MUTIARA ILMU

Minggu, 25 Oktober 2020

Pahala yg tidak Terhitung Oleh Malaikat

PAHALA YANG TAK SANGGUP DIHITUNG MALAIKAT
______________________________________________
Bahwa Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam bersabda :"Disaat aku tiba di langit di malam Isro’ Mi'roj, 
Aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan, Di setiap tangan ada 1000 jari.
Aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu".

Aku bertanya kepada malaikat Jibril Alaihis Salam, pendampingku, "Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?."
Malaikat Jibril Alaihis Salam berkata, "Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi."

Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya kepada malaikat tadi, "Apakah kamu tahu berapa bilangan tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan Nabi Adam Alaihis Salam ?."

Malaikat itupun berkata,: "Wahai Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam , Demi yang telah mengutusmu dengan hak (kebenaran), sesungguhnya aku mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai diciptakan Nabi Adam Alaihis Salam sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui jumlah tetetas yang turun ke laut, ke darat, ke hutan rimba, ke gunung-gunung, ke lembah-lembah, ke sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke tempat yang tidak diketahui manusia."

Mendengar uraian malaikat tadi, "Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya dalam menghitung tetesan air hujan."

Kemudian malaikat tadi berkata kepada beliau, "Wahai Rosulalloh, Walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan kepandaian dan keulungan untuk menghitung tetesan air hujan yang yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki kekurangan dan kelemahan."

Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya,
"Apa kekurangan dan kelemahan kamu?"

Malaikat itupun menjawab, "Kekurangan dan kelemahanku, wahai Rosulalloh, "Jika umatmu berkumpul di satu tempat, mereka menyebut namamu lalu BERSHOLAWAT atasmu, pada saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta'ala kepada mereka atas sholawat yang mereka ucapkan atas dirimu."

مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ

Artinya:“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak).”

[HR an-Nasa’i (no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim (no. 2018), dishahihkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, juga oleh Ibnu hajar dalam “Fathul Baari” (11/167)]
Diriwayatkan (Al-Mustadrah Syeikh An-Nuri, jilid 5: 355, hadis ke 72)

اللهم صلّ على سيدنا محمد • وعلى أل سيدنا محمد عدد خلقك ورضا نفسك وزينة عرشك ومدد كلماتك

SubhannAllah..
Allahumma Sholli alaa Sayyidina Muhammad...
Semoga kita semua mendapat syafaat dari Nabi kita Baginda Nabi Muhammad...dan istiqomah membaca sholawat kepada beliau SAW..Aamiin 🤲
Allahumma Sholli alaa Sayyidina Muhammad
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Senin, 19 Oktober 2020

Kepala Imam Husain as

🗡️🍂KISAH CUCU RASULULLAH TERBUNUH🍂🗡️
"Kepala Imam Husain as Berbicara kepada Pendeta"

Allamah Damiri, salah seorang ulama terkenal Ahlusunah, dalam buku Hayatul Hayawan, di bawah kata Yahya mengatakan : ada tiga kepala yang terpisah dari raganya dan berbicara kepada orang lain. Yaitu kepala suci Nabi Yahya as, Imam Husain bin Ali as, dan kepala Sa‘id bin Jubair.

Pada saat pasukan Ibnu Ziyad berhenti di samping biara seorang pendeta, mereka meletakkan kepala Imam Husain as di dalam peti. Sementara menurut riwayat Quthub Rawandi, kepala itu ditancapkan di ujung tombak. Mereka duduk melingkar untuk menjaganya. 

Mereka menghabiskan malam dengan meminum minuman keras. Kemudian mereka membentangkan makanan dan sibuk memakannya. Tiba tiba mereka melihat dari dinding biara keluar sebuah tangan. Lalu dengan pena dari besi tangan itu menuliskan syair berikut di atas dinding: 

"Apakah umat yang sudah membunuh Husain, masih mengharap syafaat kakeknya pada hari perhitungan?" 

Karena melihat kejadian itu, mereka tidak lagi berselera makan. Mereka segera tidur karena ketakutan. Pada tengah malam, seorang pendeta mendengar suara ratapan. Pendeta itu juga mendengar seseorang yang sedang mengucapkan zikir dan tasbih. 

Dia bangun dan mengeluarkan kepalanya ke jendela. Dia melihat dari sebuah peti yang diletakkan di samping dinding, ada cahaya terang terpancar ke langit. Lalu secara berkelompok para malaikat turun dan mengucapkan, 

“Salam sejahtera bagimu wahai putra Rasulullah. Salam sejahtera bagimu wahai Aba Abdillah. Salawat dan salam Allah bagimu.” 

Melihat kejadian ini, pendeta itu terkejut dan ketakutan. Dia menunggu dengan sabar hingga masuk waktu Subuh. Setelah tiba waktu Subuh, dia keluar dari biara dan bertanya, ”Apa isi peti ini?"

Mereka menjawab, “Kepala Husain bin Ali." 

Pendeta itu bertanya lagi, “Siapa nama ibunya?" 

Mereka menjawab, "Fathimah Zahra, putri Muhammad Musthafa saw." 

Pendeta itu berkata, “Celaka kalian, atas apa yang telah kalian lakukan! Sungguh benar apa yang diberitahukan para rahib kami bahwa pada manakala orang ini terbunuh maka langit nkan menurunkan hujan darah. Dan ini tidak akan terjadi kecuali dia seorang nabi atau seorang washi (penerima wasiat) nabi. 

Sekarang, aku mohon kepada kalian untuk menyerahkan kepala ini selama satu jam kepadaku. Setelahnya, aku akan kembalikan lagi kepada kalian." 

Mereka berkata, “Kami tidak akan mengeluarkan kepala ini kecuali di hadapan Yazid supaya kami mendapat hadiah darinya." 

Pendeta itu bertanya, "Apa hadiahnya?" 

Mereka menjawab, “Satu kantong uang berisi sepuluh ribu dirham."

Pendeta itu berkata, “Saya akan berikan uang sejumlah itu kepada kalian.” 

Kemudian pendeta itu mengambil kantong uang yang berisi sepuluh ribu dirham. Mereka mengambil uang itu dan memberikan kepala suci Imam Husain kepada pendeta tersebut selama satu jam. 

Pendeta itu membawa kepala itu ke tempat ibadahnya. Lalu membasuhnya dengan air bunga dan memberinya wewangian. Setelah itu, ia meletakkannya di tempat sujudnya. Lalu ia menangis dan berkata kepada kepala itu, 

"Wahai Aba Abdillah, sungguh aku sangat menyesal tidak berada di Karbala hingga dapat mempersembahkan nyawaku untukmu. Wahai Aba Abdillah, kapan saja engkau bertemu dengan kakekmu, berilah kesaksian bahwa aku telah mengucapkan syahadah dan masuk Islam di hadapanmu.” 

Sebagian meriwayatkan: 

Pendeta itu berkata kepada kepala suci, “Hai kepala pemimpin alam semesta. Aku menyangka engkau bagian dari orang orang yang telah Allah gambarkan di dalam Taurat dan Injil dan telah diberikan keutamaan takwil oleh Nya. Karena para pemimpin Bani Adam di dunia dan di akhirat menangisimu. Aku ingin mengenal nama dan sifatmu." 

Kepala yang suci itu menjawab, “Akulah orang yang teraniaya. Akulah orang yang bersedih. Akulah orang yang berduka. Akulah orang yang dibunuh oleh pedang kezaliman. Akulah orang yang dizalimi dengan perang melawan orang durhaka. Akulah orang yang dengan tanpa dosa, hartanya dirampas. Akulah orang yang dicegah untuk mendapatkan air. Akulah orang yang diusir dari keluarga dan negerinya." 

Pendeta Kristen itu berkata, "Demi Allah, hai kepala suci, jelaskan tentang dirimu lebih jelas lagi." 

Kepala itu berkata, “Akulah putra Muhammad Musthafa. Akulah putra Ali Murtadha. Akulah putra Fathimah Zahra. Akulah putra Khadijah Kubra. Akulah putra al ‘Urwatal Wutsqa. Akulah syahid Karbala. Akulah orang yang terbunuh di Karbala. Akulah yang teraniaya di Karbala. Akulah yang kehausan di Karbala.” 

Ketika murid-murid pendeta itu melihat hal ini, mereka menangis dan mematahkan tiang Salib. Lalu mereka datang kepada Imam Ali Zainal Abidin as dan berikrar masuk Islam.