MUTIARA ILMU

Senin, 23 September 2024

MANFAAT KUKUSAN

*MANFAAT KUKUSAN*                           
Dari Jogya saya mendapat ilmu yang sangat dahsyat..
"Ojo ngremehke wong Jowo kuno,
Ilmu dan sains mereka sangat tinggi "
Diantara sains tingkat tinggi kreasi asli orang Jawa adalah memasak nasi dengan kukusan.
Mengapa ?
Ketika nasi dimasak dengan cara demikian, maka semua toksin atau racun kimiawi akibat pestisida dan pupuk urea dimusnahkan.
Sementara bambu kukusan itu bertugas sebagai antioksidan atau pembuang racun karena mengandung silica alami.
Ajaibnya, meskipun kukusan itu berulang-ulang digunakan, zat silicanya malah tambah kuat.
"Lihatlah... !
Orang China dan Jepang tergila-gila dengan bambu.
Alat masak dimsum itu, sejatinya adalah nyontek teknologi kukusan Jawa".
Nah !
Dengan cara itu, maka wajarlah orang jaman dulu jarang yg terkena penyakit aneh-aneh.
Satu khasiat diantara banyak manfaat cara masak dengan kukusan adalah, nasi tidak lagi menjadi pantangan bagi penderita diabetes.
Ini bukan teori tapi sudah dibuktikan oleh banyak orang.
Termasuk orang Jawa dan keturunannya yang ada di Belanda maupun di negara Suriname.
Mereka kalau masak masih memakai Kukusan.
Mulane bali masak karo kukusan maneh, ben ora ditamoni penyakit terus.
Monggo dipun share semoga bermanfaat. Terima kasih.šŸ™šŸ™

Minggu, 22 September 2024

Nasab Palsu Lebih Berbahaya Daripada Hadis Palsu: Sebuah Tinjauan Ilmiah Berdasarkan Pendapat Ulama dan Ahli*

*
Dalam tradisi keilmuan Islam, kesahihan sumber agama adalah hal yang paling krusial. Ulama tafsir dan hadis secara tegas menyatakan bahwa kerusakan terbesar dalam agama Islam terjadi ketika sumber agama dirusak. Dalam hal ini, infiltrasi isrā’Ä«liyyāt—kisah-kisah dari sumber Yahudi—dan hadis palsu merupakan bentuk perusakan yang dikenal sebagai dakhil (infiltrasi), kebalikan dari al-asl (keaslian). Ini menjadi perhatian besar karena menciptakan penyimpangan yang mendasar dalam pemahaman agama.

*Perbandingan antara Hadis Palsu dan Nasab Palsu*

Sekilas, infiltrasi seperti isrā’Ä«liyyāt dan hadis palsu tampak seperti upaya yang "baik", di mana beberapa kalangan mungkin menggunakannya untuk menjawab persoalan-persoalan agama yang kompleks, atau untuk memotivasi umat dalam berbuat kebaikan. Namun, pada akhirnya, dampak dari penyimpangan ini sangat berbahaya karena merusak sumber agama itu sendiri. Yang lebih mengkhawatirkan adalah penyebaran nasab palsu—klaim garis keturunan yang salah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW:

*"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak sama dengan berdusta atas nama orang lain. Maka barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka." (HR. Muslim).*

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa nasab palsu lebih berbahaya daripada hadis palsu:

*1. Kajian Hadis Palsu Sudah Mapan, Nasab Palsu Belum*: Studi tentang hadis palsu telah berkembang pesat sejak era para muhadditsin (ahli hadis). Melalui metode-metode ilmiah, hadis-hadis maudhu’ (palsu) telah banyak diidentifikasi dan ditolak. Di sisi lain, kajian tentang nasab atau garis keturunan palsu belum mencapai tingkat kematangan yang sama. Banyak klaim nasab yang masih dipercaya oleh masyarakat tanpa melalui kajian ilmiah yang ketat, sehingga lebih sulit untuk dibantah atau dibuktikan kebenarannya.

Pendapat Ahli: Dr. Muhammad Ajjaj al-Khatib dalam bukunya As-Sunnah al-Nabawiyyah wa Makānatuhā fÄ« TashrÄ«‘ al-IslāmÄ« menjelaskan bahwa studi hadis palsu telah mencapai perkembangan signifikan dengan metodologi jarh wa ta'dil (kritik dan pujian terhadap perawi). Di sisi lain, kajian nasab sering kali mengandalkan sumber-sumber sejarah yang kadang tidak teruji dengan metode ilmiah modern, seperti analisis genetika.


*2. Hadis Palsu Bersifat Produk, Nasab Palsu Bersifat Alat Produksi*: Hadis palsu pada dasarnya adalah sebuah produk yang terisolasi—sekali dipastikan palsu, hadis tersebut bisa disisihkan dari khazanah keilmuan Islam. Nasab palsu, sebaliknya, adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan legitimasi sosial dan agama yang lebih luas. Sebuah nasab palsu bisa digunakan untuk mendukung kepemimpinan politik, klaim otoritas agama, dan bahkan menuntut hak-hak tertentu dalam masyarakat. Dampaknya lebih luas dan berbahaya karena melibatkan warisan identitas yang bisa berlangsung lintas generasi.

Pendapat Ahli: Prof. Dr. Ahmad Dalbani, seorang pakar sejarah dan genealogi Islam, berpendapat bahwa "keturunan palsu sering digunakan sebagai alat untuk mendapatkan legitimasi sosial dan politik. Ini lebih berbahaya karena berfungsi sebagai alat produksi legitimasi, bukan hanya sebuah produk penyimpangan seperti hadis palsu."


*3. Hadis Palsu Bersifat Pasif, Nasab Palsu Bersifat Aktif*: Hadis palsu biasanya ditemukan melalui kajian akademis dan memiliki sifat pasif—sekali dinyatakan palsu, pengaruhnya cenderung menurun. Sebaliknya, klaim nasab palsu cenderung lebih aktif, sering kali diperbarui dan dipertahankan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Para penganut nasab palsu sering kali bersikeras mempertahankan klaim mereka meskipun telah terbukti keliru, bahkan menggunakan berbagai alat legitimasi agama dan sosial untuk memperkuat klaim tersebut.

Pendapat Ulama: Ibn Taymiyyah dalam Majmu' al-Fatawa menyebutkan bahwa klaim nasab palsu adalah salah satu bentuk kebohongan yang paling berbahaya karena bukan hanya sekadar penyimpangan informasi, tetapi berupaya menyesatkan generasi selanjutnya tentang asal-usul mereka, yang pada akhirnya bisa menciptakan ketidakadilan sosial.


*4. Perlawanan terhadap Nasab Palsu Lebih Emosional:* Berbeda dengan hadis palsu yang penentangannya lebih bersifat akademis, perlawanan terhadap nasab palsu sering kali melibatkan emosi yang sangat kuat. Ini karena nasab berkaitan dengan identitas personal dan keluarga, sehingga lebih sulit untuk diluruskan tanpa menciptakan konflik yang lebih besar. Misalnya, ketika klaim keturunan seseorang terbukti salah, dampaknya bisa merusak status sosial, identitas keluarga, dan kedudukan dalam masyarakat.

Pendapat Ahli: Dr. Robert Hoyland, dalam studi tentang genealogi dan historiografi Islam, menekankan bahwa "klaim-klaim genealogi sering kali dilandasi oleh kebutuhan untuk mempertahankan identitas dan status sosial. Mengoreksi klaim tersebut akan selalu berhadapan dengan perlawanan emosional yang lebih kuat dibandingkan dengan penentangan terhadap hadis palsu."



*Mengapa Nasab Palsu Begitu Berbahaya?*

Klaim nasab palsu, seperti yang sering kali terjadi dalam sejarah Islam, tidak hanya menyangkut otoritas agama tetapi juga legitimasi politik. Misalnya, beberapa kelompok tertentu mungkin mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW untuk mengukuhkan kekuasaan mereka di masyarakat. Ini tidak hanya memanipulasi fakta sejarah tetapi juga merusak fondasi agama yang didasarkan pada kebenaran.

Contoh lain adalah klaim nasab dari klan Ba'alwi, yang telah mendapat banyak perhatian dari para peneliti, seperti KH Imaduddin Utsman al Bantani, yang menyimpulkan bahwa klan Ba'alwi tidak memiliki hubungan nasab yang sah dengan Nabi Muhammad SAW. Ini adalah contoh bagaimana klaim nasab palsu dapat digunakan untuk memperkuat posisi sosial dan politik kelompok tertentu, dan membahayakan integritas agama Islam secara keseluruhan.

*Kesimpulan*
Dalam Islam, menjaga kemurnian sumber-sumber agama adalah kewajiban utama, baik itu melalui studi hadis maupun nasab. Sementara hadis palsu telah mendapat perhatian besar dari para ulama dan peneliti, nasab palsu adalah masalah yang belum mendapatkan perhatian setimpal. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah modern, seperti studi genetika dan sejarah, diperlukan upaya yang lebih besar untuk membongkar klaim-klaim nasab palsu yang berpotensi menyesatkan umat Islam. Para ulama dan peneliti perlu lebih aktif dalam mengungkap dan membantah klaim-klaim tersebut agar integritas agama tetap terjaga.

*Referensi*:

Al-Khatib, Muhammad Ajjaj. As-Sunnah al-Nabawiyyah wa Makānatuhā fÄ« TashrÄ«‘ al-IslāmÄ«.

Ibn Taymiyyah, Majmu' al-Fatawa.

Hoyland, Robert G. Seeing Islam as Others Saw It: A Survey and Evaluation of Christian, Jewish, and Zoroastrian Writings on Early Islam.

Dalbani, Ahmad. Sejarah Genealogi dalam Islam.