MUTIARA ILMU

Rabu, 18 Agustus 2021

[🍃`CINTAILAH DZURRIYYAH NABI ‎ﷺ, ‏JANGAN DIBENCI


-
Suatu ketika Nabi ﷺ tengah berada di rumah Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Cucunya Beliau, Sayyidina Husain, mendekat dan berkata sambil mengulurkan gelas: "Kakek, aku haus, berilah aku minum."

Rasulullah ﷺ segera bergegas menuju halaman belakang dan memerah susu unta mereka di belakang rumah.

Lalu masuk lagi ke rumah yang segera disambut oleh Sayyidina Hasan, kakak Sayyidina Husain: "Aku mau susu itu, Kek."

"Di manakah adikmu Sayyidina Husain? Biarkan ia minum lebih dahulu, dan minumlah engkau sesudahnya!"

Sayyidah Fatimah az-Zahra radhiyallahu 'anha yang mendengar itu bertanya: "Adakah Sayyidina Husain lebih kaucintai daripada Sayyidina Hasan, wahai Rasul?"

Nabi menjawab: "Tidak, Fatimah. Keduanya sama-sama aku cinta. Hanya saja Sayyidina Husainlah yang meminta susu ini lebih dulu."

Nabi ﷺ lantas bersabda: "Aku dan kedua lelaki kecil ini yaitu Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain, ibu keduanya (Sayyidah Fatimah) serta lelaki yang tengah berbaring itu (sambil menunjuk ke arah Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib) akan berada di tempat yang sama di akhirat nanti."

Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah mengangkat kepalanya dan bertanya: "Dan para pencinta kita, wahai Rasulullah?"

Nabi Muhammad ﷺ menjawab sambil tersenyum kepadanya: "Ya betul, wahai Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib, bersama para pecinta kita."

Kisah ini disarikan dari sebagian dawuh Al-Habib 'Umar bin Hafizh hafizhahullah.

Rasulullah SAW bersabda :

… وهم عِتْرَتِي , خُلِقُوا مِنْ طِيْنَتِي , فَوَيْلٌ لِلْمُكَذِّبِيْنَ بِفَضْلِهِمْ , من احبهم احبه الله, ومن أبغضهم أبغضه الله

“Mereka adalah keturunanku dan diciptakan dari tanahku. Celakalah dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka. Siapa yang mencintai mereka maka Allah akan mencintainya, siapa yang membenci mereka maka Allah akan membencinya”.

Rasulullah SAW bersabda :

من أبغضنا أهل البيت فهو منافق

Siapa orang yang membenci kami ahlu bait adalah termasuk golongan munafik.

Rasulullah SAW bersabda :

ألا ومن مات على بغض آل محمد مات كافرا , ألا ومن مات على بغض آل محمد, لم يشمّ رائحة الجنّة

Sungguh siapa yang mati dalam keadaan membenci keluarga Muhammad SAW, maka ia mati dalam keadaan kafir. Sungguh siapa yang mati dalam keadaan membenci keluarga Muhammad SAW, maka ia tidak akan mencium harumnya surga.

والله أعلمُ بالـصـواب

Silahkan share
Semoga Bermanfaat
آمين.. آمين.. آمين يَآرَبْ العالمين

اللهم صل علي سيدنا محمدن النبي امي وعلي أله وصحبه وسلم

🌹TRAGEDI PADANG KARBALA, AHLULBAIT TIDAK DENDAM🌹



Assalamu'alaikum wr wb
Tatkala 71 orang terjatuh satu persatu. Tinggallah 1 orang di buat bulan - bulanan. Namun hati nya tetap saja beristighfar, memintakan ampun penyiksanya, tiap kali 1 panah menembusnya dan 1 sabetan pedang mengenainya, beliau hanya berucap : " Ampuni orang ini ya Allah ... ampunilah orang ini ..... dan riwayat menyebutkan tidak lebih dari 31 anak panah dan 34 sabetan pedang mengenainya, disitulah dia jatuh berlutut, semakin khusyuk beristighfar, hingga seorang bernama syimr bin dzin jausyan mengayun kan pedang nya dari belakang ke lehernya. Berakhirlah istighfarnya, dan beliau meninggalkan dunia ini, bersih, tak pernah membawa kebencian, dan mencaci maki para penyiksanya.  lalu kepalanya dipancung bahkan dikisahkan kepala yang selalu diciumi oleh Baginda Nabi Muhammad itu dijadikan bola tendang dan ditusukkan ke tombak

Beberapa waktu setelah tragedi Karbala, Yazid bin Muawiyah memerintahkan eksekusi terhadap beberapa orang jenderal sebab suatu masalah. Salah satunya adalah lelaki yang juga terlibat dalam pembantaian di Karbala.

Karena merasa terancam, lelaki itu melarikan diri ke Madinah. Di sana, ia menyembunyikan identitasnya dan tinggal di kediaman Imam Ali Zainal Abidin bin Husein, cicit Rasulullah yang selamat dari pembantaian Karbala. Di rumah sosok yang dikenal sebagai 'as-Sajjad' (orang yang banyak bersujud) ini, lelaki itu betul-betul dijamu dengan baik.

Ia disambut dengan sangat ramah,  disuguhi jamuan yang layak . Setelah tiga hari, lelaki pembantai dalam tragedi Karbala itu pamit pergi. 
Lelaki itu sudah duduk di atas pelana kudanya, namun ia tak kuasa beranjak. Ia termenung atas kebaikan sikap As-Sajjad. Ia merasa terenyuh karena sang tuan rumah tak mengenali siapa dia sebenarnya.

Kenapa engkau tak beranjak?" tegur As-Sajjad. Lelaki itu diam sejenak, lalu ia menyahut, "Apakah engkau tidak mengenaliku, Tuan?" Giliran As-Sajjad yang diam sejenak, kemudian ia berkata, "Aku mengenalimu sejak kejadian di Karbala." Lelaki itu tercengang. 
"Kalau memang engkau sudah mengenaliku, mengapa kau menjamuku

As-Sajjad menjawab, "Itu (pembantaian di Karbala) adalah akhlakmu. Sedangkan ini (keramahan) adalah akhlak kami. Itulah kalian, dan inilah akhlak kami".