MUTIARA ILMU: September 2025

Selasa, 30 September 2025

Refleksi 30 September 2025. Mengenang kejahatan PKI di Indonesia


*INILAH SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA*

*Tgl 31 Oktober 1948 :*
Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH. Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).

*Akhir November 1948 :*
Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan Seluruh Daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : 
1. Ponorogo, 
2. Magetan, 
3. Pacitan, 
4. Purwodadi, 
5. Cepu, 
6. Blora, 
7. Pati, 
8. Kudus, dan lainnya.

*Tgl 19 Desember 1948*
Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.

*Tahun 1949 :* 
PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.

*Awal Januari 1950 :*
Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.

*Tahun 1950 :* 
PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.

*Tgl 6 Agustus 1951 :*
Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yang ada.

*Tahun 1951 :*
Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.

*Tahun 1955 :* 
PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.

*Tgl 8-11 September 1957 :* 
Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.

*Tahun 1958 :*
Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.

*Tgl 15 Februari 1958 :*
Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontakan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.

*Tanggal 11 Juli 1958 :*
DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.

*Bulan Agustus 1959 :*
TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.

*Tahun 1960 :* 
Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.

*Tgl 17 Agustus 1960 :*
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.

*Medio Tahun 1960 :* Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 Juta orang.

*Bulan Maret 1962 :* 
PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.

*Bulan April 1962 :*
Kongres PKI.

*Tahun 1963 :*
PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.

*Tgl 10 Juli 1963 :* 
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.

*Tahun 1963 :* 
Atas desakan dan tekanan PKI terjadi penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : 
1. KH. Buya Hamka, 
2. KH. Yunan Helmi Nasution, 
3. KH. Isa Anshari,
4. KH. Mukhtar Ghazali, 
5. KH. EZ. Muttaqien, 
6. KH. Soleh Iskandar, 
7. KH. Ghazali Sahlan dan
8. KH. Dalari Umar.

*Bulan Desember 1964 :*
Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.

*Tgl 6 Januari 1965 :*
Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.

*Tgl 13 Januari 1965 :* 
Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.

*Awal Tahun 1965 :*
PKI dengan 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).

*Tgl 14 Mei 1965 :* 
Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.

*Bulan Juli 1965 :* 
PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.

*Tgl 21 September 1965*:
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.

*Tgl 30 September 1965 Pagi :* 
Ormas PKI Pemuda Rakyat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.

*Tgl 30 September 1965 Malam :* 
Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut  GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : 
1. Jenderal Ahmad Yani,
2. Letjen R.Suprapto, 
3. Letjen MT.Haryono, 
4. Letjen S.Parman, 
5. Mayjen Panjaitan dan
6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo. 
PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh Aiptu Karel Satsuitubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan Rumah Jenderal AH. Nasution. 
PKI juga menembak Putri Bungsu Jenderal AH. Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, *Ade Irma Suryani Nasution*, yang berusaha menjadi Perisai Ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.
G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : 
1. Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan
2. Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta 
3. Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.
Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain :
*Angkatan Darat :*
1. Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, 
2. Brigjen TNI Soepardjo dan
3. Kolonel Infantri A. Latief.
*Angkatan Laut :*
1. Mayor KKO Pramuko Sudarno, 
2. Letkol Laut Ranu Sunardi dan 
3. Komodor Laut Soenardi.
*Angkatan Udara :*
1. Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, 
2. Letkol Udara Heru Atmodjo dan 
3. Mayor Udara Sujono.
*Kepolisian :* 
1. Brigjen Pol. Soetarto,
2. Kombes Pol. Imam Supoyo dan 
3. AKBP Anwas Tanuamidjaja.

*Tgl 1 Oktober 1965 :*
PKI di Yogyakarta juga Membunuh :
1. Brigjen Katamso Darmokusumo dan 
2. Kolonel Sugiono. 
Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil Alih Kekuasaan.

*Tgl 2 Oktober 1965 :*
Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.

*Tgl 6 Oktober 1965 :*
Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.

*Tgl 13 Oktober 1965 :*
Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.

*Tgl 18 Oktober 1965 :*
PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.

*Tgl 19 Oktober 1965 :* Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.

*Tgl 11 November 1965 :* 
PNI dan PKI bentrok di Bali.
Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.

*Bulan Desember 1965 :*
Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.

*Tgl 11 Maret 1966 :*
Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.

*Tgl 12 Maret 1966 :*
Soeharto melarang secara resmi PKI. 

*Bulan April 1966 :*
Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.

*Tgl 13 Februari 1966 :*
Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : 
*”Di Indonesia ini tidak ada partai yang Pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar Partai Komunis Indonesia…”*

*Tgl 5 Juli 1966 :* 
Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH. Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.

*Bulan Desember 1966 :*
Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pada tahun 1967.

*Tahun 1967 :*
Sejumlah Kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.

*Bulan Maret 1968 :*
Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.

*Pertengahan 1968 :*
TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.

*Dari tahun 1968 s/d 1998*
Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasiya dilarang di Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015

*Pasca Reformasi 1998*
Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisanya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, hingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yang sangat panjang, dan jangan biarkan mereka menambah lagi daftar kekejamannya di negeri tercinta ini.

Semoga Tuhan YME senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.... 

*BAGIKAN SEJARAH INI.* 
*JADIKAN PELAJARAN*
*BUAT GENERASI YANG AKAN DATANG*


🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇮🇩

Selasa, 23 September 2025

Apa Kata Imam Ali bin Abi Thalib as -'alaihissalaam- Tentang Baginda Nabi Muhammad saw -shallAllaahu 'alaihi wa Aalihi wa sallam-?

*Khazanah Al-Qur’an*

*
Alhamdulillah dalam bulan maulid ini kita terus berusaha untuk lebih mengenal Baginda Nabi Muhammad saw.

Sebelumnya kita telah mengkaji bagaimana mengenal Rasulullah melalui ayat Al-Qur’an, melalui sabda beliau sendiri dan melalui orang-orang terdekatnya. Kita juga telah mendengar kisah-kisah kemuliaan akhlak beliau kepada orang-orang di sekitarnya.

Dan kali ini kita kembali akan bertanya kepada Imam Ali bin Abi Tholib sebagai pintu kota ilmu Rasul untuk mengenal lebih dalam keagungan Baginda Nabi saw. Saat ditanya tentang Rasulullah saw, Imam Ali pernah mengungkapkan pernyataan yang begitu singkat tapi memiliki makna yang amat luas. Beliau berkata,

الخاتِمِ لِمَا سَبَقَ والفاتِحِ لِمَا غَلَقَ نَاصِرِ الحَقِّ بَالحَقَّ

“(Rasulullah saw) adalah penutup dari yang terdahulu, pembuka segala yang tertutup dan penolong kebenaran dengan (cara) yang benar”

  Kita akan bahas 3 poin ini satu persatu :

1. Penutup dari yang terdahulu.

Poin yang pertama ini memiliki 3 arti,

Arti pertama, Rasulullah saw adalah Nabi terakhir. Dengannya risalah Allah telah ditutup dan ditangan beliau lah agama ini disempurnakan.

Arti kedua, beliau telah mencapai puncak kesempurnaan dan kedekatan dengan Allah swt. Tidak ada seorang pun yang bisa menandingi kedudukannya. Seakan-akan kedudukan ini telah tertutup bagi selainnya.

Arti ketiga, kelak di Padang Mahsyar para nabi akan memberikan laporan kepada Allah swt. Dan semua laporan itu tidak akan diterima sebelum disetujui dan mendapatkan “stempel” dari Nabi Muhammad saw.

2. Pembuka segala yang tertutup.

Poin kedua ini juga memiliki beberapa arti,

Arti pertama, Rasulullah saw adalah pembuka pintu kebesaran yang belum pernah dibuka oleh Nabi sebelumnya. Beliau memiliki seluruh mukjizat para nabi dan membawa mukjizat lain yang tak pernah dimiliki oleh siapapun.

Arti kedua, kunci dari segala sesuatu yang tertutup adalah Rasulullah saw. Ketika kita terjepit, panggil nama beliau dan mintalah tolong. Biasakan untuk bertawasul kepada beliau dalam setiap doa kita. Bukankah doa seorang hamba tidak akan diterima jika tidak didahului dengan solawat kepadanya?

Bahkan Adam pun diperintahkan oleh Allah untuk bertawasul kepada Baginda Nabi jika ingin meminta sesuatu dari-Nya. Segala sesuatu akan terbuka dengan nama Muhammad saw.

Apa sih yang akan kita cari? Mencari ampunan Allah? Pintunya adalah Baginda Nabi saw :

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّاباً رَّحِيماً

“Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya (berbuat dosa) datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS.An-Nisa’:64)

 

Mencari Cinta Allah? Tidak ada pintu lain selain beliau :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Mencintaimu..” (QS.Ali Imran:31)

 

Mencari kemuliaan diri? Hanya bisa diperoleh dengan mendekati beliau :

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ

“Padahal kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin.” (QS.Al-Munafiqun:8)

 

Mencari Keridhoan-Nya? Keridhoan Allah hanya bisa diperoleh dari satu pintu yaitu pintu Nabi Muhammad saw. Buktinya, solat yang disebut sebagai ibadah paling pribadi antara hamba dengan tuhannya tidak akan diterima tanpa bersolawat kepada Muhammad dan keluarganya? Bukankah kita selalu bersolawat di akhir tasyahud kita?

Semua pintu yang tertutup akan terbuka dengan nama beliau. Sebesar apapun masalah yang kita hadapi, jangan pernah berkecil hati ! Karena kita memiliki kunci dari semua masalah. Nama beliau bukan hanya menjadi kunci kemudahan di akhirat saja, segala yang tertutup dari masalah-masalah duniawi pun dapat terbuka dengan memohon melalui beliau Sallallahu alaihi wa alihi wa sallam.

3. Pembela kebenaran dengan (cara) yang benar.

Sampailah kita pada poin terakhir yang disampaikan oleh Imam Ali bin Abi Tholib. Bahwa Rasulullah saw adalah pembela kebenaran, mungkin kita semua sudah tau. Tapi coba perhatikan kalimat terakhirnya, pembela kebenaran dengan (cara) yang benar.

Nah, ini yang harus kita cermati dalam-dalam. Rasul tidak hanya membela kebenaran tapi melakukan semua usaha itu dengan cara-cara yang baik dan benar. Sungguh miris melihat orang-orang yang teriak sebagai para pembela kebenaran, pembela agama Allah tapi menggunakan cara-cara yang batil. Membela agama suci tapi menggunakan cara-cara syaitoni.

Jika ingin meneladani Rasulullah, bela kebenaran ! Tapi tetap dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Karena kebenaran itu indah, maka memperjuangkannya pun harus dengan cara yang indah.

Semoga kajian-kajian tentang Rasulullah saw ini dapat menambah keyakinan dan kecintaan kita kepada beliau. Dan semoga semua informasi yang kita dapatkan tidak hanya menjadi sekedar informasi tapi dapat merubah kehidupan kita menjadi lebih baik.

Rabu, 17 September 2025

KITAB MINHAJUNNASSABIN, NU DAN SANTRI BERMASYRAB QUBURIYAH



Standar santri yang menimba ilmu dari Lembaga bermasyrab quburiyah seperti beberapa Lembaga Pendidikan di Yaman,  akan sulit mengungkap hal ndakik tentang skandal pemalsuan nasab seperti dalam kitab Minhajunnassabin, apalagi yang telah berjalan ratusan tahun seperti nasab Ba’alwi. Ia membutuhkan ilmu pesantren Nusantara yang fiqhiy, logis, mendalam, konprehensif, detail, dan  penuh keberkahan. 

Jika ia mau menggunakan ilmunya yang dulu pernah  ia pelajari di pesantren Nusantara, mungkin ia bisa untuk menelusuri dan merangkai puzzle-puzle sejarah yang ditemukan sepotong-sepotong dalam berbagai macam sumber lalu mengurut historiografinya sedemikian rupa. tetapi jika standar  ilmu masyrab quburiyah yang dikedepankan, yang setiap hari hanya membulak-balik kitab kumpulan doa ma’tsurah siang malam karya gurunya,  ia akan terbentur doktrin jumud yang telah menghujam dalam jiwa tanpa terasa. 

Doktrin jumud itu seperti ucapan masyrab quburiyah bahwa Syekh Khalil Ibrahim telah mensahihkan, Syekh Mahdi Roja’I telah menerima, Syekh Ibrahim bin Mansur, pemaslu nasab itu,  telah mengakui, dan narasi lain  yang semacamnya. Padahal ia tidak tahu landasan apa yang dijadikan dalil oleh mereka; Ia tidak faham alasan-alasan ilmiyah apa yang melatarbelakangi pendapatnya.  Berbeda dengan perkataan kiai-kiai  Nusantara ketika mengajarkan kitab-kitab mukhtashar  dalam ilmu fiqih kepada santri junior: Imam Syafi’I berkata, Imam Nawawi mengucapkan, Imam Ibnu Hajar menyatakan dst, para kiai-kiai itu mengetahui dalil-dalil Al-Quran dan Hadits yang menjadi landasan hujjah para imam itu dari kitab-kitab muthowwalat (kitab-kitab besar). 

 Cara kita mengetahui apakah Syekh Khalil Ibrahim mempunyai dalil Ketika mensahihkan nasab Ba’alwi adalah dengan mencari kitabnya yang menjelaskan tentang itu. Jika Syekh Khalil Ibrahim belum mempunyai kitab yang membahas nasab Baalwi, maka para santri quburiyah bisa memintanya membuat kitab pembelaan terhadap nasab Ba’alwi itu. Nanti kita akan lihat, dalil apa yang dimilikinya Ketika ia mengatakan bahwa nasab Ba’alwi sahih. Jika ia mensahihkan tanpa dalil, atau dalilnya hanya syuhrah wal istifadlah, maka kita tolak. Karena para ulama fiqih tidak menerima syuhrah istifadlah yang bertentangan dengan dalil dan bukti yang kuat.

Jika Syikh Khalil Ibrahim tidak mampu membuat kitab sanggahan terhadap kitab saya, santri masyrab quburiyah bisa memintanya untuk bersedia berdiskusi dengan saya tentang nasab Ba’alwi, sekalian didatangkan juga Syekh Ibrahim bin Mansur, sang pemlasu nasab itu, dan Syekh Mahdi Arroja’i. ketiganya boleh sekaligus berbaris membela nasab Ba’alwi yang batil itu lalu kita lihat dalil apa yang bisa mereka ungkapkan.

Sekali lagi, hal ndakik seperti itu, tidak bisa diselesaikan oleh standar pelajaran masyrab  sufiyah quburiyah, tapi oleh standar  ilmu Nusantara yang agung dan barokah. Terkadang santri yang kemudian belajar di luar negeri merasa ia pintar  dari pelajaran yang ia terima di luar negeri, padahal ketika ia berangkat memang sudah berbekal ilmu dari kiai-kiainya  di Nusantara. Kalau kita ingin mengetahui apakah Pendidikan luar negeri itu berkwalitas, maka kita kirim anak yang belum pernah belajar di pesantren Nusantara ke luar negeri lalu  setelah beberapa tahun kita bandingkan dengan santri yang belajar di pesantren Nusantara yang belajar dalam jangka waktu yang sama.  Kita lihat siapa di antara keduanya yang lebih menguasai ilmu nahwu, Sharaf, fikih dlsb.

Standar ilmu Islam Nusantara yang luhur, pondasinya ditancapkan dengan kokoh oleh Walisongo dan dilanjutkan dengan bertanggung jawab oleh generasi selanjutnya seperti Syekh Abdul Rauf Singkil, Syekh Abdul Qahhar Al-Bantani, Syekh Abdul Samad Al-Falimbani, Syekh Arsyad Al-Banjari,  Sayyidu ‘ulama Hijaz Syekh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Khalil al-Bankalani, Syaikh Mafudz At-Turmusi, Syaikh Hasyim Asy’ari dll. Standar ilmu Nusantara selanjutnya berpusat di pondok-pondok pesantren di seluruh peloksok Nusantara.

Ia kemudian secara lumintu mewarnai perjalanan peradaban Islam Nusantara  dan berhasil membentuk karakter muslim Nusantara yang toleran, cinta tanah air: lebih mencintai tanah kelahirannya dibanding tempat di mana ia belajar sementara; Menjunjung tinggi kesataraan: tidak merasa tinggi juga tidak merasa ditakdirkan sebagai manusia rendah dari yang lain: tidak rela diperbudak disuruh mencuci pakaian teman hanya karena teman itu mengaku sebagai cucu Nabi, padahal palsu: ketika mendapat perlakuan yang menyakitkan hati ia berani melawan dan mengatakan semua orang berhak diperlakukan dengan hormat, seraya berkata  “Jika kau tak menghormatiku, aku tidak akan menghormatimu, jika kau menyakitiku, aku akan membalas sesuai perbuatanmu”. Bukan seperti santri bermental budak, ketika ia mendapatkan perlakuan yang menyakitkan, ia  malah berkata “Dia siapa, aku siapa. Dia cucu Nabi aku hanya orang hina”. Sungguh malang nasib manusia yang bermental demikian, padahal Allah telah memuliakan seluruh manusia sama di hadapan-Nya.

 Santri Islam Nusantara memadukan antara fikih dan tasawwuf dengan seimbang;  memahami tafsir bil ma’qul dan bil ma’tsur secara simultan;  menjadikan hadits, ijma dan qiyas sebagai pegangan;  kearifan local sebagai identitas kemuliaan; suka berziarah tetapi tidak menjadi quburiyah;   menaburkan bunga di atas makam, tetapi tidak menghiasnya bagaikan kue ulang tahunan;  Beradab dan berakhlak tetapi tetap menjaga hargadiri kemanusiaan;  percaya kepada keramat tetapi mencampakan cerita khurafat;  Bermarhaba untuk menterjemahkan cinta kepada Nabi yang mulia,  tetapi tidak memelototkan mata, mengesankan bahwa ia sedang melihat sang dicinta, dengan gaya dan acting dusta.

 Itulah karakter agung santri pesantren Islam Nusantara.

Pesantren Islam Nusantara, telah berhasil mencetak ulama-ulama rabbaniyah, yang memiliki ilmu secara syumuliyah, dari ilmu dasar, menengah sampai ilmu yang dimiliki oleh para imam mujtahid saja. Ulama-ulama di PBNU banyak yang telah mencapai tingkatan itu, tetapi anehnya, karena ada beberapa influencer masyrab quburiyah yang ada di sana, PBNU kadang bisa-bisanya mengundang tokoh luar negeri yang hanya bisa menulis kitab kumpulan do’a do’a ma’tsurat.  Lalu ia berceramah dengan Bahasa Arab, di dampingi seorang penterjemah, nampak keren bagi orang awam, padahal isinya hanya kutipan kitab-kitab tasawuf yang biasa dipelajari di pesantren Nusantara kelas Ibtidaiyah.  Tidak ada pemikiran-pemikiran baru yang progresif yang dapat merangsang dan menantang logika. Tidak selevel dengan pemikiran-pemikiran keislaman yang telah dicapai ulama-ulama NU baik yang masih ada maupun yang telah tiada yang  telah menjadi khazanah intelektual Nahdlatul Ulama selama ini. 

KH. Hasyim Asy’ari telah bicara tentang  Mizanut Tamyiz Bisyawahidil Ahkam (neraca pembeda dalil-dalil hukum); K.H. Ahmad Shiddiq Jember sudah bicara tentang Al-Insaniyah (nilai-nilai kemanusiaan); KH. Sahal mahfudz sudah bicara tentang Fikih Sosial; Gusdur sudah bicara tentang Mahaliiyatul Islam (Pribumisasi Islam); KH. Maruf Amin sudah bicara tentang Al-Fikrah Al-Nahdliyyah (pemikiran ke-NU-an); K.H. Said Aqil Siraj sudah bicara tentang Peradaban Islam Nusantara; K.H. Afifuddin Muhajir sudah bicara tentang Fiqih Tata Negara; KH. Muqsit Gazali sudah bicara tentang Istinbath Maqasidi dst. Lalu influencer masyrab quburiyah yang menempel di PBNU mengundang penceramah dari luar negeri yang hanya bicara tentang zuhud dan wara yang telah dipelajari di bangku pesantren kelas  ibtidaiyah.

 Jika zuhud dan wara ukurannya adalah ibaroh, makai ibaroh-ibaroh  Imam Gazali dalam Ihya yang dipelajari para santri Nusantara lebih indah; Jika zuhud dan wara ukurannya adalah amal, maka amal  kiai-kiai kita di pesantren banyak yang lebih pantas dijadikan suri tauladan dalam zuhud dan wara.  Kecuali jika ukurannya adalah medsos, maka tentu kiai-kiai kita akan kalah. Kiai-kiai kita  umumnya tidak mempunyai akun medsos pribadi baik Facebook, Youtube atau yang lainnya; karakter kiai-kiai kita itu mirip dengan karakter para wali Allah yang kita baca dalam kitab-kitab tasawuf,  mereka lebih memilih khumul (tidak popular) daripada dzuhur (popular), lebih memilih Allah daripada makhluk. Berbeda dengan wali-wali  masyrab quburiyah, ia lihai bermain medsos, banyak memiliki akun pribadi,  kegiatan ke-‘wali’an-nya setiap hari diupload dalam akun pribadinya itu; berbicara tinggi tentang zuhud dan wara, tentang keikhlasan dan tawakal, tetapi  aktifnya ia di medsos sudah menjadi jawaban akan pertanyaan tentang apakah sesuai antara kata-kata dan perbuatan.

Kembali kepada Kitab Minhajunnassabin. Jika santri masyrab quburiyah, juga tokoh NUGL dari Malang, masih berminat membela nasab Ba’alwi maka silahkan membuat bantahan kitab Minhajunnassabin dengan menulis kitab juga. Jika tidak mampu berbahasa Arab, cukup dijawab dengan Bahasa Indonesia hal-hal sebagai berikut: pertama, apakah ada   kitab nasab sebelum abad ke-9 H. yang menyebut Ahmad al-Abah mempunyai anak bernama Ubed. Datangkan kitabnya juz berapa halaman berapa.  Kedua, apakah ada kitab sejarah sebelum abad ke -9 H. yang menyebut nama Faqih Muqoddam. Datangkan kitabnya juz berapa halaman berapa. Ketiga, Baalwi sekarang yang ada di Tarim benarkah ia Baalwi yang disebut dalam kitab Al-Suluk dan tunjukan dalil bahwa Jadid mempunyai adik bernama Alwi. Datangkan kitabnya juz berapa halaman berapa. Keempat, bawakan hasil tes DNA Ba’alwi yang berhaplogroup J1.
    
Jika tidak bisa menjawab tiga pertanyaan itu dan tidak bisa membawa hasil tes DNA mereka,  lalu berdasar apa anda masih mempercayai mereka sebagai cucu Nabi Muhammad SAW? Apakah anda tidak takut menjadi bagian orang yang menyakiti Ahllibaet Nabi dengan memasukan orang yang bukan keturunan Ahlibaet menjadi bagian dari keturunan Ahlibaet?  Jika anda menjawab berdasar husnuzon, maka saya katakan jangan menambah rasa malu dalam diri anda seperti dulu anda husnuzon tidak memakai sendal di negeri khurafat hanya untuk menghormati makam wali yang bisa mi’raj ke langit padahal makam itu tidak ada orangnya.

Penulis: Imaduddin Utsman Al-Bantani