MUTIARA ILMU: Februari 2025

Jumat, 21 Februari 2025

“Menelusuri Asal-Usul Bahasa Sansekerta: Warisan Nusantara yang Terlupakan”


Selama ini, kita diajarkan bahwa bahasa Sansekerta berasal dari India. Namun, ada banyak fakta menarik yang justru mengarah pada kesimpulan berbeda: bahasa Sansekerta memiliki akar yang kuat di Nusantara, bukan di India. Sayangnya, akibat kolonialisme dan propaganda sejarah, peran Nusantara dalam perkembangan bahasa ini nyaris terhapus.

Mengapa Nusantara?
 
1. Sansekerta Sudah Digunakan Sejak Lama di Nusantara
Sejak ribuan tahun lalu, masyarakat Nusantara sudah menggunakan bahasa Sansekerta dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam keagamaan, sastra, maupun pemerintahan. Kata bhāṣa yang berarti “logat bicara” dalam Sansekerta sendiri sudah melekat dalam bahasa kita, menjadi “bahasa”.
 
2. Pengakuan Para Ahli Bahasa
Sir William Jones, seorang filolog asal Inggris, dalam pidatonya pada tahun 1786 menyebutkan bahwa bahasa Sansekerta memiliki kesempurnaan yang luar biasa dan memiliki keterkaitan erat dengan bahasa Yunani serta Latin. Namun, ia juga menyebutkan bahwa bahasa ini berasal dari sumber yang “kemungkinan sudah tidak ada lagi.” Bisa jadi, yang dimaksud adalah bahasa Nusantara kuno.
 
3. Bukti Sejarah: Pusat Pendidikan Nusantara Lebih Tua dari India
 • Sebelum Universitas Nalanda di India (427 M) didirikan, Nusantara sudah memiliki pusat pembelajaran besar bernama Dharma Phala di Swarnadvipa (Sumatra).
 • Tokoh seperti Dharmapala (670–580 SM), seorang pemikir besar yang lahir di Swarnadvipa, berperan penting dalam menyebarkan ajaran Dharma ke India.
 
4. Banyaknya Kata Sansekerta dalam Bahasa Indonesia
Ribuan kata dalam bahasa Indonesia berasal dari Sansekerta, seperti agama (āgama), cinta (cintā), antariksa (antarikṣa), dan banyak lagi. Sementara di India sendiri, bahasa Sansekerta justru tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Benarkah Sansekerta Berasal dari India?

Sejarah konvensional mengaitkan bahasa Sansekerta dengan Pāṇini, seorang pakar tata bahasa dari wilayah yang kini disebut Pakistan. Pāṇini menulis Aṣṭādhyāyī pada abad ke-5 SM, yang berisi 3.959 aturan tata bahasa Sansekerta. Namun, bukti tertulis yang lebih tua dari itu tidak ditemukan di India.

Aksara yang dianggap sebagai asal-usul Sansekerta, seperti Brahmi dan Devanagari, baru muncul sekitar abad ke-3 SM hingga abad ke-11 M. Jika memang Sansekerta sudah ada sejak ribuan tahun sebelumnya, mengapa bukti tertulis tertua di India baru muncul jauh belakangan?

Sebaliknya, Nusantara telah memiliki aksara sendiri yang lebih tua dan berkembang, seperti aksara Kawi, Pallawa, dan lainnya, yang erat kaitannya dengan Sansekerta.

Sansekerta: Bahasa yang Dirakit?

Peneliti seperti Shyama Rao (1999) mengungkapkan bahwa Sansekerta sebenarnya merupakan bahasa yang “dirakit” dari berbagai bahasa lain. Rao menyoroti beberapa kelemahan Sansekerta:
 
• Tata bahasanya terlalu rumit dan tidak konsisten
 
• Tidak membedakan jenis kelamin
 
• Tidak mengenal bentuk tunggal dan jamak
 
• Banyak sinonim dan homonim yang mirip dengan bahasa Nusantara

Bahkan, pada tahun 1951, hanya ada sekitar 555 orang penutur Sansekerta di India dari total 362 juta penduduknya! Sementara di Nusantara, ribuan kata Sansekerta masih digunakan dalam bahasa sehari-hari.

Siapa yang Mempengaruhi Siapa?

Jika kita menelaah sejarah lebih dalam, justru budaya dan bahasa Nusantara-lah yang lebih dulu berkembang dan mempengaruhi India, bukan sebaliknya. Buktinya:
 
1. Nama-Nama Raja Kamboja dan Nusantara
 • Banyak raja di Kamboja dahulu menggunakan nama dengan akhiran Warman, seperti Adityawarman dari Majapahit.
 • Namun, nama raja Kamboja modern, seperti Norodom Sihanouk, sudah jauh dari unsur bahasa Nusantara.
 
2. Jejak Bahasa Nusantara di Dunia
 • Bahasa Jawa, Sunda, dan Bali mengandung banyak kata dari Sansekerta.
 • Bahasa Melayu sendiri memiliki sekitar 50% kosa kata yang berasal dari Sansekerta.

Kesimpulan: Saatnya Mengakui Warisan Kita

Kolonialisme telah mengaburkan sejarah asli Nusantara. Kita sering diajarkan bahwa Sansekerta berasal dari India, padahal banyak bukti menunjukkan bahwa Nusantara justru lebih dulu memiliki bahasa dan budaya yang kuat.

Bahkan, jika kita melihat sejarah perkembangan bahasa komputer, yang dipilih sebagai nama bahasa pemrograman fleksibel adalah JavaScript mengacu pada fleksibilitas orang Jawa dalam berbahasa.

Sudah saatnya kita menggali kembali kejayaan nenek moyang kita dan bangga terhadap warisan budaya yang telah diwariskan. Nusantara bukan hanya penerima pengaruh, tetapi justru sumber dari banyak peradaban dunia!

Kata2 Bahasa Nusantara ada di Bahasa Sansekerta sejak lama wajar karena perdagangan... Cengkeh misalnya, bahasa asli Nusantara dari Maluku LAWANG... kembang Lawang... dalam Sansekerta spt tertulis di Ayurveda 2500-3000 thn lalu adalah LAVANGA... Jelas dari Lawang karena cengkeh endemik Maluku. Jadi perdagangan kita dgn India sudah sangat lama. Ditemukan fossil cengkeh di Srilangka utara dari 200 SM.

Bahasa2 Austronesia sangat pas utk bahasa komputer karena antara lain...
1. Grammar simple.
2. Tidak ada Tenses.
3. Tidak ada Irregular Verbs.
4. Tidak ada "be".
5. Karena Tidak ada genders.
6. Tidak ada possessive pronouns.
7. Tidak ada Umlautt.
8. Masih banyak lagi 😊


#BahasaNusantara
#SansekertaDariNusantara
#WarisanLeluhur
Bumi Pusaka 
#SejarahBahasa
#NusantaraBangkit

Selasa, 18 Februari 2025

MEMBANGUN SILATURAHIM PERSPEKTIF ISLAM




Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA.



Beberapa bulan yang lalu, rumah saya kedatangan tamu rombongan dari dusun Toppeh tiga desa Rajekbesi Kendit Situbondo. Semua keluarganya dibawa semua mulai dari anak, isteri, dan saudara saudara yang lain dalam rangka membangun tali silaturahmi diantara saudara.

Kemarin, bapak Taji menghubungi saya menanyakan kapan mau silaturahim kerumahnya sembari berkata:

"Mas, kapan mau silaturahim kesini? Apa karena saya orang miskin, mas tidak mau kesini?"pintanya penuh harap.

"Besok pagi. Insyaallah saya kesana." Jawabku spontanitas karena mendengar nada tagihan itu.

"Saya tunggu. Jangan lupa, kitab Abu Ma'syar al-Falakinya dibawa." Sambungnya dengan nada bahagia.

Setibanya disana, rupanya saya sudah ditunggu didepan rumahnya sejak pagi. Kedatangan saya agak terlambat karena sempat jatuh karena akses jalannya yang ekstrim dan curam namun masih diselamatkan oleh Allah swt.

Tidak lama berselang saya langsung disuguhi minuman secangkir kopi dan satu nampan makanan khas tradisional kesukaan saya yaitu rebung dan ikan asin ditambah dengan nasi jagung 

Well, usai menikmati hidangan seluruh keluarga berkumpul dalam satu ruangan minta dibacakan kitab tentang diri, keluarga, saudara dan pembangunan rumahnya. Sesuai dengan keterangan kitab, dianjurkan mulai gali pondasi tepat hari Kamis pukul 8-10 pagi. Setelah itu saya izin sholat Dzuhur dimasjid dan pamit pulang sembari saya menyampaikan 

"Alhamdulillah saya bersilaturahim kerumah ini bukan sekedar balas  balasan karena kalian tempo hari silaturahim kerumah saya di Prajekan melainkan saya bersilaturahim untuk membangun dan menjalin tali silaturahim diantara keluarga yang selama ini sempat terputus .

Salah satu nikmat Allah yang agung yang sering dilupakan oleh umat manusia adalah nikmat persaudaraan dan persahabatan. Seandainya tidak ada nikmat ini, pasti antara satu manusia dengan manusia yang lain, satu kelompok dengan kelompok yang lain akan saling bermusuhan dan saling menyerang. Kalau kita memperhatikan bagaimana dahsyatnya hewan buas terhadap hewan lainnya, seperti macan, singa, macan tutul, kuda nil dan sebagainya, itu belum seberapa apabila dibandingkan dengan keganasan manusia terhadap manusia lain yang tidak memiliki kasih sayang terhadap sesamanya.

Karena manusia dikaruniai oleh Allah sifat saling mengasihi, saling menyayangi, dan bersahabat sesama mereka, maka keganasan manusia kepada manusia yang lainnya dapat dihindari. Agungnya karunia kasih sayang dan persahabatan dijelaskan dalam firman Allah:

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk,". (QS. Ali Imran, 03:103).

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa kita diarahkan agar selalu menyadari dan memahami nikmat Allah berupa persaudaraan da kasih sayang di antara kita. Karena itu kita diarahkan agar terus berpegang teguh pada tali agama Allah, menjaga persatuan dan kesatuan, serta tidak bersilang sengketa. Umat manusia pada masa yang lalu saling bermusuhan antara yang satu dengan yang lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lain, antar satu negara dengan negara yang lainnya. Kemudian Allah s.w.t. melembutkan hati umat manusia sehingga mereka menjadi saling bersaudara dan saling mengasihi, tidak ganas lagi dan tidak kejam lagi antara satu dengan yang lainnya.

Dahulu umat manusia berada di tepi jurang api neraka, melakukan berbagai perbuatan yang tercela, kemudian Allah SWT mengutus para nabi dan rasul-Nya sehingga dengan perantara nabi dan rasul itu, Allah menyelamatakan mereka dari kehancuran dan jurang yang mengerikan. Kepada umat manusia, diharapkan agar memahami ayat-ayat dan bimbingan-Nya agar mendapat petunjuk yang mengantarkan mereka pada kesuksesan lahir dan batin.

Pengertian silaturrahim secara umum adalah menyambung dan melestarikan kasih sayang sesama umat manusia. Dengan silaturrahim itu, maka kehidupan umat manusia akan memperoleh kemajuan-kemajuan yang sangat tinggi dan memasuki dunia kehidupan dengan penuh ketenangan dan ketentraman.

Demikian agungnya karunia Allah yang diberikan kepada umat manusia, berupa lembutnya hati dan kasih sayang sesama mereka, sehingga digambarkan bahwa sekiranya umat manusia mendermakan seluruh hartanya yang ada di bumi, niscaya tidak akan dapat melembutkan hati mereka. Demikian juga tidak akan dapat menumbuhkan rasa kasih sayang. Allah yang melembutkan hati mereka, sesungguhnya Ia Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.

وَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡۚ لَوۡ أَنفَقۡتَ مَا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا مَّآ أَلَّفۡتَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيۡنَهُمۡۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٞ

"Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana,". (QS. Al-Anfal, 08:63).

Selama umat manusia menyadari karunia agung yang diberikan Allah pada mereka, pastilah mereka akan meraih keridhaan-Nya dan memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Menyadari karunia Allah adalah dengan jalan memeliharanya dengan baik dan terus menerus merajut silaturrahim. Sedangkan mereka yang memutuskan silaturrahim akan mendapat kemurkaan Allah SWT dan akan mengalami kehancuran dalam kehidupannya, baik di dunia, maupun di akhirat.

Mereka yang memenuhi janjinya terhadap Allah, dan tidak merusak perjanjuan itu, demikian juga mereka yang merajut apa yang diperintahkan Allah berupa silaturrahim sesama manusia, mereka akan memperoleh kemuliaan dan keluhuran.

ٱلَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ ٱلۡمِيثَٰقَ وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ

"(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk," (QS. Al-Ra’du, 13:20-21).

Umat manusia yang tidak merajut silaturrahim dan tidak menjaganya dengan baik, maka akan mendapatkan laknat dari Allah SWT dan memperoleh kehidupan yang sangat hina.

وَٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱللَّعۡنَةُ وَلَهُمۡ سُوٓءُ ٱلدَّارِ

"Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)," (QS. Al-Ra’du, 13:25).

Rasulullah Muhammad SAW membimbing umatnya agar selalu merajut silaturrahim, menjalin hubungan sesama mereka dengan kasih sayang, saling mencintai satu dan lainnya dalam kehidupan yang penuh rahmat dan kemuliaan. Mereka yang merajut silaturrahim akan mendapatkan kehidupan ekonomi yang sangat maju dan memiliki kesan yang baik dalam kehidupan masyarakatnya.

مَن سَرَّهُ أنْ يُبْسَطَ له في رِزْقِهِ، أوْ يُنْسَأَ له في أثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

"Barang siapa yang menghendaki untuk memperoleh rizki yang luas dan memiliki kesan yang baik dalam kehidupannya, maka hendaklah ia merajut silaturrahim,". (HR. Bukhari, 2067).

Mereka yang merajut silaturrahim dengan baik, memperoleh rizki yang banyak dan berkah, karena aktivitas ekonomi tidak akan bisa terjadi tanpa silaturrahim. Semakin banyak bersilaturrahim, maka akan banyak pelanggannya dan rizkinya akan semakin bertambah. Kenyataan ini, bisa kita lihat bahwa orang-orang yang hidup dalam suatu kota yang banyak penduduknya akan sangat mudah mengais rizki. Aktivitas bisnis apapun akan cepat berkembang dengan baik.

Sebaliknya kalau tinggal di hutan tidak ada orang lain dengan sendirinya tidak bisa silaturrahim, maka tidak bisa berbisnis. Semakin banyak penduduk semakin banyak rizki yang beredar, itu merupakah salah satu hikmah silaturrahim. Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa mereka yang rajin bersilaturrahim, bukan saja memperoleh rizki yang berlimpah akan tetapi akan dipanjangkan umurnya dan dapat memakmurkan suatu kota atau suatu negeri.

صِلَةَ الرَّحِمِ، وحُسْنُ الْخُلُقِ، وحُسْنُ الْجِوَارِ: يَعْمُرَانِ الدِّيَار، ويَزِيدَانِ فِي الأَعْمَار

"Silaturrahim, berakhlak yang mulia, berbuat baik pada tetangga, memakmurkan tempat tinggal, dan memanjangkan umur,". (HR. Ahmad, 25259).

Mengutip tulisannya Dr. Zakki Mubarak, MA. salah satu musytasar PBNU yang mengatakan bahwa silaturrahim dapat memanjangkan umur, karena dengan aktivitas itu, manusia akan sangat berbahagia, berjumpa dengan teman-teman, termasuk teman lama, dengan saudara, handai taulan, kerabat, orang tua, dan sebagainya akan dapat menghilangkan stres. Dalam perkembangan masyarakat modern, stres sangat membahayakan, karena dapat menimbulkan serangan jantung, stoke, depresi, dan obesitas.


Sebagian ulama lain memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud usianya panjang adalah amalnya sangat banyak, balasan pahalanya terus berlimpah meskipun orangnya telah wafat. Dengan demikian, yang dimaksud panjang umur adalah usianya tetap sesuai dengan yang ditakdirkan, akan tetapi amalnya sangat banyak dan luas.


Memperhatikan uraian di atas, maka sangat wajar apabila Nabi s.a.w. menjelaskan bahwa kalian tiadak akan bisa masuk syurga, sehingga beriman kepada Allah dan tidak mungkin bisa beriman sehingga ia saling mencintai antara sesama umat manusia.


لا تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ حتَّى تُؤْمِنُوا، ولا تُؤْمِنُوا حتَّى تَحابُّوا،


"Kamu sekalian tidak akan masuk syurga sehingga beriman, dan tidak mungkin bisa beriman sehingga kamu saling mencintai,". (HR. Muslim, 54).


Salam akal sehat, Toppeh, 19 Februari 2025