi (w. 231 H),
Ishaq bin Rahuwaih (w. 238 H), 
Abu Utsman al-Qadhi Muhammad bin Syafi’i (w. 240 H), 
Ahmad bin Hanbal (w. 241 H, Pendiri Madzhab Hanbali), 
Harmalah bin Yahya bin Abdullah al-Tajibi (w. 243 H), 
Abu Ali al-Husain bin Ali bin Yazid al-Karabisi (w. 245 H), 
Abu Tsaur al-Kulabi al-Baghdadi (w. 246 H), 
Ahmad bin Yahya bin Wazir bin Sulaiman al-Tajibi (w. 250 H), 
al-Bukhari (w. 256 H), 
al-Hasan bin Muhammad bin al-Shabbah al-Za’farani (w. 260 H).

Generasi / Thabqah II :

Abu Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264 H), 
Ahmad bin al-Sayyar (w. 268 H), 
al-Rabi’ bin Sulaiman (w. 270 H), 
Abu Dawud (w. 275 H), 
Abu Hatim (w. 277 H), 
al-Darimi (w. 280 H), 
Ibnu Abi al-Dunya (w. 281 H), 
Abu Abdillah al-Marwazi (w. 294 H), 
Abu Ja’far al-Tirmidzi (w. 295 H), 
Al-Junaid al-Baghdadi (w. 298 H).

Generasi / Thabqah III :

al-Nasai (w. 303 H),
Ibnu Suraij (w. 306 H), 
Ibnu al-Mundzir (w. 318 H), 
Abu Hasan al-Asy’ari (w. 324 H, Imam Ahlissunah Dalam Aqidah), 
Ibnu al-Qash (w. 335 H), 
Abu Ishaq al-Marwazi (w. 340 H), 
al-Mas’udi (w. 346 H), 
Abu Ali al-Thabari (w. 350 H), 
al-Qaffal al-Kabir al-Syasyi (w. 366 H),
Ibnu Abi Hatim (w. 381 H), 
Al-Daruquthni (w. 385 H).

Generasi / Thabqah IV :

al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani (w. 403 H), 
Ibnu al-Mahamili (w. 415 H), 
Mahmud bin Sabaktakin (w. 422 H), 
Abu Muhammad al-Juwaini (w. 438 H), 
al-Mawardi (w. 458 H), 
Ahmad bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H), 
al-Qadhi al-Marwazi (w. 462 H), 
Abu al-Qasim al-Qusyairi (w. 465 H), 
Abu Ishaq al-Syairazi (w. 476 H),
Imam al-Haramain (w. 478 H), 
Al-Karmani (w. 500 H).

Generasi / Thabqah V :

al-Ghazali (w. 505 H), 
Abu Bakar al-Syasyi (w. 507 H), 
al-Baghawi (w. 516 H), 
al-Hamdzani (w. 521 H), 
al-Syahrastani (w. 548 H), 
al-Amudi (w. 551 H), 
Ibnu Asakir (w. 576 H), 
Ibnu al-Anbari (w. 577 H), 
Abu Syuja’ al-Ashbihani (w. 593 H).

Generasi / Thabqah VI :

Ibnu al-Atsir (w. 606 H), 
Fakhruddin al-Razi (w. 606 H), 
Aminuddin Abu al-Khair al-Tibrizi (w. 621 H), 
al-Rafii (w. 623 H), 
Ali al-Sakhawi (w. 643 H), 
Izzuddin bin Abdissalam (w. 660 H), 
Ibnu Malik (w. 672 H), 
Muhyiddin Syaraf al-Nawawi (w. 676 H), 
Al-Baidhawi (w. 691 H).

Generasi / Thabqah VII :

Ibnu Daqiq al-Id (w. 702 H), 
Quthbuddin al-Syairazi (w. 710 H), 
Najmuddin al-Qamuli (w. 727 H), 
Taqiyuddin al-Subki (w. 756 H), 
Tajuddin al-Subki (w. 771 H), 
Jamaluddin al-Asnawi (w. 772 H), 
Ibnu Katsir (w. 774 H), 
Ibnu al-Mulaqqin (w. 804 H), 
al-Zarkasyi (w. 780 H).

Generasi / Thabqah VIII :

Sirajuddin al-Bulqini (w. 805 H), 
Zainuddin al-Iraqi (w. 806 H), 
Ibnu al-Muqri (w. 837 H), 
Syihabuddin al-Ramli (w. 844 H), 
Ibnu Ruslan (w. 844 H), 
Ibnu Zahrah (w. 848 H), 
Ibnu Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H), 
Jalaluddin al-Mahalli (w. 864 H), 
Kamaluddin Ibnu Imam al-Kamiliyah (w. 874 H).

Generasi / Thabqah IX :

Jalaluddin al-Suyuthi (w. 911 H),
al-Qasthalani (w. 923 H), 
Zakariya al-Anshari (w. 928 H), 
Zainuddin al-Malibari (w. 972 H), 
Abdul Wahhab al-Sya’rani (w. 973 H),
Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H), 
al-Khatib al-Syirbini (w. 977 H), 
Ibnu al-Qasim al-Ubbadi (w. 994 H).

Generasi / Thabqah X :

Syamsuddin al-Ramli (w. 1004 H), 
Abu Bakar al-Syinwani (w. 1019 H), 
Syihabuddin al-Subki (w. 1032 H), 
Ibnu ‘Alan al-Makki (w. 1057 H), 
al-Raniri (w. 1068 H), 
Syihabuddin al-Qulyubi (w. 1070 H), 
Muhammad al-Kaurani (w. 1078 H), 
Ibrahim al-Maimuni (w. 1079 H), 
Ali al-Syibramalisi (w. 1078 H), 
Abdurrauf al-Fanshuri (w. 1094 H).

Generasi / Thabqah XI :

Najmuddin al-Hifni (w. 1101 H), 
Ibrahim al-Kaurani (w. 1101 H), Ilyas al-Kurdi (w. 1138 H), 
Abdul Karim al-Syarabati (w. 1178 H), 
Jamaluddin al-Hifni (w. 1178 H), 
Isa al-Barmawi (w. 1178 H), 
Athiyah al-Ajhuri (w. 1190 H), 
Ahmad al-Syuja’i (w. 1197 H).

Generasi / Thabqah XII :

Abdushomad al-Palimbani (w. 1203 H), 
Sulaiman al-Jamal (w. 1204 H), 
Sulaiman al-Bujairimi (w. 1221 H), 
Arsyar al-Banjari (w. 1227 H), 
Muhammad al-Syinwani (w. 1233 H), 
Muhammad al-Fudhali (w. 1236 H), 
Khalid al-Naqsyabandi (w. 1242 H), 
Abdurrahman Ba’alawi al-Hadhrami (w. 1254 H), 
Khatib al-Sanbasi (w. 1289 H), 
Ibrahim al-Bajuri (w. 1276 H).

Generasi / Thabqah XIII :

Zaini Dahlan (w. 1303 H), 
al-Bakri Muhammad Syatha (w. 1310 H), 
Nawawi al-Bantani (w. 1315 H), 
Shalih Darat (w. 1321 H), 
Muhammad Amin al-Kurdi (w. 1332 H), 
Ahmad Khatib al-Minangkabawi (w. 1334 H), 
Mahfudz al-Tarmasi (w. 1338 H), 
Ahmad Khalil al-Bangkalani (w. 1345 H), 
Yusuf bin Ismail al-Nabhani (w. 1350 H).

Generasi /Thabqah XIV :

Hadrotus Syech KH. Hasyim Asy’ari (w. 1367 H), Pendiri Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU).