MUTIARA ILMU

Rabu, 18 Agustus 2021

🌹TRAGEDI PADANG KARBALA, AHLULBAIT TIDAK DENDAM🌹



Assalamu'alaikum wr wb
Tatkala 71 orang terjatuh satu persatu. Tinggallah 1 orang di buat bulan - bulanan. Namun hati nya tetap saja beristighfar, memintakan ampun penyiksanya, tiap kali 1 panah menembusnya dan 1 sabetan pedang mengenainya, beliau hanya berucap : " Ampuni orang ini ya Allah ... ampunilah orang ini ..... dan riwayat menyebutkan tidak lebih dari 31 anak panah dan 34 sabetan pedang mengenainya, disitulah dia jatuh berlutut, semakin khusyuk beristighfar, hingga seorang bernama syimr bin dzin jausyan mengayun kan pedang nya dari belakang ke lehernya. Berakhirlah istighfarnya, dan beliau meninggalkan dunia ini, bersih, tak pernah membawa kebencian, dan mencaci maki para penyiksanya.  lalu kepalanya dipancung bahkan dikisahkan kepala yang selalu diciumi oleh Baginda Nabi Muhammad itu dijadikan bola tendang dan ditusukkan ke tombak

Beberapa waktu setelah tragedi Karbala, Yazid bin Muawiyah memerintahkan eksekusi terhadap beberapa orang jenderal sebab suatu masalah. Salah satunya adalah lelaki yang juga terlibat dalam pembantaian di Karbala.

Karena merasa terancam, lelaki itu melarikan diri ke Madinah. Di sana, ia menyembunyikan identitasnya dan tinggal di kediaman Imam Ali Zainal Abidin bin Husein, cicit Rasulullah yang selamat dari pembantaian Karbala. Di rumah sosok yang dikenal sebagai 'as-Sajjad' (orang yang banyak bersujud) ini, lelaki itu betul-betul dijamu dengan baik.

Ia disambut dengan sangat ramah,  disuguhi jamuan yang layak . Setelah tiga hari, lelaki pembantai dalam tragedi Karbala itu pamit pergi. 
Lelaki itu sudah duduk di atas pelana kudanya, namun ia tak kuasa beranjak. Ia termenung atas kebaikan sikap As-Sajjad. Ia merasa terenyuh karena sang tuan rumah tak mengenali siapa dia sebenarnya.

Kenapa engkau tak beranjak?" tegur As-Sajjad. Lelaki itu diam sejenak, lalu ia menyahut, "Apakah engkau tidak mengenaliku, Tuan?" Giliran As-Sajjad yang diam sejenak, kemudian ia berkata, "Aku mengenalimu sejak kejadian di Karbala." Lelaki itu tercengang. 
"Kalau memang engkau sudah mengenaliku, mengapa kau menjamuku

As-Sajjad menjawab, "Itu (pembantaian di Karbala) adalah akhlakmu. Sedangkan ini (keramahan) adalah akhlak kami. Itulah kalian, dan inilah akhlak kami".


🌻KISAH ABUL FADHL ABBAS DALAM PERISTIWA KARBALA🌻


 
🕸
Assalamu'alaikum wr wb..
Dalam sejarah Tragedi Karbala, sosok yg sangat menonjol dalam barisan pasukan Imam Husain Ra adalah Abu Fadhl Abbas, yg merupakan adik dr Imam Husain Ra lain ibu.

Abul Fadhl Abbas adalah pemuda Bani Hasyim yg paling unggul. Dialah pemegang panji2 pasukan Imam Husain Ra, Dialah lambang kesetiaan dan namanya akan senantiasa dikenang, dihargai dan dihormati untuk selamanya. Ibu Abbas adalah Ummul Banin, berasal dari suku yg terkenal kegigihan dan keberaniannya.

Ummul Banin menikah dengan Imam Ali Ra, dan dikarunia empat orang putra. Putra pertamanya adalah Abbas. Pada hari Asyura, putra2 Ummul Banin mempertaruhkan hidup mereka dengan cara terhormat dan mulia sehingga sampai detik hari ini pun darah mereka yang tertumpah di padang Karbala memunculkan generasi2 pejuang islam. Nama mereka terukir indah di sepanjang sejarah Islam.

Abbas dalam bahasa arab berarti singa. Dialah singa yg membuat siapa pun terpesona. Sesuai dengan namanya, segala perilaku Abbas mengagumkan. Roman muka Abbas sangat rupawan. Tubuhnya tinggi semampai. Abbas juga memiliki kekuatan yg tak tertandingi dan spiritualitas yang tinggi. Dibandingkan pemuda Bani Hasyim lainnya, Abbas paling menonjol dan unggul. Dia tak tertandingi kecuali oleh Imam Husain Ra, sang kakak.

Imam Ja’far Ash-Shadiq  berkata, "Pamanku, Abbas, adalah lelaki yg berhati bersih dan memiliki keimanan kuat. Dia berjihad di jalan Allah bersama Abu Abdillah (Imam Husain Ra) dan melewati ujian Ilahi dengan keberhasilan yang utuh."

Imam Ali Zainal Abidin berkata, "Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada pamanku, Abbas, yg telah mengorbankan hidupnya demi saudaranya dengan kedua tangannya yg tertebas. Allah yang Maha Kuasa menganugerahkan kepadanya sepasang sayap yg memudahkannya terbang menuju surga bersama para malaikat sebagaimana Allah telah menganugerahkan hal yg sama kepada Ja’far bin Abi Thalib."

Abbas mendapatkan kehormatan karena dididik, dirawat dan dilatih oleh tiga orang Imam suci, yaitu ayahnya yang mulia, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib , kedua saudaranya yang mulia, Imam Hasan as dan Imam Husain, Rona wajah Abbas bercahaya bak bulan purnama dan keelokannya tiada tara. Karena segala kebaikan dan keelokan yang dimilikinya itulah Abbas diberi gelar Rembulan Hasyimi.

Ada 3 peristiwa yg sangat mengharukan mengenai Abul Fadhl Abbas...

#Peristiwa_mengharukan_yg_pertama adalah pada saat usia Abu Fadhl Abbas masih kanak2 (usia Imam Husain as dengan adiknya Abu Fadhl Abbas berjarak 22 tahun).

Abu Fadhl Abbas kecil sedang membawa air minum dalam satu wadah air yg ukurannya agak besar bagi usia anak2, dan air tersebut tumpah menimpa bajunya.

Imam Ali Ra, yg menyaksikan ini, lalu berkata kepada Abbas, "Anakku Abbas, air minum yg engkau bawa itu untuk siapa?"

Abbas menjawab, "Air minum ini akan aku serahkan kepada Maulaku Husain ayah, mungkin dia haus."

Mendengar jawaban Abbas kecil ini, Imam Ali Ra terharu sedih dan berkata, "Anakku Abbas kelak engkau juga akan membawakan air minum untuk Husain yg sedang menderita kehausan yg sangat mencekik leher di Karbala."

#Peristiwa_mengharukan_yg_kedua, pada suatu waktu sedang berkumpul keluarga besar Imam Ali as dan kemudian tiba2 Imam Ali Ra berkata, "Semua yg bukan keturunan Fatimah Ra harap keluar!"

Lalu semua keluar, namun ada pemandangan yang mengharukan hati..

Abul Fadhl Abbas juga berdiri untuk keluar dan Imam Ali Ra pun berteriak, "Anakku Abbas, mau kemana?"

Abbas berkata, "Aku bukan anak bunda Fatimah ayah."

Imam Ali as pun berkata, "Anakku Abbas, engkau adalah penghibur Zahra ."

Abul Fadhl Abbas membuktikan kesetiaannya dan kewilayahannya kepada Imam Husain as, hingga beliau menjemput kesyahidan berada dipangkuan Maulanya sekaligus kakaknya Imam Husain , dan makam beliau di Karbala berdampingan dengan kakaknya Imam Husain .

#Peristiwa_memilukan_yg_ke_3 adalah bahwa Abu Fadhl Abbas, adik Imam Hasan as dan Imam Husain as lain ibu dr kecilnya selalu memanggil kedua Imam Ahlulbait  itu dengan panggilan Maula (Pemimpin), namun pada akhir hayat menjelang kesyahidan beliau, Abu Fadhl Abbas memanggil Imam Husain  dengan panggilan Kakak atas permintaan terakhir dr Imam Husain.

Di hari Asyura, Imam Husain  memeluk Abu Fadhl Abbas bin Ali bin Abi Thalib yang telah terbaring. 

Pemandangan yang menyedihkan. Tangannya sudah terpisah. Panah menusuk mata kanannya dan darah menghalangi pandangan mata kirinya. 

Abbas merasakan kehadiran Imam Husain melalui suara langkahnya dan berkata; 

"Maulaku, mengapa engkau ambil resiko untuk datang ke sini? Kembalilah ke tenda dan temui Sukainah."

Imam Husain  berkata, "Saudaraku, seluruh hidupmu kau persembahkan untukku dan anak-anakku. Adakah sesuatu yang bisa aku lakukan di akhir hidupmu?"

Abbas menjawab, "Maulaku, aku punya beberapa keinginan. Ketika aku lahir, yang pertama aku lihat adalah wajahmu dan sudah menjadi keinginanku ketika aku wafat pandanganku juga tertuju padamu. Mataku yang satu ditembus oleh panah, dan yang satunya dipenuhi darah. Jika engkau berkenan untuk membersihkan mataku agar aku dapat melihatmu dan terpenuhilah keinginanku.

Keinginanku yang kedua, janganlah bawa tubuhku ini ke kemah. Aku telah berjanji membawa air kepada Sukainah dan karena aku gagal memenuhi keinginannya, aku tidak sanggup memandang wajahnya walaupun aku sudah wafat. Lagipula aku tahu, serangan yang engkau terima sejak pagi hari telah melelahkanmu dan membawa tubuhku ke kemah akan lebih melelahkan bagimu.

Keinginanku yang ketiga, jangan sampai Sukainah datang ke sini dan melihat kondisiku. Aku mengetahui cinta dan kasih sayang yang dia berikan untukku. Pemandangan tubuhku di sini akan membunuhnya."

Imam pun membersihkan darah, Abbas memperbaiki pandangannya pada Imam. Imam Husain  memeluk Abbas dan mencium keningnya.

Imam Husain berkata, "Abbasku, aku pun juga memiliki satu permintaan darimu. Sejak kecil engkau selalu memanggilku ‘Maula’ (Pemimpin). Untuk terakhir ini, panggillah aku ‘kakak’ dengan suara beratmu."

Abbas, dengan suara terbata-bata kemudian berkata, "Kakakku… Kakakku…"