MUTIARA ILMU

Rabu, 25 Agustus 2021

Dua bersaudara Dzuriyyah Lirboyo dan Paculgowang


Beliau berdua adalah KH. Anwar Manshur yang lahir tahun 1938, dan adiknya almaghfurlah KH. Abdul Aziz Manshur yang lahir tahun 1941 dan wafat tahun 2015. Keduanya adalah dzuriyyah pondok pesantren Lirboyo Kediri dan pondok pesantren Tarbiyatunnasyi'in Paculgowang Diwek Jombang. Dari jalur ibu bernama Nyai Salamah putri ketiga KH. Abdul Karim Lirboyo (pendiri ponpes Lirboyo). Sedangkan ayahnya bernama KH. Manshur Anwar putra ke empat KH. Anwar Alwi (pendiri ponpes Paculgowang).

Menginjak usia remaja KH. Anwar Manshur menikah dengan Nyai Ummi Kulsum, putri KH. Mahrus Ali yang tak lain adalah pamannya sendiri. Namun beliau berguru kepada ulama zuhud dari Lirboyo, yaitu KH. Marzuqi Dahlan, yang juga pamannya.
Sedangkan KH. Abdul Aziz Manshur menikah dengan Nyai Hj. Muslichah, putri keempat KH. Marzuqi Dahlan. Tetapi beliau berguru kepada KH. Mahrus ali yang terkenal dengan kharismatiknya.

KH. Abdul Karim (Mbah Manab), KH. Marzuqi Dahlan (Mbah Juqi) & KH. Mahrus Ali (Mbah Rusdi) merupakan 3 tokoh utama Lirboyo.

Setelah dewasa KH. Abdul Aziz Manshur meminta izin kepada pamannya yang juga gurunya, KH. Mahrus Ali, untuk kembali ke Jombang melanjutkan estafet kepemimpinan pondok pesantren Paculgowang milik ayahnya.

Dawuh KH. Mahrus Ali kepada keponakannya itu:
"iyo lee, awakmu tak izini mulih nek Jombang, ngopeni pondoke abahmu". (Iya nak, kamu saya izin kan pulang ke Jombang mengasuh pondoknya abahmu).

Sedangakan KH. Anwar Manshur telah dipersiapkan oleh KH. Mahrus Ali untuk menjadi generasi penerus pengasuh pondok pesantren Lirboyo bersama dengan KH. Ahmad Idris Marzuqi, KH. Imam Yahya Mahrus, KH. Abdulloh Maksum Jauhari (Gus Maksum), KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus, dan KH. Ahmad Habibulloh Zaini.

اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْبُشْرى صَلَاةً تُبَشِّرُنَابِهَا وَاَهْلَنَا وَاَوْلَادَنَا وجَمِيْعَ مَشَايِخِنَا وَمُعَلِّمِنَا وَطَلَبَتَنَا وَطَالِبَاتِنَامِنْ يَوْمِنَاهذَااِلى يَوْمِ الْأَخِرَةِ 

 Semoga kita mendapat madad sir asror, nafahat, barokah masyaikh NU umumnya ulama salaf aamiin

Khususon untuk muassis, masyayikh dan semua dzuriyyah Lirboyo dan Paculgowang, lahumul fatihah 🤲🤲

KH. HASYIM ASY'ARI MENGGENDONG NABI KHIDIR

#repost @ijazahkyai
__
------------------------
Kala itu, Kabupaten Bangkalan diguyur hujan yang sangat deras, khususnya di Demangan, pondok pesantren asuhan Syaikhuna Kholil al-Bangkalani. Meski hujan mengguyur dengan derasnya, tetapi ada saja orang yang bertamu kepada beliau.

Terlihat di antara rerintik hujan yang semakin deras, seorang tua lumpuh dengan susah payah hendak berkunjung menemui Syaikhuna Kholil. Syaikhuna segera tanggap, beliau lalu memerintahkan santrinya untuk menyusul. “Adakah di antara kalian yang mau menggendong dan membawa tamuku di luar sana itu?” “Biar saya saja, Yai,” jawab seorang santri muda mendahului teman-temannya.

Santri muda itu bergegas meloncat menembus rerintik hujan yang semakin deras, menghampiri orang tua itu. Tanpa pikir panjang, ia menggendongnya untuk menemui Syaikhuna Kholil.

Dengan sangat akrab, Syaikhuna Kholil menyambut tamunya, dan di antara keduanya terjadi dialog empat mata. Tidak beberapa lama, rupanya percakapan mereka telah usai. Syaikhuna Kholil mendatangi santri-santrinya untuk meminta bantuan lagi, “Siapakah di antara kalian yang mau membantu orang tua ini untuk kembali pulang?” “Biar saya Yai,” sahut santri yang tadi menggendong orang tua tersebut. lalu santri muda itu dengan penuh rasa takzim menggendongnya keluar pondok pesantren dengan hati-hati sesuai perintah Syaikhuna Kholil.

Setelah santri dan tamu tua itu keluar dari kawasan pesantren, Syaikhuna Kholil berkata kepada santri-santrinya yang lain, “Santri-santriku, saksikanlah bahwa ilmuku telah dibawa santri itu.” Dan ternyata yang digendong oleh santri tersebut adalah Nabiyullah Khidir ‘alahis salam yang bersilaturahmi kepada Syaikhona Kholil dan santri yang menggendongnya adalah Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari muda (Pediri Nahdlatul Ulama), yang kemudian mewarisi keilmuan Syaikhuna Kholil al-Bangkalani.

diterbitkan oleh "TeTES Publishing", Balongjeruk, Kunjang, Kediri, Jawa Timur

#mbahkholilbangkalan